Disclaimer Naruto : Masashi Kishimoto

I take no provit

© story : GyuuRuru-kun — special for : Anisa Astari (An-neesama)


Jar of Thousand Story


Based on: Scheherazade

Rated : T+

Warn : AU/OOC/Misstypo(s)

Don't like, Don't read

Negeri indah ini hijau, indah gemerlapan di malam hari. Negeri ini adalah mutiara padang pasir yang sering disebut-sebut setiap musafir yang sempat singgah di dalamnya. Benar, ini adalah Konoha. Kota penuh kedamaian dan kebahagiaan bahkan dari sudut terpencilnya sekalipun.

Akan tetapi dulu negeri ini bukanlah negeri yang hebat seperti sekarang. Dulu, jauh sebelum negeri ini mendapatkan nama mutiara padang pasir, ini semua hanyalah tanah tandus, sebuah kota tua yang hampir mati jiwanya. Naiknya seorang raja bijak membuat jiwa kota ini hidup kembali, dimana ia memenangkan cinta dan hati seluruh masyarakatnya, dan membangkitkan semangat untuk membangun bagi semua kaum itu.

Namun ketika kota ini mencapai perkembangan pesat, sesuatu hal buruk terjadi. Sebuah hari mengawali tahun-tahun yang kelam di Konoha, namun siapa sangka hal ini tiba-tiba mereda dan menjadi titik utama perkembangan pesat menuju negeri yang subur lagi makmur.

:: Konoha, 500 years ago ::

"Naruto … Naruto-sama."

Pria itu menengok ke arah seorang pria berambut raven lain yang datang ke arahnya, "oh Sasuke? Ada apa?"

"Ada yang ingin mengucapkan selamat jalan pada anda," jawab Sasuke yang ternyata diikuti oleh Sang permaisuri dari belakang.

"Shion." Naruto merentangkan tangannya dan wanita itu menghambur memeluk Naruto.

"Apakah lama, aku sangat menginginkan daging rusa itu," pintanya manja dan Naruto pun hanya bisa tersenyum kecil.

"Rusa belantara sulit ditemukan jika siang, mereka akan bermunculan menjelang matahari terbenam. Aku akan kembali paling lambat malam ini, bahkan mungkin besok. Aku akan berusaha pulang secepat mungkin," hibur Naruto dan itu pun akhirnya meredakan rengekan Shion.

Sasuke melirik wajah Naruto, dalam semua senyuman itu tersirat sebuah kesedihan yang mendalam. Terutama kebohongan tentang rusa itu, jelas sekali itu wujud ketidakpercayaannya pada permaisuri. Rusa belantara memang cepat tetapi mereka hidup berkelompok, tentu menangkap seekor saja tidaklah sulit bagi pemanah jitu seperti Naruto. Kawanan itu juga terlihat tiap waktu dan sering berkeliaran di hutan kematian yang berada di kawasan utara luar kerajaan, tidak hanya terlihat menjelang sore saja. Perburuan kali ini jelas hanya akan menjadi perburuan yang singkat.

"Aku akan bawakan daging segar itu padamu sesegera mungkin," ucap Naruto selepas menaiki unta miliknya.

Sasuke melirik punggung Sang raja yang ada di depannya sekarang, "hn, apakah anda yakin?"

Naruto meremas tali kekang unta itu menahan gejolak perasaannya, "kita lakukan dengan cepat!"

Untuk sesaat Sasuke melihat seseorang di sudut kota dekat gerbang, ia terlihat mengawasi mereka yang tengah keluar dari kota bersama dengan tiga prajurit lain. Pria bertudung itu menghilang di balik kerumunan sewaktu kawanan raja tepat meninggalkan kota, tanpa ia sadari ia merupakan bagian dari rencana Naruto.

Naruto terus memacu untanya menuju hutan pepohonan palm lebat dekat oasis. Ia mengambil busur di punggungnya berikut dua anak panah, gerakan unta itu memang cepat tapi masih lebih lambat dari kuda sehingga mudah baginya mengatur keseimbangan berkendara. Begitu sampai di depan hutan kematian ia langsung melepaskan dua anak panahnya itu jauh ke dalam hutan tanpa ada sasaran sedikitpun, kemudian ia mengambil satu lagi anak panah dan mengaitkannya di busurnya.

Kelompok pemburu itu kini telah sampai di tengah hutan, menuju suara ribut gerakan kawanan rusa. Terlihat kaki salah satu rusa terkena panah raja sehingga ia berlari pincang dan bergerak lebih lambat dari yang lain. Panah Naruto melesat menuju kepala rusa itu, menembusnya, dan akhirnya menghentikan pergerakannya.

