Title
Die in your arms Chapter 1
Author
Parkbaekshii
Cast
Park Chanyeol, Byun Baekhyun, and all cast temukan sendiri.
Rated
M ( Perlahan tapi pasti )
Genre
Angst, romance, yaoi
Length
Chaptered
Disclaimer
Cerita sepenuhnya ide author, cast disini hanya pinjam nama. Seluruh cast punya Tuhan, (Author), orang tua, dan agensi.
All cast in this story belong to themselves. Story and plot, all belong to author. Do not copy this story, plagiarism is strictly prohinibited.
WARNING! YAOI (BOYXBOY), typo, bahasa campur aduk. Gak suka YAOI ? JANGAN BACA!! *maksa* hehehehe...
Summary *
Aku ingin dirimu.
Kau ingin dirinya.
Aku ingin pergi.
Kau menghalangi.
Aku ingin kembali.
Kau tak siap.
Namun disaat diriku telah lemah tak berdaya.
Kau menginginkanku, tak memberikan sedikit pun celah untuk pergi, hingga kau harus merelakan aku mati di pundakmu.
Aku mencintaimu. Dulu, kini, dan seterusnya. -Byun Baekhyun-
Kau mencintaiku.
Ku abaikan.
Kau menyerah.
Ku memberikan harapan.
Kau mencoba.
Hatiku menciut.
Hingga titik dimana hatiku telah mencintaimu, menerimamu. Kau lelah dalam penantian. Menyedihkannya diri ini, hati ini harus merelakanmu pergi. Tanpa bisa diharapkan kembali.
Karena kesempatan hanya diberikan dua kali, namun tidak untuk kesalahan yang sama. -Park Chanyeol-
Chapter 1
Bulan purnama yang terang benderang menyinari gelapnya malam kini telah berganti tugas dengan Sinar mentari yang menyambut pagi dengan cahaya nya yang cerah. Burung-burung kecil bersiul, berkicau dengan suara merdunya menghiasi langit Seoul yang begitu cerah. Orang-orang mulai berlalu lalang melakukan aktivitas rutin mereka. Bekerja, menuntut ilmu, saling berlomba untuk memadati jalanan, pemberhentian bus, ataupun stasiun kereta bawah tanah di kota padat nan indah. Seoul, Korea Selatan.
Terlihat sesosok pria mungil menggeliat tak nyaman dari kasur King size miliknya. Berusaha membiaskan seberkas cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah celah tirai bergambar strawberry. Postur tubuhnya yang mungil berbanding terbalik dengan kasurking size yang ia gunakan untuk berbaring. Berbanggalah netra beruntung yang suatu saat nanti dapat melihat dan meneliti rupa indah dari lelaki mungil itu.
Tubuh kecilnya bangkit menyibakkan selimut tebal yang menghangatkan tubuh kurusnya dari dingin udara malam kota Seoul. Terbalut baju tidur dengan pola-pola strawberry, buah favorit lelaki cantik itu, tubuh miliknya persis bagaikan bocah imut berusia 10 tahun yang merengek, bingung mencari keberadaan ibu tercinta.
Sambil meregangkan tubuhnya, Baekhyun berjalan menuju kamar mandi mewah miliknya. Bahkan aroma buah strawberry dan bunga mawar menguar memenuhi kamar mandi itu. Setiap sudut ia hiasi dengan lilin-lilin aroma terapi yang menenangkan dan menyejukkan jiwa nya yang kesepian tanpa orang tua di sampingnya lantaran ia tinggal berjauhan dari kedua orang tuanya yang menjalani bisnis properti di negara Paman Sam, Amerika Serikat.
Byun Corp. Itu merupakan salah satu perusahaan terbesar yang berhasil di bangun oleh ayah dan ibu Byun Baekhyun. Yang merupakan pengusaha sukses menjajaki kerasnya persaingan negeri paman Sam tersebut. Namun harta melimpah dan kehidupan yang selalu dilengkapi dengan berbagai fasilitas mahal tidaklah menjadikan seorang pria mungil, nan cantik itu menjadi seseorang yang juga di limpahi dengan hangatnya dekapan keluarga serta berlimpahnya kasih sayang dari orang-orang yang ia kasihi. Ia tak ubahnya seekor kupu-kupu cantik yang harus melewati berbagai fase kehidupannya seorang diri. Tanpa saudara yang akan mendengarkan keluh kesahnya, tanpa orang tua yang ada untuknya saat di hari-hari jenuhnya.
