Masashi's Chara was borowed by Cecil hime
SasuHina
.
.
"Hwee..."
"Tahan sedikit Konohamaru-kun. Nee-chan janji akan mengajakmu jalan-jalan setelah kau sembuh."
"Hiks, ja-janji?"
Senyuman gadis cantik itu menjawab pertanyaan Konohamaru. Lalu dengan hati-hati ia menusukkan jarum kecil itu pada kaki kanan Konohamaru. Konohamaru berusaha sekuat tenaga menahan air matanya tidak keluar. Sakit memang rasanya ketika luka lama akibat jatuh dari sepeda kembali dijahit karena hal yang sama. Tapi bagaimanapun juga ia harus bisa kuat demi 'Nee-chan'nya. Tentu saja. Kapan lagi dapat kesempatan diajak jalan-jalan oleh Nee-chan yang disukainya.
Sedangkan sang Nee-chan hanya tersenyum geli melihat raut wajah anak kecil yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri berusaha menahan tangisnya pecah. Dan lebih lucu lagi ketika bocah itu menghela nafas lega karena prosesi penjahitan luka sudah selesai. Terbesit ide jahil dipikiran gadis cantik yang berprofesi sebagai dokter itu.
"Konoha-kun, air matamu jatuh."
"Eh? Bukan! Ini hanya kelingat. Ini semua salah Madala-jiisan yang belum juga mempelbaiki pendingin luangannya." Jawabnya sambil memalingkan mukanya.
"Benarkah?"
"Tentu saja. Plia tampan tidak mungkin belbohong." Tambahnya.
"Hei, berhentilah menggodanya. Kau dipanggil Gaara-kun." Kata seorang gadis cantik berambut pink sambil mengedipkan matanya sambil tersenyum menggoda.
"Apakah pasiennya anak-anak lagi?"
"Entahlah. Kau seperti tidak tahu saja. Dia sepertinya memang berdoa setiap hari agar pasiennya adalah anak kecil."
"Sakura-chan, jangan bercanda."
"Benarkah? Lalu kenapa pipimu memerah?" goda Sakura.
"Sudahlah. Aku kesana dulu. Titip Konohamaru, Sakura-chan." Kata gadis sambil membersihkan peralatannya. Setelah itu ia melangkahkan kaki jenjangnya ke pintu dan hampir menutupnya kembali ketika suara bocah cilik itu menghentikannya.
"Janjinya akan kutagih besok lusa Hinata nee-chan!" teriaknya.
.
.
"Apa kau memanggilku Gaara-kun?"
"Hn. Bocah ini sangat nakal. ia tidak mau disuntik."
Sudah seperti rutinitas bagi pemuda tampan berambut merah maroon itu ketika ia melihat betapa luar biasanya gadis dihadapannya ini. Tidak ada wanita yang lebih penyabar dan penyayang dibanding Hinata yang ia ketahui. Bukan hanya anak kecil, tapi orang tua dan orang dewasa juga banyak yang menyukainya. Dia memang sangat mudah untuk disukai.
Hinata gadis yang cantik, baik, cerdas dan ia juga berasal dari keluarga terpandang. Bagaimana mungkin dia sudah sangat memukau pada usianya yang baru 20? Ciptaan Kami-sama yang hampir sempurna. Hampir? Ya. Karena sampai sekarang pemuda berambut merah maroon itu belum pernah mendengar atau melihat Hinata memiliki seorang pacar. Padahal setahunya sudah banyak pria yang menyatakan cinta untuk Hinata. Ia sendiri bahkan pernah melihat Hinata menolak seorang pria dengan halus.
"Sudah, Gaara-kun. Lain kali kau harus lebih lembut."
"Hn."
"Selalu itu jawabanmu, tapi kau tidak pernah benar-benar mencobanya." Ucap gadis itu dengan nada jengkel yang sangat kentara dibuat-buat.
'Untuk apa begitu kalau sudah ada kau, Hinata' batinnya.