Prajurit yang lain tidak berkomentar banyak melihat keahlian Sang raja dalam berburu, mereka prajurit ahli dan tidak dilatih untuk menjilat dengan kata-kata manis. Mereka hanya dengan sigap singgah di dekat rusa itu, lalu tanpa banyak komentar mengikat bagian kaki-kakinya.

"Pisahkan kepala rusa itu!" perintah Naruto.

"Baik, tuan!" Salah seorang prajurit dengan sigap memotong kepala rusa itu, sekali tebas kepala itu pun terpisah dari tubuhnya.

Prajurit-prajurit itu menaikkan rusa tanpa kepala itu ke tunggangan dan mengikatnya, sementara kepala rusa tadi dimasukkan dalam kantung, tanduknya dibiarkan keluar sebelum kantung kulit itu diikat sepenuhnya. Dengan begini, perburuan kali ini selesai.

"Kita kembali!" titah Naruto.

Sasuke dan prajurit lain mengikutinya kembali ke istana. Sasuke melihat Naruto sendirilah yang membawa kepala rusa itu, semua perburuan ini hanya untuk kepala itu dan Sasuke sendiri ragu Naruto akan meminta kepala dapur untuk mengolah daging rusa hasil perburuan kali ini.

"Aku akan tetap memakannya," kata Naruto seolah membaca pikiran Sasuke.

Sasuke tersenyum tipis, "begitukah?"

Kini kawanan mereka mendekati kota. Sasuke menyiapkan busur dan anak panahnya, begitu dekat dengan jarak serangnya Sasuke pun menembakkan satu menuju seorang pengamat yang berada di dekat pintu gerbang, panah itu melesat dan tepat menembus teleskop berikut kepalanya. Mereka memasuki gerbang kota lalu Sasuke melepaskan satu panah lagi, tepat mengenai kepala seseorang berjubah dan bertudung putih.

"Semua pengamat sudah saya bersihkan," ucap Sasuke dan Naruto pun memacu lebih cepat untanya menuju istana.

Sementara itu, Shion dan Taruho kalang kabut di dalam istana. Sebenarnya sudah lama keduanya menjalin hubungan terlarang di belakang Sang raja tanpa sadar kalau perbuatan keduanya diam-diam diawasi oleh perdana menteri, Uchiha Sasuke.

Shion dan Taruho baru menyadari kalau Sang raja sudah berada di ruang utama. Karena tidak mungkin lagi kabur maka Taruho memutuskan untuk bersembunyi dalam sebuah guci antik di kamar Shion. Shion menaruh bantal kecil untuk menutupi bagian atas dan buru-buru pergi menyambut raja.

"Aku pulang." Naruto membuka kamar Shion membuat Shion melonjak kaget, Naruto kini berdiri di hadapannya.

"A-Anda s-sudah pulang, Naruto-sama." Shion gelagapan melihat Naruto berdiri dengan baju prajurit lengkap di hadapannya sambil menenteng sebuah kantung.

"Aku bawakan ini untukmu." Naruto melempar kantung itu dekat dengan kaki Shion, karena penasaran wanita itu pun membukanya.

Shion menatap nanar isi benda itu ia memegangi mulutnya mencoba menahan muntah, "i-ini?"

"Hadiahku. Sudah lama aku mendengar berita-berita yang tidak mengenakkan, itu membuat hatiku sakit." Naruto berjalan-jalan dan melirik sebuah pemandangan aneh, guci antik dilindungi bantal?

Naruto meremas gagang pedangnya, menahan amarahnya. Tapi sudah dipastikan, terutama waktu melihat guci itu bergerak-gerak kecil. Tak ayal lagi ia menarik pedangnya dan menusukkannya tepat di tengah guci. Teriakan tertahan keluar dari dalam dan begitu ia mencabut pedangnya tersisa noda darah sepanjang tusukan. Naruto menendang hancur guci itu dan mengeluarkan seseorang dari dalam guci.

"Sayang sekali aku begitu mudah percaya padamu, kau prajurit hebat Taruho. Hanya saja semua kelakuanmu tidak terbayarkan," ucap Naruto dengan nada dingin.

Shion berlari menuju Taruho dan memangkunya yang terus memuntahkan darah. Tak berapa menit setelah itu, seluruh ruangan dikelilingi oleh prajurit istana. Sasuke berjalan dan berdiri di samping belakang Naruto, menunggu keputusan pahit dari raja.

