Fairy Tail Civil War
Act 1
"Perpecahan"
-09:00-
Kardia Cathedral, Graveyard
"Sampai kapan kau mau disitu ?" tanya Erza
"..." tak ada jawaban
"Lucy ?" sang Titania tampak khawatir dengan rekan satu tim dan sahabtnya ini, perlahan dia menghampiri Lucy yang tengah duduk berjongkok di depan salah satu makam.
"Ayolah Lucy.. sudah 2 jam kau-"
"Ini bukan salahnya..." kata Lucy lirih nyairis seperti sebuah bisikan.
"Apa.. ?" kata Erza yang tidak sepenuhnya mendengar ucapan Lucy.
"Ini bukan salah Natsu kan !" ulang Lucy sambil menatap Erza dengan mata yang bengkak penuh dengan air mata
"..." Erza benar-benar membeku, tanpa mengatakan sepatah katapun Erza segera berjongkok disebelah Lucy, Erza segera menarik Lucy dalam pelukan yang erat tidak butuh waktu lama Lucy kembali menangis.
"Erza.. jawab aku.." kata Lucy disela tangisanya
"Sudah sudah, berhenti menangis.. dia tidak akan bahagia jika kau terus menangis di depan makamnya" kata Erza tanganya membelai tubuh Lucy mencoba memberikanya ketenangan, tetapi mata Erza tertuju pada batu Nisan dihadapanya, batu nisan bertuliskan...
Juvia Lockser
Pagi ini adalah hari pemakaman untuk penyihir Fairy tail yang menjadi korban peperangan, mereka yang mati sebagai pahlawan.. bahkan Laxus pun tak kuasa menahan air mata saat teman-temanya dikuburkan. Mereka memang berhasil menang.. tapi tidak ada senyuman kebahagiaan di wajah mereka.
'Kita menang tetapi kenapa aku merasa kalau kita telah kalah...' kata Erza dalam hati.
Masih teringat hari itu.. Hari dimana Fairy Tail 'Menang'
5 hari yang lalu menjadi titik puncak pertempuran antara Fairy Tail dan seluruh penyihir Ishgar melawan agresi kerajaan Alvarez dan juga amukan raja Naga Acnologia. Pertempuran menjadi tidak terkendali, korban mulai berjatuhan dimana-mana.
Acnologia berhasil dikalahkan dengan kombinasi dari Fairy tail dan Spriggan yang tersisa, mereka memberontak setelah mengetahui rencana Zeref yang sebenarnya.
Natsu dibantu oleh kekuatan sihir Mavis akhirnya dapat mengalahkan Zeref lewat pertempuran sengit, tapi.. itulah awal dari tragedi yang tak akan pernah dilupakan oleh Fairy Tail.
Natsu hilang kendali..
"..Natsu akan mati bersamaku.. kita saudara yang tak terpisahkan"
Itulah kata-kata terakhir Zeref sebelum tubuhnya lenyap menjadi debu, dia tersenyum...
Setelah Zeref Lenyap Natsu tiba-tiba saja berubah wujud dan mulai mengamuk menyerang semua yang ada disekitarnya, Fairy Tail pun terpaksa mundur meninggalkanya.
'Tidak ada kemenangan tanpa Pengorbanan'
Itulah fakta yang mereka peroleh dari peperangan ini.
-11:00-
Fairy Tail, Guild Hall
Hampir semua orang ada di Guild, mereka baru kembali dari upacara pemakaman teman-teman mereka.
"Haah, paling tidak Guild kita tidak hancur lagi kali ini.."
"Aku benar-benar butuh istirahat..."
"sulit rasanya untuk senang, padahal kita menang..."
"aku sedang tidak ingin minum..."
Keluhan, keluhan dan keluhan itulah yang dibicarakan semua orang
Seisi Guild bagaikan Zombie, mata mereka merah dengan kantung mata tebal karena terlalu banyak menangis, tak ada semangat sedikitpun dalam diri mereka.. hanya diam di meja mereka menatap kosong ke berbagai arah.