"Hn. Sebagai rasa terima kasih aku akan mentraktirmu nanti malam." Bahkan rutinitas mengajak makan malam itu juga tak pernah absen sebulan terakhir ini.
"Aku banyak makan, kau tahu? Aku tidak mau membaca koran pagi yang isinya 'Sabaku no Gaara jatuh miskin karena tiap malam mentraktir makan Hyuuga Hinata'." Canda Hinata yang dibalas senyuman tipis dari pemuda Sabaku itu.
"Jam 8 malam selesai praktek."
.
.
"Ini semua salah Gaara-kun."
Sepertinya harus ada yang disalahkan disini dan tentunya harus bertanggung jawab atas keterlambatan Hinata pagi ini. Ini adalah kali pertamanya terlambat praktek. Lima belas menit memang. Tapi gadis berambut panjang sepinggang itu adalah gadis yang sangat menghargai waktu. Siapapun bisa saja sedang membutuhkannya dalam lima belas menit itu, bukan?
Banyak yang mengatakan biasanya seseorang akan menjadi lebih ceroboh ketika ia terburu-buru. Dan sepertinya orang yang mengatakan itu ada benarnya juga. Saking terburu-burunya Hinata menuju ruangannya, secara tidak sengaja ia menambrak seseorang ketika ia hendak berbelok. Hinata yang menyadari kesalahannya segera mengambil kertas-kertas berserakan orang yang telah ia tabrak. Tertabrak sebenarnya. Sedangkan orang yang ditabrak hanya menatap aneh pada Hinata yang sedang mengumpulkan berkas-berkasnya.
Setelah mengumpulkan berkas-berkas itu, ia lalu memberikannya pada pemuda bermata onix itu.
"G-Gomenne, Itachi-san." Katanya sambil membungkukkan badannya sedikit. Hyuuga memang terkenal dengan kekentalan adatnya yang masih dipertahankan.
Kemudian Hinata langsung pergi dengan terburu-buru-lagi- meninggalkan pemuda bermata onix yang baru saja ia tabrak dan masih memandang kepergiaannya dengan raut wajah yang semakin aneh.
"Aku kan lebih tampan daripada Baka Aniki." Ucapnya entah pada siapa.
.
.
Hari ini benar-benar aneh menurut Hinata. Pertama, dia terlambat. Kedua, ia menabrak Itachi-san yang sangat ia kagumi dari dulu. Dan di depan matanya kini hal yang lebih aneh. Partnernya sesama dokter sibuk dengan make-up masing-masing. Bukan hal yang aneh memang kalau itu mereka lakukan ketika waktu istirahat. Tapi ini? Ini bahkan masih pagi dan make-up mereka masih sangat cantik dan belum berkurang sedikitpun. Jadi, untuk apa lagi polesan-polesan itu?
"Apa sedang tidak ada pasien?"
"Ah, Hinata-chan. Apa aku sudak terlihat cantik?" sepertinya pertanyaan Hinata kurang menarik. Didengarkan saja tidak.
"Kau selalu terlihat cantik, Ino-chan."
"Bagaimana denganku Hinata-chan?"
"Kau juga sangat cantik Sakura-chan."
"Ano, apa tidak ada pasien?"
"Ah, pagi ini sedang sepi, Hinata-chan. Tapi sepertinya kau harus melihat Konohamaru. Dia tidak mau makan jika bukan kau yang menyuapinya. Ah, apa kau sudah mendengar kabarnya, Hinata-chan?"
"Kabar? Aku tidak mengerti."
"kau selalu seperti itu. Ketika Garaa-kun dulu pindah tugas kesini kau juga orang terakhir yang mengetahuinya."
"Dokter pindahan baru lagi?"
"Dan seperti biasa kau memang pintar. Tapi kali ini lebih spesial, bukan hanya dokter pindahan biasa. Dia adalah putra Fugaku-sama. Dan dia sangat tampan."
