Summary:

Charles memikirkan masa lalunya. Hank datang berkunjung. Charles menyuruhnya untuk memeriksa keadaan Cerebro. Magneto dan Mistique ingin mencuri cerebro. Apa yang terjadi bila Cerebro membuat Charles, Erik, Raven dan Hank menjadi 44 tahun lebih muda? (Time set: Between X-2 and X-Men: The Last Stand)


1. Prologue

.

.

.

'Don't do this Erik!'

'I can feel their metal targeting at us. Tell me I'm wrong Charles'

'Erik, you said yourself, we're the better man. This is the time to prove it—'

'—There are thousands of men on those ships – good, honest, innocent men! They're just following orders—'

'I've been at the mercy of men "just following orders" —'

'Never Again.'


The Truth

By: Garracu

Genre: Hurt/Comfort, Romance

Rate: T+ (Possibly M)

Disclaimer:

all the characters are belong to MARVEL and their creators

WARNING:

OOCness, Author galau, soap opera, TYPOS & different plot story


Charles Francis Xavier, a.k.a Professor X, Kepala "Xavier School" sekolah khusus mutant sekaligus pendiri sekolah tersebut, sudah bukan rahasia lagi bahwa dia adalah raja dari pion murid-murid mutannya yang ada disekolah tersebut, hal itu membuat namanya menjadi terkenal baik di pihak mutan maupun di pihak manusia dan Charles sadar hal itu membuat sekolahnya bisa berada dalam bahaya yang besar.

Charles bukanlah orang yang suka mencari ketenaran, ia bahkan bukan tipe orang yang suka "show off". Charles hanya mempunyai satu tujuan dalam hidupnya, yaitu membuat para mutan diterima oleh semua orang didunia, sehingga mereka tidak perlu bersembunyi ketakutan dan dapat hidup layak seperti orang-orang lain. Namun tidak mudah mewujudkan ideologi seperti itu jika kau berjalan saja tidak mampu.

Ah, Iya, Berjalan..

Entah sudah berapa lama Charles tidak merasakan seperti apa berjalan itu, bahkan ia sudah hampir tidak mengingatnya.

Dulu Charles adalah seorang pelari yang hebat, bahkan ia sering mengalahkan Raven, dulu saat mereka sering melaksanakan ritual lari pagi.

Ah, Iya, Raven.

Gadis kecil yang ia temukan di dapur mansionnya di malam hari, saat itu Raven berpura-pura sebagai Sharon untuk mengelabui Charles, yang tentu saja gagal.

Gadis yang pernah menemaninya selama12 tahun, ia sudah menyayangi Raven seperti adik kandungnya sendiri, bahkan ia tidak tega mengencaninya walaupun sudah diminta berkali-kali. (karena Charles merasa ia bukan pria yang pantas untuknya)

Entah apa yang membuat Raven berubah dari gadis pemberani, ceria dan penuh perhatian menjadi monster keji berdarah dingin yang mampu menghabisi nyawa orang-orang yang menghalangi jalannya. Raven juga hampir membunuhnya, namun anehnya Charles tidak bisa marah atau membenci Raven dalam arti yang sesungguhnya, ia hanya bisa menunggu waktu diamana Raven sadar akan perbuatannya. Charles yakin Raven melakukan hal itu bukan karena keinginannya sendiri, melainkan karena diperintah dan orang yang memerintahkan hal itu adalah Erik.

Ah. Erik..

Pria yang dulu ia selamatkan karena hampir tenggelam karena mencoba mengangkat submarine..

Pria yang mau berbagi gagasan dan ideologi dengannya, tanpa takut bila pikirannya akandibaca oleh Charles, sengaja maupun tidak sengaja.

Pria yang membantunya mengumpulkan mutan-mutan untuk bersatu dan melatih mereka untuk siap menghadapi dunia serta musuh yang ada di luar sana.

Pria yang pada akhirnya bisa menerbangkan sebuah submarine.

Pria yang membuat seorang Charles Xavier terkagum, baik dari segi manapun.

Namun, ia juga pria yang mengkhianati Charles demi membalaskan balas dendamnya kepada seorang Sebastian Shaw.

Ia juga pria yang hampir membunuh tentara-tentara yang tidak tahu apa-apa, yang hanya mengukuti perintah atasannya.

Ia juga pria yang membuat ia terkena peluru Moira.

Ia juga pria yang mengambil adiknya Raven darinya, namun ia terpaksa mengiziknanya agar Raven tidak kecewa.