"ya ampun.. kita semua berkabung, tapi aku tidak menyangka bakal se Depresi ini" kata Elfman yang duduk disebelah Mira
"...Elfman, bagaimana keadaan Lisanna" tanya Mira
"dia masih mengurung diri dikamar.. semua ini pasti membuatnya terpukul, terlebih lagi soal Natsu"
"Biarkan saja.. dia butuh waktu untuk menerima semua ini" kata Mira
"Erm.. Nee-chan"
"ya ?"
"Aku tidak melihat Gray.. dimana dia ?"
"Dia ada di atas sepertinya sedang bicara dengan Master, aku kasihan padanya andai saja dia bersiakap sedikit terbuka.. mungkin aku bisa membantunya" kata Mira dengan raut wajah sedihnya.
"Apa.. kau tidak khawatir dia pergi mencari Natsu ? kau tau kan soal Juvia... "
"Gray sudah dewasa.. aku yakin dia dapat memutuskan yang terbaik untuk semuanya" kata Mira tersenyum, tapi Elfman tau senyum itu hanyalah kepalsuan
'aku harap ini tidak menjadi lebih buruk lagi'
-:-
Fairy Tail, Master Office
"Jadi apa yang akan kau lakukan.." kata Master serius, Gray hanya terdiam
"Aku.. masih tidak tau" mendengarnya Master hanya menghela nafas sambil menyandarkan tubuh mungilnya di kursi
"Dengar Gray.. ini sudah kesepuluh kalinya aku bertanya padamu, cobalah bersikap terbuka Gray.. kami keluargamu"
"..." Gray hanya terdiam menunduk, makarov tidak bisa melihat ekspresi diwajahnya.
"Kau benar-benar tidak berubah huh ? sejak awal kau bergabung dengan kami kau selalu menyimpan masalahmu sendiri dan menyelesaikanya seorang diri juga apa kau tidak menganggap kami ?"
"..."
"kau yang membuat keputusan Gray, aku hanya ingin tau apa yang akan kau lakukan.. jika kau memilih mengejar Natsu aku tidak bisa menghentikanmu"
"Aku.."
"Dia memang bukan Natsu.. tapi apa kau juga yakin Natsu 'tidak ada' di dalam Monster itu ?"
"Master.. aku sudah membuat keputusan"
"Baiklah, aku ingin kau memberitahukanya kepada semua orang yang ada disini, kita akan mencari solusi bersama.. kita harus segera bertindak sebelum korban bertambah banyak"
seperti biasa Master sangat bijak dalam menyikapi masalah
-12:00-
Fairy Tail, Guild Hall
Erza akhirnya dapat membujuk Lucy dan membawanya ke Guild, paling tidak dia tahu disana ada Mira dan yang lainya mereka pasti dapat membuat Lucy merasa lebih baik.
"Kita hampir sampai Lucy, jeez paling tidak tersenyumlah sedikit" kata Erza melihat Lucy yang terus-terusan.
'Tch apa yang kau tinggalkan hanyalah masalah Natsu, perbuatanmu membuatnya merasa sangat bersalah... jika kau memang masih di dalam Monster itu, Kumohon sadarlah !' umpat Erza dalam hati.
"Entahlah Erza.. sepertinya aku pulang saja"
"Ah Omong kosong, ayo masuk dan katakan hai pada Mira" kata Erza mendorong tubuh Lucy dari belakang, perlahan mereka membuka pintu Guild.
"-Aku akan Memburu dan menghentikan END..."
Erza dan Lucy terpaku di depan pintu, seluruh Guild hening.. semua mata tertuju pada Gray yang berdiri di tengah Hall, ekspresi kaget, marah, sedih semua tergambar di wajah-wajah mereka.
"..."
"..."
tidak begitu lama semua orang mulai merespon.
"Oi ! apa maksudmu Gray ! kau tau dia Natsu kan !"
"Sudah kuduga akan seperti ini jadinya..."
"Gray-san..."
Respon-respon mereka kurang lebih terbagi menjadi dua, menentang dan mendukung.
"Kau nggak boleh lakuin itu bro, dia teman kita !"
"Tapi.. Nggak bisa dibiarin juga, hanya masalah waktu sampai dia mencapai pemukiman !"