Kesepian. Mungkin hanya itu rasa yang pantas ia rasakan seumur hidupnya. Menjadi satu-satunya penerus dari bisnis properti orang tuanya tak menjadikannya seseorang yang pantas merasakan apa itu kasih sayang. Seorang mahasiswa jurusan sastra inggris yang berprestasi membuat sebagian mahasiswa lainnya memilih untuk menjauh dan merasa minder. Selain berprestasi, ia juga merupakan pewaris tunggal dari perusahaan Byun Corp itulah yang ada di pikiran mereka. Siapa yang tidak tahu bahwa itu merupakan perusahaan sukses dalam bidang properti. Lebih baik menjauh dari pada mencari masalah dengan perusahaan Byun Corp yang akan berakibat dengan ancaman antek-antek ayah dan ibunya.
Hanya ada dua orang yang berani dan mau mendekatinya. Seorang pria tampan, dengan tinggi diatas rata-rata, mata bulatnya yang lucu, bibir tebalnya yang sexy, telinganya yang lebar, suaranya yang merdu, mahir memainkan alat musik, penyayang, menghargai, dan peduli terhadapnya. Dan seorang lagi, pria mungil sama seperti dirinya, dengan wajah imut, bibir yang jika tertarik ke atas akan membentuk hati, senyum yang menawan, dan keahliannya dalam memasak yang tak perlu di ragukan lagi. Park Chanyeol dan Do Kyungsoo. Mahasiswa jurusan musik. Ketiganya melanjutkan study mereka di Seoul University. Salah satu kampus terbaik di Korea Selatan.
Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Do Kyungsoo tiga sahabat yang saling mengenal satu sama lain dari mereka balita. Park Chanyeol merupakan calon pewaris Park Corp, dan Do Kyungsoo yang juga merupakan calon pewaris Do Corp.
e)(o
Sesaat setelah membasuh wajahnya dan menggosok gigi, pria mungil itu keluar dari kamar mandi super mewah di apartement miliknya. Berjalan menuju kulkas, mengambil sebotol air dingin dan menuangkannya pada mug yang lagi-lagi dengan pola strawberry. Membasuh tenggorokannya yang terasa begitu kering. Lalu memasak sebungkus ramyeon karena ia terlalu malas untuk memesan sesuatu ataupun memasak makanan karena pada dasarnya ia tidaklah ahli dalam bidang masak memasak.
"Ah ramyeon lagi ramyeon lagi." Gerutunya seorang diri sambil membawa semangkuk ramyeon yang sudah ia masak menuju meja makan.
Bibirnya mungilnya dengan sangat bernafsu menyeruput ramyeon itu hingga kuah-kuahnya. Kedua tangan ia letakkan di atas meja makan dan menumpukkan dagu runcingnya di sana. Jam baru menunjukkan pukul sepuluh pagi, ia mendengus kesal.
"Huh, masih jam sepuluh pagi. Jadwal perkuliahan hari ini baru akan dimulai jam 11 siang. Aku bosan." Jemari lentiknya menggenggam sebuah ponsel merk keluaran terbaru. Mencari nama seseorang di kontak tersebut, untuk ia hubungi.
- Park Chanyeol -
Ia menempelkan ponsel tersebut di telinganya, menunggu orang tersebut mengangkat panggilan itu.
"Halo, selamat pagi Baekkie ku~" Kata-kata pertama yang selalu lelaki itu ucapkan saat Baekhyun meneleponnya, atau pun sebaliknya.
Lelaki mungil itu tersenyum kecil mendapati panggilan sayang dari sahabat kecilnya. Bodoh. Pikirnya.
"Halo, selamat pagi juga Yeollie ku. Sedang apa?" Kekehan kecil terdengar dari seberang sana.
"Ah manisnya, aku sedang bersiap-siap ke apartement mu baek, siapkan sesuatu yang lezat untukku. Sahabat tampan mu ini bosan dengan ramyeon." Park Chanyeol. Pria tampan yang selalu berhasil mengukir tawa bahagia di wajah malaikat Byun Baekhyun.
Yah hanya sahabat tak lebih dan tak kurang...
Yang lebih mungil meringis, menghela nafas kecewa, walau pada akhirnya yang di maksud tak akan pernah tau akan helaan nafas letih dan kecewa miliknya.
"Kau pesan saja sendiri yeol, aku malas." Jawabnya tak bersemangat.
"Ck! Kau ini memang tak bisa di andalkan. Sebaiknya kau berlatih memasak dengan Kyungsoo." Chanyeol berdecak kesal, walau hanya berpura-pura. Dan selalu berhasil menciptakan luka-luka kecil di lubuk hati lelaki mungil yang ringkih itu sehingga luka itu akan membesar seiring berjalannya waktu.