"Pancung mereka berdua!" ucap Naruto yang kemudian berbalik, berjalan pergi meninggalkan kamar itu.

Sasuke memerintahkan semua prajurit untuk menyeret mereka berdua, Shion berteriak histeris dan Taruho sendiri sekarat. Semua suara ribut itu tak lagi dihiraukan oleh Naruto, kini ia hanya duduk sendiri di ruang makannya yang luas menunggu masakan daging rusa itu datang.

Sasuke memaksa Shion untuk bersujud, dengan kasar ia menarik rambut gadis itu dan menaruhnya di pasungan kayu. Taruho tidak bisa berkutik lagi karena ia sendiri berada di ambang kematian. Sasuke mengunci kedua pasungan itu dan turun dari panggung hukuman pancung. Ia mengangkat tangan tanda untuk prajurit lain menjatuhkan pisau pancung, memulai eksekusi.

Lalu setelahnya—

—hanya terdengar teriakan histeris dari wanita masyarakat sekitar yang menyaksikan hukuman itu.

Hari itu, semua penduduk diliputi rasa duka yang mendalam. Kehilangan permaisuri dan memikirkan kesedihan yang harus ditanggung raja mereka. Seseorang yang benar-benar ia cintai dari dalam lubuk hatinya, ternyata malah mengkhianatinya. Tapi kenyataannya, tak banyak yang bisa mereka lakukan untuk menghibur Sang raja. Hanya kemauan kuat raja sendiri yang bisa menyembuhkan kepedihan hatinya.

Malam itu, bintang-bintang bertebaran di langit menemani rembulan yang berselimut awan. Naruto hanya mampu menatapnya dari beranda, sementara rasa sakit di dadanya terus membuat luka yang lebar. Ia kesepian, tak ada tangan hangat yang menemani malamnya, tak ada kata-kata indah yang melipur laranya.

Tak ada yang lebih menyakitkan dibanding luka yang didapat dari mencintai seseorang yang tidak bisa mencintai kita sepenuhnya.

"Kau tahu, Sasuke. Aku tidak bisa terus berlarut-larut dalam kesedihan seperti ini." Naruto sedari tadi menyadari kalau Sasuke tengah mengintainya, mengawasi ia yang tengah berduka.

"Maaf jika saya mengganggu malam anda. Saya hanya sedikit khawatir dengan keadaan anda." Sasuke memunculkan dirinya dari balik kegelapan dan berjalan mendekati Naruto.

"Aku hanya mulai sedikit memahami. Saat kau mencintai seseorang kau tidak perlu sampai membawa perasaan, karena ketika kau kehilangannya kau akan merasa sakit lebih dari apapun. Perasaan itu adalah pembunuh, dia masuk dengan lembut dan menawan tapi membantai dengan rasa yang teramat menyakitkan," kata Naruto dan Sasuke hanya terdiam.

Naruto menghela nafas saat angin malam yang dingin menerpa wajahnya, "besok aku akan menikah lagi Sasuke. Pilihkan aku gadis yang paling baik di kota."

Sasuke mengerutkan kening keheranan mendengar penuturan rajanya tapi ini adalah perintah langsung, "baiklah, Naruto-sama."

Malam berganti fajar yang indah, kini terangnya Sang surya mengawali seluruh aktivitas kota Konoha. Sasuke dan beberapa pengawal lain berjalan-jalan mengelilingi kota perdangangan yang begitu luas itu, mencari sosok gadis yang cocok untuk Sang raja, sampai matanya tertuju pada salah seorang wanita cantik yang tengah menjual beberapa buah pir.

Sasuke turun dari unta miliknya dan berjalan menuju tempat kecil itu, "semoga kau diliputi keselamatan."

Sang gadis terkejut melihat perwira kerajaan, perdana menteri yang terhormat singgah di tempatnya yang kumuh, "d-dan semoga anda juga diliputi keselamatan."

"Seberapa baik kau memasak makanan?" tanya Sasuke.

"S-Saya ahli membuat kare. Keluarga saya mengatakan bahwa mereka suka sekali kare buatan saya," jawab gadis itu gelagapan.

"Seberapa baik kau mengurus anak?" tanya Sasuke lagi.

"Saya belum memilikinya, tetapi yang saya mampu berikan adalah waktu bersama serta kasih sayang pada mereka kelak," jawabnya lagi.