"pasti ada cara lain... kita harus memikirkanya lagi !"
"Tidak ada waktu ! kota terdekat dari wilayah itu adalah Ingram, kampung halamanku !"
Erza dan Lucy masih berdiri disana, Mira terlihat sedih, Laxus dan timnya tampak tegang. Apa yang mereka khawtirkan mungkin akan terjadi.
"Kumohan dengarkan aku dulu !" teriak Gray, seketika itu pula semua orang berhenti berdepat dan memusatkan perhatian mereka pada Gray.
"Dengar.. END harus dihentikan atau akan lebih banyak orang akan menjadi korban, dengan sangat jelas aku tahu Natsu itu sahabat baikku" semua orang masih terdiam
"karena itu.. aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak membunuhnya, tetapi kalian tahu.. akan sangat sulit melawan makluk seperti itu tanpa ada niat membunuh, itu bisa jadi bumerang"
"Jika kalian dapat membuktikan bahwa Natsu masih hidup.. atau aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, maka aku akan berhenti" sambung Gray
"Gray..."
"Tapi.. jika tidak ada bukti sedikitpun tentang Natsu, aku berasumsi bahwa jiwanya sudah lenyap seperti yang Zeref katakan dan akan melawan Iblis itu dengan semua yang aku punya" tampang Gray terlihat sangat serius, matanya berkilat tajam seperti sedang memendam amarah yang Luar biasa besar
"Sampai kalain menemukan bukti.. jangan halangi jalanku" kata Gray tegas sembari melangkahkan kakinya menuju pintu, disana masih ada Erza dan Lucy.
"kau tidak bisa lakukan ini Gray !" teriak Lucy tiba-tiba membuat Erza terkejut.
"ya aku bisa.. hanya aku yang bisa" kata Gray dingin, dia berhenti dihadapan Lucy dan Erza, tubuh mereka menghalangi pintu.
"Tapi dia Natsu ! teman kita !"
"Oh.. itu pendapatmu ? maaf tapi Natsu yang aku kenal tidak akan pernah membunuh Temanya sendiri" perkataan Gray serasa menusuk hati Lucy dan menghancurkanya berkeping-keping.
"T-tapi dia dikendalikan..." Lucy masih mencoba membantah
"aku pikir kalian sudah mulai mengenal lebih dalam satu sama lain" kata Gray masih mempertahankan sikap dinginya, kalimat singkatnya seolah mengirimkan ribuan anak panah tepat ke hati Lucy.
"..."
"aku sudah mengenalnya sejak kecil.. dia itu kuat, walaupun sudah dihajar dia mampu bangkit dan akhirnya menang.. tekatnya untuk melindungi Guild dan teman-temanya itu yang memberinya kekuatan.. katakan Lucy, jika dia masih 'disana' bagaimana mungkin dirinya dapat dikendalikan oleh Iblis dan membunuh Temannya sendiri !"
"sudah Cukup Gray !" kata Erza sembari mendekap tubuh Lucy yang sudah gemetaran. Tanpa sepatah katapun Gray kembali melangkah melewati mereka berdua.
"kau hanya marah.." kata Lucy lirih membuat Gray terhenti sejenak.
"kau hanya marah karena Juvia kan..." Erza melirik kearah Gray untuk melihat bagaimana dia menangapi perkataan Lucy
"..Terserah apa katamu" kata Gray tanpa memalingkan wajahnya, Erza terus melihatnya berjalan sampai sosoknya hilang di kejauhan
'aku tahu ini bukan soal Juvia.. tapi kau memperburuk keadaan Gray' Erza mulai menyesali niatnya membawa Lucy ke Guild.
"Erza.. apa Lucy baik-baik saja" Mira menghampiri mereka.
"Bisa kau jaga dia sebentar Mira, aku perlu bicara dengan Gray.." kata Erza, Mira terlihat khawatir mendengarnya.
"Aku harap kau tidak bertengkar denganya..."
"Tidak.. aku hanya ingin memastikan sesuatu yang sedang aku pikirkan"
"Apapun itu, apa kau bisa membujuknya.. jika didiamkam ini bisa berakhir buruk, aku tidak ingin ada pertempuran lagi di Fairy Tail"
'sudah kuduga saat seperti ini pasti akan terjadi...'