-Aku memang tak bisa di andalkan, aku tak berguna, aku tak pantas untuk di bandingkan denganmu. Do Kyungsoo-
"Aku hanya malas yeol, kau ini seperti tak mengenalku saja." Senyum itu, hanya senyum itu yang bisa ia sampaikan bahwa ia akan baik-baik saja, selalu akan baik-baik saja.
"Yeol apa nanti setelah perkuliahan kau ada waktu sebentar?" Ia berharap untuk hal kecil itu, waktumu Park Chanyeol.
"Hmm, sepertinya aku ada. Kenapa memangnya Baek?"
Akhirnya kau ada waktu juga Chanyeol. Senangnya.
"Ah benarkah? Aku ingin kau menemani ku ke to_" Senyum manisnya seketika luntur tergantikan dengan guratan sedih yang terukir di wajah cantiknya. Suara itu, suara yang ia kenal betul siapa pemiliknya, yang selalu mengalihkan perhatian seorang Park Chanyeol. Siapa lagi kalau bukan, Do Kyungsoo.
Dia lagi...
"Chanyeoool! Kau dimana? Tolong ke dapur sebentar." Teriaknya dari arah dapur apartement milik Chanyeol.
"Oh ya kyung aku di kamar. Tunggu sebentar." Balasnya berteriak.
"Halo baek, aku ke dapur sebentar, aku tutup dulu ya, nanti aku akan meneleponmu." Selalu berhasil, ia selalu berhasil menorehkan luka-luka kecil pada jiwa ringkih seorang Byun Baekhyun, yang tanpa ia sadari luka kecil itu akan membesar seiring berjalannya waktu.
"Oh iya Yeol. Hhm, aku akan menunggu teleponmu." Ucapnya terpaksa.
Detik dimana sambungan mereka telepon terputus, di saat itu ia mengeluh.
"Kenapa sakit? Kenapa sesakit ini." Helaan nafas letih berhembus dari bibir mungilnya. Netra coklat secoklat madu meneteskan kristal bening, melewati pipi putihnya.
''Hikss...Aku tau aku yang jatuh cinta. Bukan dirimu. Aku paham aku yang memiliki perasaan terlebih dahulu kepadamu. Aku yang diam-diam memperhatikanmu. Yang tanpa pernah kau sadari, atau kau sadar tapi pura-pura tak sadar. Aku yang sering mencari perhatianmu. Aku hanya ingin melakukan sesuatu agar kau melirikku. Hanya ingin kau tahu ada yang dengan sepenuh hati sedang ingin kau tatap. Meski sejujurnya, dengan berada di sampingmu tanpa kau tahu perasaanku pun sudah bahagia, hikss..." Ia mengungkapkan seluruh isi hatinya pada tembok-tembok kokoh apartement nya, pada barang elektronik keluaran terbarunya, pada sofanya, pada seluruh barang yang ada pada apartement mewahnya, namun ia tak berani, dan tak akan berani untuk mengungkapkan keluh kesahnya pada pria itu, pria yang selalu memberinya perhatian lebih, namun di satu sisi dia lah aktor utama yang menorehkan luka kepada lelaki mungil yang kesepian ini. Park Chanyeol dan Byun Baekhyun.
-Orang yang bisa menghentikan tangismu di dunia adalah orang yang juga membuatmu menangis-
Tak ingin larut dalam kesedihan, Baekhyun mengusap air mata pada pipi putihnya. Ia bangkit dari meja makan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum berangkat ke kuliah. Karena sebentar lagi Park Chanyeol dan Do Kyungsoo akan menjemputnya. Ya, kini mereka tinggal di atap apartement yang sama hanya karena Kyungsoo kalah dalam taruhan konyol mereka bertiga saat bermain game. Jika Chanyeol kalah ia akan mentraktir Baekhyun dan Kyungsoo selama 6 bulan penuh, namun jika ia menang Kyungsoo harus tinggal bersamanya selama 6 bulan dan Baekhyun harus meneleponnya setiap hari dan itu wajib. Sungguh tak adil memang, kenapa bukan dirinya yang harus tinggal berdua dengan Chanyeol kenapa harus Kyungsoo. Namun lagi-lagi ia hanya bisa tersenyum dalam kepalsuan.
