a/ Video-call


Choi Seungcheol, Choi Seungkwan, Choi Hansol


Telpon Seungkwan berdering, ia melirik Hansol yang sedang menyetir di sampingnya.

Tanpa Hansol bertanya ia mendapat jawaban dari Seungkwan.

"Ini ayahku, Sol."

Hansol hanya tersenyum dan mengangguk. Kembali fokus.

Dalam hitungan detik Seungkwan segera menggeser tombol hijau dan menghadap pada ponselnya. Oh ternyata itu adalah video-call.

"Hallo, papa?"

Wajah tampan ayahnya – Choi Seungcheol keluar di layar ponselnya.

"Oi, nak"

"Ada apa, Pa?"

"Sudah sampai mana, Kwan?"

Seungkwan menengok sekeliling. Dan kembali menatap layar ponselnya menjawab.

"Sudah di perlimaan, Pa. Mungkin 20 menit sudah sampai rumah."

Di sebrang sana ayahnya mengangguk.

"Oke sayang, kalian harus sampai di rumah sebelum matahari tenggelam."

Disebelahnya Hansol terkekeh geli. Maklum Seungkwan itu anak tunggal, jadi kalau ayah mertua ((begitu jika hansol menyebutnya.)) sudah mengomel maka dengarkan saja.

"Iya, Pa. Kita masih berada di jalan," Seungkwan mengarahkan ponselnya pada Hansol, "Ini Hansol masih menyetir," Lalu mengarahkan ponsel ke hadapannya lagi "Mau mengatakan sesuatu?"

"Tidak, Kwan."

"Ya sudah ku tutup ya, Pa."

"Tunggu, Kwan!"

Seungkwan terlonjak hampir menjatuhkan ponselnya.

"Ada apa lagi, Pa?"

"Hanya katakan pada Hansol kalau kalian tidak kembali ke rumah saat matahari tenggelam..."

Seungcheol menggantung ucapannya membuat Hansol yang mendengarnya ikut menelan ludah.

"Akan Papa adukan kepada keluarga Choi bahwa anaknya cabul."

Seungkwan facepalm. Hansol terbahak.

"Papa tau kalau Hansol bukan seorang yang seperti itu."

"Papa belum selesai bicara, Kwan. Setelah Papa mengadukan kepada keluarga Choi, Papa akan segera mendesak mereka agar cepat menikahkan kalian berdua."

"Apa?"

Seungkwan melongo. Ponsel masih berada di hadapan Seungkwan. Hansol yang sadar, setengah berteriak ia berbicara pada ayahnya.

"Baiklah ayah mertua, anakmu akan ku kembalikan saat matahari kembali terbit."

Selanjutnya gurat panik tercetak di wajah Seungcheol. Terdengar menggerutu.

"Aduh aku salah bicara. Ya! Choi Hansol cepat kembali."

Selanjutnya apa yang Choi Seungcheol tangkap adalah setelah mendengar Hansol berbisik "matikan, Kwan." Detik berikutnya sudah tidak ada wajah anaknya di layar ponselnya.


End.


a.) Sebenarnya aku masih bingung mau pakai sudut pandang siapa, tapi selama cerita tidak sumbang, tidak apa-apa kan ya?

b.) Dan pada akhirnya aku membuat VerKwan meski short sekali. Tapi aku akan mencoba membuatnya lebih panjang lagi, karna ini Drabble.

c.) Oh ya, kenapa bukan Hansol saja yang jadi anaknya Seungcheol? Karna, well marga mereka sama. Tapi tidak, aku inginnya Seungcheol yang jadi bapak para uke Seventeen hehe.

d.) Aku juga gak bisa bikin konflik jadi aku suka membuat fiksi yang sederhana saja. Aku akan berusaha lebih keras lagi.

Mind to review? ^^