"Seberapa baik kau melayani suami?" lanjut Sasuke.

"Saya hanya bisa memberikan apa yang saya bisa berikan untuk melayaninya sepenuh hati," jawab wanita itu, sebenarnya ia sangat bingung kenapa perdana menteri selalu menanyakan sesuatu menyangkut berkeluarga?

"Bawa dia pada raja!" perintah Sasuke pada prajurit di belakangnya dan sebuah unta terbaik pun disiapkan, wanita itu ditarik naik ke atas tunggangan tersebut.

Melihat putrinya dibawa pihak kerajaan, Sang saudagar yang tadinya melayani pembeli pun bergegas lari menuju anaknya, "tuan, jika anda tidak keberatan akan pertanyaan saya, mau dibawa kemana putri saya?"

"Dia akan menikah dengan raja hari ini, pesta akan diselenggarakan siang ini juga," jawab Sasuke dan dalam sekejap mata saudagar itu pun berbinar-binar.

"Naruto-sama akan menikahi anakku. Syukurlah, aku harus mengundang seluruh sanak saudaraku," teriak saudagar itu kegirangan tanpa menghiraukan lagi Sasuke dan anaknya sudah pergi ke istana.

Di istana wanita itu didandani dengan pakaian putri timur tengah yang mewah bertabur kilauan emas permata. Dari raut wajahnya terpancar rasa senang yang luar biasa karena pria yang ia akan nikahi sekarang tengah mengawasinya merias diri. Naruto berjalan mendekat ketika ia selesai dirias dan pria itu pun mengecup mesra lehernya. Entah kenapa ia sedikit mengerti tugasnya sekarang, ia harus menghibur raja setelah kehilangan permaisuri yang lama.

Siang itu pesta berlangsung meriah namun pesta hanya berlangsung di lingkungan kerajaan. Masyarakat biasa hanya bisa menikmati kemeriahannya dari luar gerbang istana yang dikawal penjaga. Hanya suara-suara musik dan tawa sanak saudara pengantin yang membuktikan pesta itu berjalan begitu meriah. Tetapi ini sedikit aneh bagi para penduduk, karena pernikahan kali ini tidak melibatkan mereka semua, tidak sama seperti permaisuri dulu dimana pesta digelar sampai penghujung kota, meski begitu mereka tidak berprasangka buruk dan mungkin hal ini dikarenakan raja tak ingin menghambur-hamburkan uang percuma karena akan memberikan contoh tidak baik pada rakyatnya.

Di kala sore hari suara meriah pesta pun berakhir, senja menjadi penghujung hari kala itu membuat kedua insan yang tengah saling berpelukan ini masuk ke dalam. Mereka menikmati malam pertama yang begitu bergelora dibawah naungan selimut yang tebal dan ranjang yang lebih empuk dari kapas. Naruto menatap dingin istrinya yang tengah terlelap dalam malam kebahagiaan, ia berdiri memakai pakaiannya dan berjalan keluar kamar.

"Terima kasih sudah mau menjaga, aku sudah selesai dengannya. Pancung dia!" perintah Naruto dan Sasuke pun berjalan masuk diikuti beberapa pengawal yang sudah menunggu.

Permaisuri berteriak keras, ia diseret keluar dengan situasi dimana tanpa ada sehelai benang pun di tubuhnya. Satu-satunya permohonannya yang dikabulkan oleh Sasuke adalah sebuah selimut yang menutupi tubuhnya sekarang. Ia diseret menuju panggung dan mendapat perlakuan sama seperti sebelumnya.

Beberapa penduduk yang mendengar kegaduhan kala fajar itu bergegas menuju wilayah panggung eksekusi, betapa terkejutnya mereka melihat permaisuri baru dihukum pancung, tak ada yang berani menentang kekuasaan raja, semuanya hanya terdiam saat kepala permaisuri itu terpisah dari tubuhnya, mereka menahan duka yang kembali muncul sama seperti sebelumnya. Hanya saja kali ini, permaisuri dibunuh tanpa sebab yang jelas.

Kini, awan kelam dari rasa takut mulai menutupi kota Konoha.

:: To Be Continue ::

A/N: ehh,, yaah ini agak sungkan makai tema dari Timur Tengah, tapi waktu pertama Gyu baca Gyu merasa cerita Scheherazade dari 1001 malam ini keren abis. Oh ya, Hinata akan muncul di chapter depan… so tetap follow kelanjutannya yaa… Ja Ne—

Psst… berkenan kasih review? hehe