Baekhyun keluar dari kamar mandi setelah menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit untuk mandi. Layaknya perempuan, karena itulah tubuhnya begitu wangi dan bersih juga halus nan putih. Tubuh ramping nya begitu indah, pinggang nya terlilit handuk putih dan bagian atasnya ia biarkan terbuka. Kaki jenjangnya melangkah menuju lemari mewah berwarna silver dengan ukiran-ukiran yang begitu rumit bercat emas. Jari-jari lentiknya menyusuri pakaian yang akan ia kenakan untuk ke kampus. Kemeja biru dongker dengan ukuran yang agak besar untuk tubuhnya yang mungilnya dan dua kancing atas yang ia biarkan terbuka di padu padankan dengan celana jeans hitam robek-robek di beberapa bagian mempertontonkan bagian kulit pahanya yang mulus. Dan sepasang sneakers hitam di bagian sisi luarnya terdapat corak berwarna biru juga. Surai hitam legamnya ia sisir hingga menutupi sebagian kelopak matanya, dengan kaca mata bening berbentuk bulat bertengger di hidung bangirnya menambah kesan manis pada dirinya. Trendi itulah penggambaran dirinya saat ini, tak ada aturan yang bisa mengikat seorang Byun Baekhyun dalam berpakaian, tak kan pernah ada.
Sedikit menyemprotkan parfume aroma strawberry, lagi. Dan mengambil tas gendong ber merk terkenal yang hanya ia isi dengan sebuah ipad. Menurutnya, ia tak butuh membawa buku-buku tebal yang bisa membuat punggung sempitnya terasa sakit dan nyeri. Toh materi sudah di berikan dalam sebuah file Microsoft Word. Jadi tak perlu repot-repot. Lalu ia berjalan menuju ruang tamu sambil menunggu Park Chanyeol dan Do Kyungsoo. Hah sial!
Belum sampai bokong sintalnya bertemu dengan sofa empuk itu, suara bel dari pintunya berbunyi. Pertanda dua orang yang ia tunggu sudah datang. Dengan terpaksa, ia menuju pintu dan segera membukanya. Sakit! Ia harus sakit lagi saat menatap dua orang pria berbeda ukuran tubuh itu saling merangkul pundak. Namun senyuman nya tak akan pernah luntur. Karena hanya itu yang bisa membuatnya lebih kuat lagi.
"Oh kalian, masuklah." Kedua orang itu masuk meninggalkan Baekhyun dengan wajah sedihnya.
Mengekori kedua pria yang berstatus sebagai sahabatnya dari belakang dan ikut duduk di sofa mewahnya yang empuk.
"Baekkie~ maafkan aku tadi tidak menelepon mu lagi. Aku sedang membantu Kyung memasak." Chanyeol merengek meminta maaf pada sahabat mungilnya, menggetarkan kedua pundak sempit Baekhyun dengan cara yang begitu dramatis.
Baekhyun memutar bola matanya malas dengan kelakuan Chanyeol. "Ck! Kau ini berlebihan Yeollie~"
-Membuatku menjadi prioritasmu memang hanya khayalanku semata, aku sadar-
"Kalian ingin makan apa? Jangan minta sesuatu yang tidak aku punya." Baekhyun menawarkan kedua sahabatnya itu untuk makan.
"Ah tidak usah Baek, kita berdua sudah makan duluan." Kyungsoo menolak.
"Oh ya sudah." Jawabnya singkat, padat, dan jelas.
e)(o
"Hello, good morning everyone." Salah satu dosen tampan memasuki kelas. Berjalan bak model papan atas.
"Good morning sir." Seluruh mahasiswa menjawab.
"How are you?"
"Good,"
"Not bad,"
"Excellent,"
"Fantastic," Mahasiswa menjawab dengan berbagai jawaban yang mereka inginkan. Kecuali pria mungil yang duduk di deretan bangku paling belakang pojok kanan. Menampilkan wajah bosannya, enggan menjawab pertanyaan dosen tampannya itu yang menurutnya tidak perlu untuk dijawab. Ia lebih memilih menatap keluar jendela.
"Mr. Byun.." Sekali dosen itu memanggil lelaki mungil itu namun tak ada sahutan yang keluar dari bibir tipisnya.
"Mr. Byun.." Tetap tak mendapat jawaban.
"Byun Baekhyun!" Habis sudah kesabarannya saat ini.
"Ahh, yes sir?" Baekhyun merasa kaget dengan panggilan itu.
"What's wrong with you?"
"Nothing sir."
"Focus, please."
"Yes, sir."
