Boboiboy Animonsta

this fic is belong to me

hati hati typo

rated T. masih aman

.

.

.

BoiFang

Fang hanya kehujanan dan menumpang berteduh di rumah rivalnya. Menghela nafas. Dia segera mengguyur kepalanya dengan air hangat, menyebabkan rambut landaknya jatuh turun. Selesai, dia segera menggunakan handuk dan keluar. Kepalanya menengok kekanan dan kekiri

'Tidak ada' pikirnya

Fang berdiri di depan jendela, mengeringkan rambutnya.

"Kurasa piyamaku cukup untukmu" Fang menoleh, mendapati Boboiboy membawa nampan dengan dua cangkir coklat panas.

"Kau jadi terlihat cantik" Boboiboy nyengir, dia tau Fang tidak suka disebut cantik.

Boboiboy meletakkan nampan di meja belajarnya, duduk diatas kursi kayu, masih memperhatikan Fang. Mengamati indahnya mahkluk didepannya. Kulitnya putih pucat, dulu Boboiboy pernah berfikir kalau Fang itu vampire, konyol memang. Bibirnya tipis, khas orang china, dengan warna merah alami. Pipi tirus mulusnya, pinggang rampingnya. Ah Boboiboy tidak tahan

Fang tau kekasihnya sedang memperhatikannya. berjalan pelan ke arah Boboiboy. Dia hanya ingin mengambil kacamata miliknya. Entah kenapa dia memdapat firasat buruk.

Greepp

Fang tersentak, Boboiboy memeluknya, mengusapkan pipinya pada perut rata Fang.

"Dingin" Ucap Boboiboy nyaris berbisik, Fang masih mendengar meski suara hujan cukup menganggu

"Aku lebih dingin, Boi" sahutnya sambil memainkan helaian hitam milik pemuda yang sudah beberapa bulan mengisi hatinya.

Boboiboy menyeringai, mengeratkan pelukannya pada pinggang Fang.

"Aku tau kau peka, Fang"

Fang membeku, mencoba melepaskan sepasang lengan yang memeluknya.

"Lepaskan aku!" Masih meronta

"Tidak akan, ini sudah hampir seminggu kau tidak memberiku jatah"

IceFang

Semua orang tau kalau Fang itu galak, persis induk ayam yang melindungi anak-anaknya. Bahkan saat pemggemarnya berteriak Fang hanya akan tersenyum tipis. Tapi anehnya penggemarnya malah bertambah.

Tapi semua berubah saat Ice menyerang.

Fang duduk manis di sofa ruang tamu si kembar, memandangi foto yang diausun rapi dengan berbagai jenis bingkai. Fang sedang berfikir, apa tidak apa apa kalau dia datang kemari. Fang sangat tau bagaimana kembar lima berlomba untuk bisa kencan dengannya. Sudahlah, itu bisa dipikir nanti.

Fang menoleh saat Ice duduk disebelahnya, dengan ekspresi datarnya. Apa stok wajahnya hanya itu ?. Ingin sekali Fang menabok muka Ice supaya ekspresinya sedikit saja berubah. Seperti beruang kutub yang sedang hibernasi, muka Ice itu terlalu datar, Fang gemas sendiri.

Tangan Fang dengan nakal menyentuh selangkangan Ice. Fang menyeringai, dia tau Ice tersentak. Seringainya menghilang saat tangan dingin Ice menyingkirkannya, Fang memdengus kesal, membuang muka.

'Awas kau, muka datar' Fang menatap Ice sinis. Ice balas menatapnya datar.

Fang masih membuang muka. Ice menghela nafas "Fang ?" Tidak dibalas, "ayolah Fang, jangan merajuk" Fang malah menggeser pantatnya, membuat jarak. Muka ice makin datar.

