Don't forget to give feedbacks

Happy Reading

~

chapter 1 : Savage Crookshanks

~

Hermione

Menurutku saja atau hujan pada malam hari sangat menyenangkan. Walau petir-petir itu sedang tawuran dan membuat banyak orang tidur dengan bantal diatas kepala.

Aku tahu aku akan terdengar sangat egois dengan mengatakan bahwa aku sangat menyukainya.

Sangat menyenangkan menikmati malam dengan buku-buku dan perkamen-perkamen, teh, hujan dan kasur mewah ketua murid yang baru aku rasakan selama sekitar sebulan, setidaknya setelah liburan musim dingin berakhir.

"meowww."

Aku menoleh kearah Crookshanks yang menatapku dengan tatapan kau-hanya-menatap-halaman-yang-sama-selama-limabelas-menit-dan-menoleh-sepuluh-kali-kearah-pintu-bitch.

Sialan, Crookshanks. Kuakui sedari tadi aku melamun. Semua yang disebutkan diatas bohong, dan bodohnya aku baru sadar jika hanya membaca halaman yang sama selama lima belas menit sambil melirik ke arah pintu berkali-kali.

Okay. Apa salahnya jika aku hanya berusaha fokus. Setidaknya aku hanya berusaha menanamkan lamunan-lamunan lain yang jauh lebih berfaedah sebagai pengalih dari bayang-bayang orang sialan yang menginvasi seluruh kendali otakku.

Setidaknya aku berusaha realistis, setidaknya,

persetan

"Crookshank..," kuelus kepalanya.

Crookshank mengeong lagi. Kali ini kuartikan tatapannya sebagai Jangan-paksa-dirimu-dan-bohongi-pikiranmu-aku-tahu.

Turun dari kasur, kuambil cangkir tehku, akan berguna untuk alibi. Kubuka pintu kamarku perlahan-lahan, kuanalisa keadaan sekitar dibalik celah pintu. Setelah kupastikan aman, aku mulai berjalan perlahan-lahan memasuki ruang rekreasi ketua murid.

Hanya akan mengecek apa dia sudah pulang dan kita bisa memulai ritual patroli malam.

Berbicara tentang patroli malam. Aku, dan si-ferret sialan itu mendapat jatah untuk mengelilingi Hogwarts malam ini.

Dengan dia, Jantungku mulai berdebar kencang, sangat tidak tenang, sangat tidak nyaman. Ini pasti karena kafein.

"Mencariku Granger?"

Aku terperanjat, "MALFOY!!!"

Rasanya ingin sekali aku melempar cangkir kearah mukanya. Dan disanalah dia, menatap ku dengan mata biru-kelabu dengan seringai jahat andalannya, rambut pirang platina yang berantakan, dan kedua lengan yang dimasukkan kedalam saku jubah Slytherin-nya.

Dia terlihat baik. Demi Merlin!, Aku benci mengatakan ini, tapi dia terlihat sangat tampan. Aku bertanya-tanya apa saja yang ia lakukan jika ia masih berseragam di tengah malam seperti ini.

"Kuanggap itu sebagai iya." ucapnya.

Kutarik dan kubuang napasku, "Kau tahu jam berapa ini? Satu-satunya alasan jika aku mencarimu adalah karena kita terlambat melakukan patroli di hari pertama, jadi aku mohon padamu hilangkan kepercayan diri yang terlalu tinggi itu dan bantu aku."

Aku mulai menahan napas saat dia mulai mengambil langkah lebih dekat kearahku, dengan kedua lengan yang dilipat di depan dada masih dengan seringainya

Sejujurnya, aku hanya fokus kearah kedua matanya. Walau dibalik seringai yang tampak seperti ingin ditampar itu, dengan berdiri sedekat ini, aku baru menyadari bahwa kedua manik itu memiliki perpaduan antara biru dan kelabu.

Merlin

"Benarkah itu?"

Aku mencium bau whiskey dari mulutnya.

"Lalu bisakah kau jelaskan kenapa Mudblood sepertimu, harus mencariku dengan mengendap-endap seperti berusaha keluar dari sini dan mencari laki-laki untuk ditiduri?"

PLAKKK

Dia menyentuh pipi kirinya, dan menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Aku tahu dia mungkin sedikit mabuk,

Bloody Merlin, aku harap dia memang mabuk.

Selama aku hidup di dunia ini, tidak ada orang yang dapat melukai hatiku dengan perkataan-perkataannya seperti Draco Malfoy. Tidak ada.

Tidak puaskan dia mengataiku darah kotor atau darah lumpur setiap hari? Apa salah anak kelahiran Muggle? Muggle juga manusia. Mereka sama sekali tidak berhak mengatakan apa-apa terhadap siapa. Apa yang Lucius Malfoy ajarkan padanya selama ini? Pendoktrian bodoh bahwa Muggle tidak sederajat dengan mereka? Persetan dengan semua kasta darah di dunia ini, Pureblood atau bukan, tidak ada artinya jika apa yang mereka keluarkan dari mulut mereka hanyalah melabeli sampah pada orang-orang.