Byun Baekhyun terlihat begitu serius mengikuti mata kuliah "Issues on Linguistics" ia benar-benar memperhatikan penjelasan yang di berikan kepada dosen nya yang tampan. Sesekali dirinya mengajukan pertanyaan, ataupun menyuarakan pendapatnya. Ingatkan bahwa Baekhyun seorang mahasiswa berprestasi yang sudah sering mengikuti berbagai ajang perlombaan bertaraf nasional maupun internasional. Sekitar kurang lebih satu jam, akhirnya jam sudah menunjukkan tepat angka dua belas. Seluruh mahasiswa diperbolehkan untuk keluar kelas. Tinggal dirinya seorang diri yang masih sibuk dengan teleponnya. Dan tanpa ia sadari dosen itu mendekat kearahnya.
"Ekhm, Baekhyun-ssi." Ia sedikit berdehem, menetralkan suaranya yang sedikit serak.
Namun pria cantik itu hanya menolehnya tanpa ada niatan untuk menjawab. Seakan hanya ada dirinya di kelas itu, tanpa peduli eksistensi dosennya.
"Baekhyun-ssi, apa kau punya masalah? Kau tadi terlihat begitu gelisah." Dirinya bertanya seolah-olah tau akan perasaan pria mungil itu.
"Cih! Maafkan aku yang lancang ini pak dosen. Tapi kau jangan seolah-seolah mengenalku dan tau segalanya tentangku. Mengerti Choi Minho-ssi?" Ia berdecih tak senang akan perkataan Minho yang menurutnya lancang dan melanggar norma kesopanan dan terlalu ikut campur dalam kehidupannya. Ia tak suka.
"A-ah maafkan aku Baekhyun-ssi. Aku tak bermaksud mencampuri urusanmu. Tapi sebagai dosen, aku peduli terhadap mahasiswa yang terlihat sedang memiliki masalah." Bukannya marah terhadap perkataan tidak sopan mahasiswanya, ia malah terlihat santai menanggapi itu semua. Menarik. Pikirnya.
"Aku tak butuh kepedulianmu. Maafkan aku Minho-ssi, aku harus pergi, permisi." Baekhyun melenggang pergi meninggalkan Minho yang mengerjap bingung akan perkataan mahasiswa kurang ajarnya itu.
"What? Dia meninggalkanku? Awas kau Byun Baekhyun! Tapi jika di pikir-pikir dia menarik juga. Haha, Damn it!" Ia mengumpat senang akan perlakuan Baekhyun.
e)(o
Di kantin yang begitu mewah, dengan tersajinya berbagai hidangan mahal membuat seluruh mahasiswa betah untuk berlama-lama di area itu. Tersebar beberapa puluh pasang meja dan bangku yang bisa mereka gunakan untuk menyantap sajian tersebut. Terlihat tiga orang pria, dua dari mereka berperawakan mungil dan manis dan yang lainnya tinggi berwajah tampan. Chanyeol, Baekhyun, Kyungsoo. Ketiganya terlihat sedang menikmati makanan mereka atau hanya keduanya. Dengan posisi duduk mereka yang saling berhadapan dengan Chanyeol dan Kyungsoo pada kursi yang sama sedangkan Baekhyun di seberang mereka, berhadapan.
Pria jangkung itu terlihat begitu asyik membahas mata kuliahnya dengan Kyungsoo yang berada pada jurusan yang sama dengannya. Jurusan musik. Melupakan eksistensi namja mungil yang menatap nanar akan kedekatan mereka berdua, bagaikan hiasan rumah yang berada di pojok. Ada namun tak dianggap, itulah dirinya saat ini. Hatinya seakan di remas dengan begitu kuat, seakan diterjang beribu-ribu panah pada ulung hatinya. Sakit dan remuk. Namun tak ada hal yang bisa ia lakukan selain berusaha tersenyum dalam kepahitan yang menggerogoti jiwanya secara perlahan. Ia tak boleh lemah hanya karena ini, mereka itu sahabatnya, dan hanya merekalah yang peduli padanya. Pada jiwanya yang lemah dan butuh kasih sayang.
"Oh Baek, tadi kau ingin kutemani kemana?" Ah ternyata Chanyeol masih mengingat permintaan Baekhyun.
"Ah, oh aku ingin ke toko buku, bisa kau temani aku?" Baekhyun tersenyum, setidaknya Chanyeol masih peduli kepadanya.
"Hm, tentu saja. Lagi pula aku sedang bosan dan butuh hiburan. Dan toko buku ku rasa bukan ide yang buruk." Lelaki tinggi itu mengangguk mengiyakan ajakan sahabatnya.
"Terima kasih yeol-ah.." Senyum bulan sabitnya terpatri pada wajah manisnya.
"Kyung kau tak ikut?" Chanyeol bertanya kepada Kyungsoo yang sedang berkonsentrasi pada telepon di genggamannya.