"Bukankah Itachi-san memang tampan? Tapi yang aku tahu ia bukan dokter, tapi direktur beberapa perusahaan Uchiha Corp." Jawab Hinata.
"Kami sedang membicarakan Uchiha yang lain Hinata. Pastinya bukan Itachi-san karena dia memang bukan dokter."
"Itachi-san memiliki adik Hinata-chan. Namanya Sasuke-kun. Dia dokter spesialis terbaik di Amerika. Dari yang ku dengar ia dipaksa pulang oleh Mikoto-sama karena tidak mau jauh-jauh dari Sasuke-kun. Jadi mulai besok ia akan bekerja disini. Dan hari ini ia datang untuk melihat ruang kerjanya sebelum bekerja dan juga diperkenalkan dengan karyawan disini. Sayang sekali kau terlambat hari ini, perkenalannya sudah selesai." Jelas Ino yang ditanggapi anggukan semangat dari Sakura.
"Lagi pula apa yang kau pikirkan sehingga mengira itu Itachi-san? Tidak mungkin ia ke Rumah Sakit. Tempatnya di kantor." Tambah Sakura
'Tidak mungkin ia ke Rumah Sakit. Tempatnya di kantor.'
Hinata merasa ada sesuatu yang aneh, tapi tiba-tiba ia menjadi agak pelupa. Ah, mungkin nanti ia akan ingat juga.
.
.
"Tidak ku sangka setan kecil sepertimu bisa sakit."
"Aku tidak sakit. Ini hanya luka kecil."
"Lalu untuk apa kau masih disini? Kau mengharap belas kasihku, hm?"
"Tidak pellu. Aku disini untuk menjaga calon pacalku dari doktel Gaala."
Sasuke pov
Pacar? Khe, mengucapkan 'R' saja ia belum becus. Lagipula bagaimana bisa seorang bocah berumur empat tahun sudah mengetahui tentang pacaran? Tapi, baiklah. Kapan lagi waktu yang tepat untuk menjahili bocah ini? Ia cukup menjengkelkan karena terkadang merebut perhatian Okaa-san sehingga Okaa-san mengacuhkanku.
"Tidak ada yang mau menjadi pacarmu."
"Tapi aku yakin Hinata nee-chan sebental lagi akan menjadi pacalku."
"Hanya orang jelek yang mau menjadi pacarmu."
"Hinata nee-chan gadis paling cantik. Sepelti Mikoto baa-chan." Protesnya. Dasar keras kepala. Aku heran kenapa Oka-san mengatakan ia sanagt lucu dan menggemaskan. Dari sisi mana?
Aku tidak sempat melanjutkan aksiku karena sepertinya dokter yang akan memberinya sarapan telah datang. Dokter itu berambut indigo panjang sepinggang mungkin lebih sedikit. Dia menutup pintu itu kembali dan baru saat itulah aku melihat wajahnya. Dia gadis cantik yang tadi pagi menabrakku dan tentu saja dia juga yang memanggilku 'Itachi-san'.
Dia kaget ketika melihatku dan dari raut wajahnya sepertinya ia berusaha mengingat sesuatu. Kejadian tabrakan itu kah?
"Ya. Aku orang yang kau tabrak tadi pagi." Membantunya mengingat sepertinya tidak ada salahnya.
"Aa.. gomenne, Uchiha-san. Saya tidak sengaja."
Ada yang aneh. Dia perempuan atau bukan? Kenapa dia biasa saja melihatku? Biasanya, ah bukan biasanya, tapi selalu, setiap gadis yang melihatku pasti terpesona melihatku. Atau paling tidak mereka akan menunjukkan raut wajah yang menunjukkan ketertarikan. Seperti tadi pagi ketika perkenalan karyawan. Tapi, gadis ini? Dia biasa –sangat biasa—saja melihatku. Ia hanya menampakkan raut rasa bersalah. Aneh sekali.
"Hinata nee-chan. Aku lapal!"