-:-
"Aku akan pulang, jika Iblis itu menyerang tempat tinggalku aku akan membantu Gray untuk mengalahkanya !"
"Apa ! aku akan mencari Natsu-san, aku tidak akan memberiarkanmu menyentuhnya"
"Hei, dia mencoba melindungi keluarga dan kampung halamanya !"
"Jangan salahkan dia juga dong, kenapa tidak beritahu mereka agar mengungsi, kita bisa memikirkan cara untuk menangani masalah ini dengan lebih bijak selagi mereka semua dievakuasi"
"jangan bercanda, lari tidak akan menyelesaikan masalah.. aku ikut kau, kita bantu Gray sama-sama"
Perpecahan Mulai terjadi di Fairy Tail, semua orang saling mendebatkan apa yang seharusnya mereka lakukan, ada dua pihak besar dalam perdebatan ini, yaitu penyihir yang Pro dan Kontra dengan keputusan Gray, sementara Penyihir-penyihir yang memilih Netral mulai terpengaruh oleh kedua belah pihak.
Setelah cukup lama berfikir Lucy membuat keputusannya sendiri, keputusan yang mencenangkan yang membuat Staruss bersaudara terkejut.
"Aku nggak akan biarkan kau menyakiti Natsu..."
"L-lucy ?"
"Ya ! aku akan pergi mencari Natsu... dan menlindunginya dari Gray !" kata Lucy keras.
"N-nee Chan.. Ini gawat"
-13:00-
Magnolia Town, Riverbank
"Aku bohong jika ini tidak menyangkut masalah pribadiku sendiri.." kata Gray teringat pernyataan Lucy.
'G-gray-Sama...'
Kata itu, suara itu, selalu terngiang-ngiang dikepala Gray, Selalu memberinya mimpi Buruk, selalu membuatnya merasa dihantui
Rasa bersalah.. Itulah yang Gray rasakan semenjak kejadiaan tersebut. dia ingin menangis tapi air matanya tidak bisa keluar.. yang keluar di dalam dirinya hanyalah amarah yang kian berkobar..
"Maaf Juvia.. karena melindungiku kau-"
"Gray !"
Gray terlonjak kaget, dia segera menoleh ke sumber suara, didapatinya Erza sedang menurini jalanan batu menuju kearahnya.
"Kau mudah ditebak, kau selalu saja ke tempat ini jika sedang ada masalah" kata Erza memulai pembicaraan
"Lihat siapa yang bicara, kau sendiri sepertinya sering sekali ketempat ini" kata Gray kembali memandang lurus ke arah sungai
"Well Mungkin sudah kebiasaan kita sejak dulu.."Erza
"Kenapa kau mencariku" tanya Gray dingin
"..soal perkataanmu tadi-"
"aku bersungguh-sungguh akan menghentikan Monster, akan kulawan siapapun yang menghalangi"
"..."
Erza sedang Dilemma sekarang ini, dia tahu perbuatan Gray tidaklah salah.. END harus dihentikan atau akan timbul lebih banyak lagi korban jiwa tapi lain sisi dirinya masih sulit mempercayai Natsu telah tiada dan tubuhnya sekarang telah diambil alih oleh Iblis dalam diri Natsu.
"hei Erza"
"eh..ya?" Muka Gray benar-benar serius, matanya menatapnya tajam Erza dapat melihat tekat kuat di bola mata Gray, 'dia sudah tak dapat dihentikan...' batin Erza.
"Ada dipihak mana Dirimu.."
-To be Continued—
.
.
Chapter 2 Preview : keputusan Erza dan semua Major Character untuk memilih pihak mana yang mereka dukung, konflik pertama.
Sorry udah bunuh Juvia T_T, kematianya sangat diperlukan buat nambahin motivasi Gray, btw nggak ada Character diluar Guild biar berkesan 'civil war' , anggap saja mereka memiliki masalah mereka sendiri2
Dimohon buat Saran dan Masukannya untuk kelanjutan Fic ini, thanks ^_^