Kyungsoo mengalihkan pandangannya dari teleponnya menatap Baekhyun dan Chanyeol secara bergantian. "Oh maaf ya, aku tidak bisa ikut bersama kalian. Ibu menyuruhku pulang cepat jadi hari ini aku tak bisa menginap di apartement mu."
"Baiklah, tak apa Kyung. Aku bisa pergi dengan Chanyeol saja."
e)(o
"Baek, kau ingin membeli buku apa?" Tangan kekar Chanyeol menggenggam erat pergelangan tangan Baekhyun yang kecil. Terasa sangat pas, dan sempurna pemandangan saat ini. Dengan Baekhyun yang memimpin jalan dan Chanyeol ada disampingnya. Menggenggam erat tangannya, detak jantung si mungil bertalu-talu, mencoba mengontrol senyum idotnya. Ia sedang gugup saat ini.
"O-oh, aku ingin membeli buku tentang 'Vocabulary and english for hospitality industry' Yeol." Bibir bagian bawahnya yang mungil, ia gigit.
"Apa itu buku untuk mata kuliahmu?" Kini lengan kanan Chanyeol merangkul pundak sempit Baekhyun. Semakin merapatkan tubuh mereka. Seakan-akan ia tak ingin berjauhan dengan sahabat mungilnya itu.
"Tidak, hanya tertarik saja." Baekhyun kini memekik bahagia dalam hati, perutnya serasa terlilit, ribuan kupu-kupu kini sedang beterbangan, bersarang dalam perutnya terasa begitu menggelitik.
Jika waktu bisa dihentikan, jika ia memiliki kekuatan itu. Pasti saat ini sudah ia lakukan, menghabiskan waktu dengan Chanyeol adalah keinginannya. Perlakuan kecilnya, kepeduliannya, nyaman di sampingnya, aman dalam lindungannya, semua itu. Baekhyun ingin menghentikan waktu hanya untuk hal-hal itu. Sesuatu yang ia dambakan, yang juga ingin dirinya rasakan. Kalau bisa, kini ia ingin berlari ke puncak bukit dan berteriak bahwa ia sedang bahagia. Hatinya melompat-lompat tak karuan, senyumnya terus mengembang dengan sangat indah.
-Terima kasih untuk setiap percakapan sederhana kita-
"Begitukah?" Baekhyun hanya mengangguk.
"Ah itu dia bukunya. Ck! Tinggi." Kaki pendeknya menjijit mencoba menggapai buku yang ia maksud karena berada pada rak paling atas. Kini ia melompat-lompat kecil masih terus berusaha menggapai buku itu. Namun tiba-tiba tubuh Chanyeol yang tinggi sudah berada di belakang tubuhnya yang mungil. Hal itu membuat Baekhyun menegang, menahan nafas. Tangan Chanyeol yang panjang terulur ke atas membantu Baekhyun untuk mengambil buku yang ia maksud.
"Kau tak akan bisa menggapainya, tubuhmu terlalu mungil." Cengiran bodoh tercetak jelas di wajah tampan lelaki jangkung itu. Menawan.
"Aku tau, tak usah di perjelas." Wajah manisnya merengut imut karena sebutan 'mungil' yang di berikan oleh Chanyeol. Walau yang sesungguhnya Baekhyun bahagia, bahagia karena sebutan itu
"Hehe, tapi aku suka. Oh iya Baek, setelah membeli buku ini kita ke kedai ice cream, kau mau?" Chanyeol merasa sangat ingin membeli ice cream entah kenapa. Setiap kali ia bersama Baekhyun, ia akan mengajak yang lebih mungil membeli ice cream. Karena tanpa sepengetahuan Baekhyun, ice cream akan selalu mengingatkannya pada sahabat mungilnya itu. Dingin, namun juga lembut dan manis. Dan ia akan selalu meleleh seperti ice cream yang terkena panas sinar mentari saat melihat senyum dengan mata bulan sabit Baekhyun yang indah dan juga menghangatkan hatinya. Sepertinya itu akan ia simpan sebagai rahasia yang hanya dirinya seorang yang tahu.
"Ice cream? Woah tentu saja aku mau.." Mata sipitnya berbinar bahagia hanya karena ajakan sahabat jangkungnya untuk membeli ice cream.
"Baiklah kalau begitu, ayo kita bayar buku ini lalu membeli ice cream. Aku yang traktir." Pergelangan tangan Baekhyun di tarik menuju kasir untuk membayar buku yang akan ia beli. Setelah itu mereka keluar dari toko buku dan menaiki mobil mewah Chanyeol menuju ke kedai ice cream favorit mereka.