Dadaku terasa sesak dan kurasakan air mataku akan segera tumpah. Malfoy sama sekali tidak pantas mendapatkan air mata dariku.

Sedetik setelah menamparnya, kubalik badanku, bersiap untuk segera enyah dari hadapannya. Setelahnya, kurasakan lengannya menarik lenganku dengan keras hingga kedua mata kami bertemu kembali.

Kutatap kedua maniknya dengan milikku dengan penuh amarah. Aku harap tatapanku dapat menggambarkan seberapa benci aku padanya.

Kau kuat Hermione. Jangan terlena terhadap mata biru sialan itu.. mata hijau Harry lebih indah dilihat...tunggu.. hijau itu sangat Slytherin... jangan... umm..benar...Ron! matanya juga biru, bodoh sekali aku berpikir anak Lucius Malfoy itu tampan. Kubilang kepada kalian, Draco Malfoy sama sekali tidak tampan, dia hanya patung di museum yang tidak punya hati. Aku kasihan padanya.

"Kau menamparku dengan tangan kotormu?" katanya.

"Dan kau sekarang, memegang tangan kotorku dengan tanganmu bodoh!"

Secepat mungkin dia melepas pegangannya. Aku mulai berbicara lagi, "Kau pantas mendapatkan itu, apa maksudmu dengan perkataanmu? Jangan bilang begitu jika kau adalah pria yang hanya menjadikan wanita sebagai pemuas nafsu sesuatu diantara selangkanganmu."

"Kau berisik Granger..."

Entah kenapa seperti ada nada kebingungan di suaranya

"Kau tidak merasakan sesuatu yang aneh?" ia bertanya.

"Jika itu bukan kau yang kembali masih dengan seragam itu, hal bagus yang dapat aku laporkan kepada Filch nanti."

"Kita akan patroli, atau kau masih ingin berdiri disini dan mengoceh tanpa henti."

"Aku akan mengambil jubahku."

Kami keluar dari ruangan rekreasi. Malfoy berjalan mendahuluiku dan aku mengikuti dibelakangnya. Aku memperhatikan langkah tegapnya, dan aku menghentikan langkahku saat langkahnya tiba-tiba berhenti.

Kami langsung mengenali seorang anak dengan rambut merah di depan kami.

"Ron!?" Apa yang ia lakukan di malam seperti ini.

Malfoy berkata dengan nada mengejek, "Bagus Weasley, kau berbaik hati sekali untuk datang kemari, Granger pastikan kau catat temanmu."

Aku dan Ron saling melempar tatapan bingung. Apa yang dia bingungkan? Aku telah mengingatkannya, dan Harry untuk tidak keluar pada jam malam agar aku tidak harus mendorong teman-temanku sendiri ke ruang detensi.

"Apa yang-" Ron akan berbicara, namun ia terhenti oleh gelak tawa Malfoy. Kalau bukan karena Harry yang muncul tiba-tiba di belakang Ron. Aku membuang napas dan menutup wajahku dengan tanganku.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanyaku.

Harry dan Ron saling melempar tatapan bingung. Dasar Harry dan Ron bodoh!, tolong jangan berikan ekspresi itu, atau kalian akan terlihat lebih bodoh lagi di depan Draco Malfoy dan dia akan semakin mencelaku. Kenapa mereka harus datang di malam seperti ini?

"Kita hanya ingin menemuimu. Kau tidak datang saat sarapan." jawab Harry.

"Sangat lucu Potter." ucap Malfoy dengan sarkas

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Ron dengan wajah ngeri. "Kalian.. habis melakukan...sesuatu?" lanjutnya sambil mengisyaratkan orang ciuman dengan jari-jari tangannya.

"TENTU SAJA TIDAK!" teriakku dan Malfoy bersamaan.

"Kami akan berangkat patroli."

"Di pagi hari?"

Aku mencerna kata-kata Ron. Di detik pertama aku kira dia hanya bergurau, namun setelahnya aku menyadari bahwa sinar-sinar matahari tampak menembus jendela-jendela di langit-langit Hogwarts. Tidak mungkin, aku tidak menggunakan Time Turner. Sepuluh menit yang lalu aku masih berbicara dengan Crookshank di atas kasur di malam yang hujan.

"Bloody Merlin" ucap Malfoy setelahnya.

to be continued...

A/N

Gimana chapter 1? Omg I MISS DRAMIONE SO MUCH

I hope you like it, i will update as soon as possible. Maybe 2/3 minggu lagi karena ada ulangan sana sini , wish me luck guys

and fyi, i will post this on wattpad soon, and i really really need your feedbacks and support asdfghjkl

See you in the next chapter

-daisyalien