Aggh. Kenapa setan kecil ini selalu mengganggu? Mengganggu? Sepertinya pikiranku sedang kacau seharusnya kan aku biasa saja. Dan apa yang barusan ia katakan? Hinata nee-chan? Jadi ini gadis yang dari tadi dibicarakan bocah ini. Gadis ini memang sangat cantik. Badannya bagus. Dan sepertinya gadis baik-baik. Yang paling menarik adalah senyumnya sangat mirip Okaa-san.
"Kau sangat lucu dan menggemaskan Konohamaru-kun."
Hei, bahkan kata-katanya juga sama dengan Okaa-san. Bedanya hanya suara gadis ini lebih lembut dibanding Okaa-san, hal yang wajar karena Okaa-san kan sudah mulai tua. Yah, secara keseluruhan dia perfect. Tapi sangat tidak perfect jika ia dengan setan cilik ini. Aku sepertinya lebih cocok.
Aa, bukan itu maksudku. maksudku tia tidak mungkin dengan bocah kan? seharusnya pria seumuran denganku akan lebih cocok untuknya.
Suara pintu lagi-lagi mengalihkan perhatianku. Tapi kali ini aku bersyukur karena kalau tidak pikiranku akan semakin memilih jalur yang lebih aneh.
"S-Selamat pagi, Sasuke-kun."
"Hn."
"Hinata-chan, Gaara-kun 'memanggilmu'." Kata gadis berambut pink itu. Jelas-jelas ia menggoda Hinata. Sejak kapan aku terbiasa menyebut namanya? Ah, sudahlah. Lagipula itu bukan berarti sesuatu,kan?
"Konohamaru-kun, bisakah kau makan sendiri? Gaara-kun memerlukan bantuanku."
"Aku akan menggantikanmu Hinata-chan." Ucap si pinky.
"Kenapa bocah kepala melah itu selalu mengganggu kebelsamaan kita?"
Kontan saja kata-katanya dengan muka polosnya itu membuat Hinata dan si pinky tertawa. Aku saja hampir tertawa. Sebenarnya yang bocah disini siapa? Setahuku Gaara itu salah satu dokter kebanggaan Tou-san. Lalu apa hubungan mereka? Mungkin itu yang membuat Hinata biasa saja ketika melihatku. Karena ia sudah memiliki kekasih yang ia cintai. Terserah lah, itu bahkan bagus karena ada juga gadis normal yang kujumpai.
"Hanya sebentar, Konohamaru-kun."
"Tapi bagaimana kalau Hinata nee-chan dilebut dan aku tidak dapat menyelamatkan Nee-chan?"
"Makanlah biar cepat sembuh dan kita akan jalan-jalan." Jawab Hinata sambil mengulum senyum geli. Ia sangat manis ketika tersenyum.
"Permisi Uchiha-san."
Ia bahkan tidak ingin terlihat akrab denganku seperti kebanyakan gadis lain yang sok akrab dengan memanggilku 'Sasuke-kun'.
"Hn."
kemudian kurasakan ponselku bergetar. Aku tersenyum kecil melihatnya siapa pengirim pesannya. Satu-satunya gadis yang sedang dekat denganku dan aku berencana akan mengenalkannya pada Kaa-san.
Sasuke pov end
"Makanlah, bocah. Aku ada urusan."
Dokter muda itu bahkan tidak dapat melihat raut kecewa Sakura karena bukan hanya pamit, bahkan dilirik saja pun tidak.
"Sakula nee, kau menyuapi hidungku."
"Eh?"
.
.
Tidak jauh dari kamar rawat Konohamaru, ia dapat melihat Gaara dan Hinata di salah satu ruangan sedang mengobati luka anak kecil. Sasuke yakin, pasti mereka membicarakan hal lain selain pengobatan karena ia dapat melihat pipi Hinata yang sedikit memerah.
"Apa-apaan mereka? pacaran saat jam kerja."
.
.
tbc