Di dalam mobil Baekhyun terus saja mengoceh sedangkan Chanyeol hanya akan menjadi pendengar setiap dari setiap ocehan yang keluar dari bibir Pink Cherry pria mungil disampingnya. Sesekali ia juga menjawab ataupun bertanya hanya agar Baekhyun senang. Setelah mengemudi selama dua puluh menit kurang lebih, mereka sampai di salah satu kedai ice cream yang juga merupakan tempat favorit mereka berdua tentunya juga Kyungsoo. Memasuki kedai itu dan memesan dua porsi ice cream. Baekhyun memesan ice cream rasa strawberry dengan toping cheery di atasnya sedangkan Chanyeol memesan ice cream rasa vanila dengan toping pisang. Setelah itu mereka berdua memilih duduk di sebelah kanan pojok yang berhadapan langsung dengan jendela, sehingga bisa menikmati keramaian kota. Juga Chanyeol sengaja memilih tempat ini karena tidak ingin ada yang mengganggu mereka berdua.
Anggaplah ini sebuah kencan yang ke kanak-kanakan namun terlihat begitu manis dan romantis. Lelaki tampan itu sengaja mengajak sahabat kecilnya untuk membeli ice cream karena merasa kasihan dengan Baekhyun yang hanya tinggal seorang diri di sebuah apartement mewah dan luas tanpa orang tua. Dia pasti kesepian.
-Hanya rasa kasihan. Jangan berharap lebih-
Setelah menunggu beberapa saat, seorang pelayan datang dengan membawa sebuah nampan untuk membawa dua buah ice cream dan meletakkannya dengan sopan di atas meja yang di tempati Baekhyun dan Chanyeol.
"Silahkan menikmati ice cream kalian." Kata pelayan itu ramah
"Oh iya, terima kasih." Baekhyun juga menjawab dengan sopan, setelah itu si pelayan melenggang pergi meninggalkan Baekhyun dan Chanyeol.
"Woah, ini rasanya enak Yeol. Aku suka, sudah lama aku tak ke kedai ini. Terima kasih." Si mungil baru saja menyendok ice cream itu dan memasukkan nya ke dalam mulutnya. Mengecap rasa manis dan juga dingin dari ice cream yang ia pesan. Merasa bahagia hanya karena sebuah ice cream. Bukan hanya itu, bahagianya menjadi sepuluh kali lipat karena bisa menikmati ice cream itu dengan seorang Park Chanyeol. Seorang pria tampan yang berhasil mengambil dan merebut hati pria mungil itu. Seorang pria yang paling mengerti akan dirinya namun tidak pernah peka akan perasaannya.
"Kau tak pernah berubah Baek, selalu sama. Manis dan cantik." Tangan nya terulur untuk menyentuh sudut bibir Baekhyun, membersihkan ice cream yang tertinggal disana. Kemudian ia menjilat ice cream yang ada di jarinya. Tersenyum dengan sangat manis dan tampan, sambil mengusak sayang surai hitam legam nan lembut milik Baekhyun.
Pria mungil itu menegang, hanya bisa mengerjap lucu karena perlakuan sahabat tampannya. Berusaha mengontrol degupan jantungnya yang ber degup diluar kendali dan emosinya. Karena ia takut emosilah yang akan mengontrol dirinya. Hatinya menghangat akan perlakuan manis itu. Dunia seakan sedang memihak kepadanya.
"Jangan menggombal Yeol." Ia mendengus kesal, hanya untuk menutupi senyuman bodohnya. Berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak."
"Kau iya."
"Tidak."
"Iya."
"Tidak."
"Ah iya iya, terserahmu lah." Baekhyun lebih memilih melanjutkan memakan ice cream nya, karena terlalu sayang untuk dilewatkan.
"Hehe, jangan cemberut seperti itu Baek." Kedua tangannya menyentuh sudut sudut bibir Baekhyun, kemudian menariknya untuk membentuk sebuah senyuman. Namun yang lebih kecil malah memukul kecil tangannya untuk menghentikan kelakuan bodoh Park Chanyeol.
"Ck!" Hanya itu yang bisa bibirnya keluarkan. Terlalu bahagia untuk di ungkapan dengan kata-kata.
TING!!!
Dentingan lonceng berbunyi menandakan seseorang telah memasuki kedai ice cream itu. Seorang pria tinggi nan tampan, dengan berbalut kaos hitam polos, juga celana jeans polos dan sepasang sneakers abu-abu. Polos namun menawan. Tatanan rambut yang dibuat berantakan menambah kesan bad boy pada dirinya. Memesan ice cream rasa coklat tanpa toping, kemudian mendekati dua orang pria dengan postur tubuh yang berbeda, yang sedang asyik dengan dunia mereka sendiri.