Namun, Ia juga pria yang ingin menginginkan Charles berada disisinya.

Tetapi sepertinya kenyataan membenci Charles, karena—

—Ia juga pria yang membuat Charles tidak dapat berjalan lagi.


X

.

M

E

N


Charles baru saja selesai mengajar, entah mengapa ia yang biasanya menawarkan diri untuk berinteraksi dengan murid-muridnya kali ini memilih untuk menyendiri di balcon mansionnya sambil menatap langit.

Memikirkan masa lalu bukanlah kegemaran Charles.

Memang kita harus belajar dari masa lalu, hanya saja masa lalu seorang Charles Xavier bukanlah masa lalu yang mulus dan menyenangkan, melainkan runyam dan complicated.

Sore hari membuat mansion terlihat semakin cantik ditambah lagi tanaman-tanaman hijau yang menghiasi sekita mansion tersebut.

Pikiran Charles pun menjadi sedikit lebih tenang melihat keadaan mansion yang damai saat itu.

Namun suasana damai tersebut diusik oleh firasat-firasat buruk yang baru-baru ini sering Charles rasakan.

Baru saja jelang sebulan setelah kejadian pencurian cetak biru cerebro yang hampir menewaskan semua mutan diseluruh dunia (dan kematian Jean Grey), sudah ada lagi firasat-firasat buruk.

Charles memang bukan seorang peramal, ia tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa depan, namun ia tidak pernah mengabaikan firasat ataupun pertanda, baik itu pertanda baik maupun buruk, agar ia, anggota X-Men dan murid-muridnya dapat mempersiapkan mental serta fisik dalam menghadapi hal yang akan datang tersebut.

Kira-kira sudah seminggu firasat buruk terus mengganggu Charles, malam ini pun Charles tidak bisa tidur, firasat buruk ini berbeda, ia seperti pernah merasakan hal ini sebelumnya, Charles merasa seperti déjà vu, namun kapan? Charles berusaha mengumpulkan konsentrasinya, mengingat semua memori yang pernah ia lalui hingga saat ini, hingga akhirnya—

"Erik.."

—Charles mengetahui jawabannya.


Tok Tok Tok. Storm mengetuk pintu dengan sopan.

"Professor, ada yang ingin bertemu denganmu."

"Siapa Storm?"

"Namanya Dr. Henry McCoy, dari Departemen Pertahanan Mutan."

"Ah— Henry, suruh dia masuk." Kunjungan kawan lama, pikir Charles.

"Oh halo Charles, bagaimana kabarmu?" sapa makhluk besar berbulu biru ramah kepada Charles.

"Ah, Hank my old friend, seperti keadaan sekolah ini, tenang dan damai—" dusta Charles.

"—kau sendiri bagaimana Henry?"

"Please, just call me Hank, Charles" aku merasa aneh bila kau ikut memnggilku Henry" jawab Hank sambil tertawa.

"ngomong-ngomong Charles, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu." Nada bicara Hank mulai berubah menjadi sedikit serius.

Charles mengerti maksud Hank dan memberi Storm aba-aba untuk meninggalkan ruangan itu, bila Hank sudah berkata begitu artinya ada hal yang cukup serius akan terjadi.

"Bulan lalu aku mendengar kabar bahwa blue print cerebro telah dicuri." Nada Hank sudah menjadi serius sepenuhnya.

"Ya, berita itu benar, tapi kami sudah mengatasinya—" Charles menarik nafasnya.

"—mengatasinya hingga tidak meniggal bekas." Lanjut Charles.

Seketika Charles teringat salah satu murid kesayangannya, Jean Grey. Ia telah mengorbankan banyak hal saat kejadian itu, sedangkan saat itu Charles tidak dapat berbuat banyak.

Melihat ekspresi Charles yang berubah (walau hanya sedikit) Hank a.k.a Beast langsung mengerti situasinya, pasti mereka kehilangan nyawa seseorang yang berharga, pikir Hank.

"Hm.. aku mengerti.." Ucap Hank memecah keheningan.

"Karena itu aku datang, untuk menyelesaikan sesuatu" tambah Hank lagi.

Menyelesaikan apa?

Charles bukan orang yang suka melewati batas privasi pikiran orang lain sehingga ia menunggu Hank menyelesaikan kalimatnya.

"Aku akan memperbarui Cerebro yang ada di mansion ini"

.

.

.

-To Be Continue-