Ice membalik tubuh Fang paksa, melihat ekspresi si Uke yang sudah seperti Singa betina yang mengintai mangsanya

"Apa ?" Ucap Fang sarkastik. Ice langsung menerjangnya, menindihnya di sofa

"Jangan menyentuhku" Fang menahan muka Ice agar tak semakin mendekat "ayolah Fang" Fang makin memberontak, menjambak rambut hitam Ice, Ice berteriak "jangan begitu, Fang" Fang makin ganas menarik rambutnya, tangannya menahan tangan Fang berharap rambutnya lepas "kenapa kau cuma jinak ke Gempa saja" Ice kesakitan karena jambakan di rambutnya menguat, dia yakin beberapa helai rambutnya sudah terpisah dari kulit kepalanya

"Kau bilang apa tadi" Fang yang marah menggigit keras pipi kanan Ice "AAAAAAARRRRGGGGHHH" Fang melepas gigitannya. Masih dengan tatapan singa betina. Ice meringis kesakitan di atasnya, mengelus pelan bekas gigitan Fang. Ice menatapnya datar, Fang menatapnya tajam " apa" gemas juga si Ice. Ice segera menggigit bibir bawah Fang, tidak peduli pada teriakan Fang yang kesakitan, melepasnya gigitannya, mengecup bibirnya, lalu hidungnya dan mencium seluruh Fang, membuat Fang tertawa.

Ochobot hanya memandang datar pemandangan di depannya, ingin sekali menepuk jidat, seandainya dia punya.

GemFangHali

Wajah mereka sama, tinggi mereka sama, bahkan suara mereka hampir sama. Matanya makin tajam memandang saudara tertuanya. Ada rasa sesak dan panas didadanya, ingin rasanya membunuh kakaknya saat orang yang dia cintai bercumbu dengannya. Memisahkan mereka. Seharusnya dia berpaling, membiarkan pemandangan itu berlalu, tapi dia masih disana, memandang sejoli yang sedang bermesraan.

Tangannya meremas kaos merah yang dia kenakan, sakit. Tidak mungkin dia menangis disini, mau ditaruh dimana mukanya, seorang Halilintar menangis. Sangat tidak mungkin. Jika saja disana bukan Fang dan Gempa, tidak mungkin dia seperti ini. Hanya Fang yang bisa membuatnya seperti ini.

'Buang semua puisi antara kita berdua'

'Kau bunuh dia sesuatu yang kusebut itu cinta'

'Yakinkan aku tuhan, dia bukan milikku'

'Biarkan waktu waktu, hapus aku'

Halilintar menoleh perlahan, mendapati Ice dengan muka datarnya sedang memegang gitar, dan Taufan dengan gaya idol-nya menyanyi lagu yang entah kenapa membuat Halilintar ingin menyetrum mereka berdua.

Taufan nyengir, Ice dengan muka datarnya, masih memetik gitarnya. Sadar mendapat pandangan membunuh dari Halilintar, Taufan dan Ice segera mengambil langkah seribu, Halilintar dengan aura membunuhnya. Saling kejar kejaran.

GemFang

Gempa sendiri tidak tau kenapa dia mengikuti si rambut anggur. Dia hanya tau seperti ada magnet yang menariknya untuk ikut. Seharusnya dia ke kantin untuk membeli makanan atau minuman, karena dia tadi lupa sarapan. Si rambut anggur entah sadar atau tidak di ikuti. Gempa tau ini arah ke perpustakaan, Gempa juga sangat tau kalau si rambut anggur itu haus pengetahuan.

Fang langsung masuk ke perpustakaan dan segera menghilang di antara rak buku. Gempa tidak sulit menemukannya meski tertinggal agak jauh. Pheromone Fang terlalu kuat menariknya, dan itu jalannya untuk menemukan Fang

Gempa sebenernya ingin sekali lagi menyatakan perasaannya, iya sekali lagi. Dia ditolak saat kenaikan kelas di tahun ketiga mereka. Gempa hanya tidak terima mereka hanya sebatas teman, Gempa ingin lebih. Gempa juga suka tidak tahan kalau di dekat Fang.

Bingo! Gempa menemukan Si anggur di antara tingginya rak buku. Duduk di lantai ditemani beberapa buku yang tergeletak di dekat kakinya. Gempa menghampirinya, menempatkan diri di samping si anggur. Menyenderkan punggungnya. Fang menoleh "sedang apa ?, kukira kau ke kantin" Gempa tersenyum kalem "hanya ingin kesini" Fang menautkan alisnya, mengabaikan Gempa disampingnya dan kembali membaca.