"Hai Baekhyun-ssi, kita bertemu lagi." Sapa pria itu ramah ditambah senyuman yang memikat.
Merasa ada yang memanggil namanya, ia menoleh ke arah samping. Betapa terkejutnya mendapati pria menyebalkan itu, yang dengan enteng duduk di sampingnya.
"Kenapa kau duduk di sini Minho-ssi?" Baekhyun bertanya dengan nada kesal. Tak terima acara romantisnya dengan Chanyeol di ganggu oleh dosen itu. Ya acara romantis.
"Hanya ingin." Jawabnya polos.
"Jangan duduk di sini, masih banyak meja yang bisa pilih." Pria mungil itu sudah naik pitam dengan jawaban enteng dari pria sialan itu.
"Aku bilang, aku ingin. Bukankah siapa saja bisa duduk di sini." Minho kukuh dengan pilihannya.
"Ah terserah kau saja." Ia terlalu lelah untuk adu pendapat dengan Minho.
"Ekhm.." Merasa eksistensinya tak terdeteksi oleh Baekhyun dan juga pria yang Baekhyun panggil dengan nama Minho. Ia memilih untuk berdehem. Baekhyun baru tersadar jika Chanyeol masih ada di sana juga.
"Oh Chanyeol maaf, dia dosenku. Tapi tak usah di ladeni, dia gila."
"Oh ada orang juga ternyata, maaf aku tak melihatmu. Aku hanya fokus pada wajah cantiknya." Ia berbicara omong kosong sambil mengedipkan sebelah matanya pada Baekhyun yang kini menatapnya sengit.
"Aku Choi Minho, dosen lelaki mungil ini." Menjulurkan tangannya memperkenalkan diri.
"Ah aku Park Chanyeol." Chanyeol juga membalas dengan menerima salam dari Minho.
"Oh, apa dia kekasihmu Baek?" Tanya nya polos.
"Aish! Bukan, dia sahabatku. Untuk apa kau bertanya?" Ia benar-benar merasa terganggu dengan kedatangan dosennya yang menyebalkan.
"Ah begitukah? Untunglah, berarti aku masih punya peluang."
"Maksudmu? Peluang apa?" Pria mungil itu terkejut dengan perkataan Minho.
"Peluang untuk menjadi pacarmu, hehe." Senyumnya mengembang dengan bodohnya, dan membuat Baekhyun untuk memuntahkan isi perutnya saat itu juga.
"Dalam mimpimu." Rungutnya tak terima.
"Ah semoga mimpiku jadi kenyataan."
"Ah kau benar-benar! Yeol ayo pergi dari kedai ini, perutku tiba-tiba bermasalah melihat wajahnya." Ditariknya tangan Chanyeol pergi menjauhi kedai itu setelah sebelumnya membayar ice cream mereka.
Choi Minho, pria tampan yang merasa tertantang untuk mendekati seorang Byun Baekhyun yang terkenal dengan sifatnya yang dingin. Bagaimana bisa si mungil itu menolak perlakuan baiknya, padahal sebelum-sebelumnya tak ada yang bisa menolak pesona yang menguar dari jiwanya. Tak ada. Ini pertama kalinya ia perlakukan dengan begitu buruk oleh seorang pria pendek yang dingin. Namun bukannya merasa kesal, ia malah merasa tertarik dengan Baekhyun. Tak ada niatan buruk, Minho hanya ingin berteman dekat dengan Baekhyun, walau ia tahu itu akan sedikit sulit.
"Kau menarik Baek, kau lain dari pada yang lain. Aku suka dan tertantang untuk menjadi temanmu." Ia tersenyum lembut melihat Baekhyun dan Chanyeol yang sudah masuk ke dalam mobil mereka. Jadi ia lebih memilih untuk menikmati ice cream nya yang baru saja di bawa oleh seorang pelayan.
"Byun Baekhyun kau menarik."
TBC
Hi, jadi setelah sekian lama pengen buat ff dan selalu gagal, sekarang akhirnya kesampaian jg, tapi masih kurang banget, masih amburadul, masih jauh dari kata sempurna, masih butuh kritik dan saran, dan yg pasti butuh dukungan (ehehe) apalah daya anak kuliahan yg pengen nulis tapi gk ada dukungan jadi males kan, wkwk. Jadi mohon reviewnya yaa, kasih saran, kritik membangun jg sangat diperlukan bagi newbie ini, hiks :') see u in next chapter (kalo pada mau jg sih).
CHANBAEK IS REAL 3