Gempa masih memperhatikan Fang, mengabaikan buku terbalik yang dipegangnya. Fang terlalu indah dimata Gempa, dia selalu mengagumi kontur wajah Fang, pipi tirusnya, kulit putihnya, dan terutama bibirnya. Gempa berfikir merah bibir Fang itu hasil lipstik atau sejenisnya atau mungkin itu alami. Gempa harus merasakan nanti.

Gempa masih terpaku pada sosok disebelahnya. Melihat dengan seksama keindahan disampingnya, meskipun kacamata yang dipakai si pemuda menganggu sedikit keindahan yang ditawarkan. Pemuda disampingnya tiba tiba menoleh. Terkejut, Gempa kembali menatap buku dihadapannya

"Ada apa ?"

"Apa ?"

"Kau terpesona padaku ?"

Gempa diam saja, wajahnya sedikit banyak memerah "yang benar saja" masih menatap buku dihadapannya.

Fang menyentuh sisi wajah Gempa, mendekatkan diri ke arah leher lawannya, Gempa bisa merasakan nafas hangat Fang menerpa lehernya. Wajahnya semakin memerah.

"Kita ini teman kan ?" Fang berbisik rendah, mengecup pelan leher Gempa.

"Teman..." Untuk sesaat pikiran Gempa blank. Gempa mendorong sedikit Fang agar sedikit menjauh "ini perpustakaan" ucapnya tegas "lalu ?" Fang membalas sambil memiringkan kepala. Gempa memejamkan mata 'tidak! Ini godaan' pikirnya naif. Fang masih disana memainkan kerah kemeja coklat miliknya. Gempa kehilangan kendali

"Persetan dengan perpustakaan" dia segera menerjang Fang. Membuat punggung Fang merasakan dinginnya lantai perpustakaan. Fang tersenyum, mengalungkan kedua lengannya ke leher pemuda di atasnya. Gempa segera menggigit keras perpotongan leher dan bahu Fang. Gempa mengangkat wajahnya, fokus pada bibir Fang, sudah lama dia ingin merasakannya. Mendekat, bibir mereka bertemu. Manis dan kenyal, Gempa menggigit bibir bawah Fang, Fang melenguh, Gempa segera memasukkan lidahnya, mengabsen deretan gigi Fang, lidah mereka bertemu. Gempa benar benar tidak tahan. Sekali lagi, Persetan dengan perpustakaan.

Ini sangat nggak jelas...

BoiFang

Fang baru saja selesai membersihkan kamarnya. Dia segera memgambil handuk, melangkah malas ke kamar mandi.

Ddrrt drrttt drrtt

Mata amethys miliknya melihat nama pemanggil, Boboiboy.

Tersenyum, dia segera menggeser icon 'answer' berwarna hijau di layar smartphone miliknya.

"Halo" senyum belum pudar dari wajahnya

"Hai, babe" jawab suara diseberang sana

Fang masih tersenyum. Ini masih musim liburan, sebenarnya dia ingin sekali menemuai pujaan hatinya. Pernah suatu sore, Fang mengunjungi Boboiboy, agak kecewa, karena kedai coklat milik atoknya ramai, tidak ada waktu bermesraan.

"Aku merindukanmu" ucapnya pelan, masih setia tersenyum. Nggak pegal Fang ?

"Jangan rindu, itu berat, biar aku saja"

Fang menganga, menjauhkan ponsel pintar dari telinganya, melihat nama pemanggil.

"Boi ?" Fang mendekatkan kembali benda persegi ke telinganya ,

"Iya sayang, ini aku"

Fang yakin itu suara Boboiboy, kekasihnya, tidak mungkin dia salah, dia yakin. Menjauhkan sekali lagi ponsel miliknya.

"Tidak Boi, yang berat itu sehari tidak bertemu kamu" eeeaaak, Fang membalas. Dia ingin dengar kekasihnya membalas apa.

Tidak ada jawaban

"Boi... Boboiboy ?"

Di sebuah kedai coklat

Seorang pemuda sibuk memciumi benda persegi yang dikenal sebagai smartphone. Beberapa pengunjung hanya menjaga jarak dan beberapa memgurungkan niat membeli coklat panas.