Hai Minna. Ini Fic fantasi saya... hehehe memang masih agak kacau. dan udah lama ada dalam saya. cuman belum berani publish. semoga tidak bosan dengan fic gaje saya yang memenuhi fandom ini.

DISCLAIMER : TITE KUBO

RATE : M (For Safe)

WARNING : OOC, AU, GAJE, MISSTYPO, Cerita pasaran dan mudah ketebak. Segala sesuatu yang ada dalam fic ini sama sekali tidak ada yang benar. semuanya hanya fiksi belaka dengan imajinasi indah saya.

ATTENTION : Fic ini adalah fiksi belaka. apabila ada kesamaan atau kemiripan di dalam fic atau cerita lain dalam bentuk apapun itu adalah tidak disengaja sama sekali.

.

.

.

Masa 500 tahun yang lalu, masih adanya kepercayaan tentang kutukan, sihir, dewa dan pembawa bencana.

Dunia ini dahulunya hanya dihuni oleh 2 kerajaan besar. Satu klan yang memuja Dewi Bulan yang mengusai malam hari. Lalu satu lagi klan yang memuja Dewa Matahari yang mengusai siang hari. Di antara 2 kerajaan besar itu ada sebuah desa yang menjadi pembatas kerajaan tersebut. Itulah desa Rukongai. Desa yang memiliki hak untuk tidak tunduk pada kerajaan manapun tapi memuja 2 dewa dan dewi itu. Karena sebagai batas antara 2 kerajaan, desa Rukongai boleh dimasuki oleh semua penduduk dari 2 kerajaan itu. Dan desa ini sama sekali tidak boleh disentuh oleh kerajaan mana saja. Tidak ada yang boleh menjajahnya. Karena desa ini di jaga oleh dewa dewi itu untuk menstabilkan 2 kerajaan sebagai batasnya. Karenanya, terkadang desa ini jadi jalur pertemuan antara kerajaan satu dengan kerajaan lainnya.

Kerajaan yang memuja Dewi Bulan adalah Kerajaan Seireitei. Dipimpin oleh Klan Kuchiki yang sudah lama memerintah Kerajaan Seireitei hampir seabad lebih. Klan ini begitu damai di bawah kuasa Raja Kuchiki Byakuya yang bijak dan adil. Selama pemerintahannya hampir-hampir tidak pernah ada kekacauan dan perang. Semuanya baik dan aman terkendali. Karena Klan Kuchiki adalah klan yang patuh pada peraturan dan tidak sembarangan melawan peraturan yang ada. Bagi mereka, peraturan ada untuk dipatuhi. Jadi siapapun yang melanggarnya, meskipun si pelanggar masih ada hubungan darah dengan pemimpin klan sekalipun, itu tidak akan pernah dimaafkan. Semuanya dilaksanakan dengan prosedur kerajaan tanpa ampun. Makanya tidak ada yang berani melanggar semua peraturan yang ada di Kerajaan Seireitei.

Kerajaan yang memuja Dewa Matahari adalah Kerajaan Karakura. Dipimpin oleh Kurosaki Isshin. Kerajaan ini memiliki seorang raja yang bijak juga adil. Tapi Kerajaan ini lebih cenderung agak 'memudahkan' setiap pelanggar. Bukan berarti pelanggar tersebut tidak dihukum. Tapi, mereka dihukum sesuai apa yang menjadi latar belakang mereka melakukannya. Tidak melulu menurut pada peraturan yang ada. Tapi lebih kepada kebaikan dan ketulusan rajanya yang ingin mensejahterahkan rakyatnya. Makanya kerajaan ini menjadi kerajaan sejahterah. Kerajaan yang damai juga. Hampir sama dengan Kerajaan Seireitei. Mereka sama-sama ingin membuat rakyat mereka sejahterah dan makmur.

Tapi sesuai ketentuan Dewa Matahari dan Dewi Bulan. Ada sebuah kutukan yang tak dapat dihindarkan dan sudah menjadi kutukan turun temurun selama beberapa ribu tahun sebelumnya. Dan kutukan ini tak akan pernah hilang apapun yang terjadi. Tidak akan pernah bisa dihilangkan meski menyerahkan beribu-ribu nyawa pada Dewa Matahari dan Dewi Bulan. Bahwa kutukan ini akan terus ada sampai kapanpun.

Bahwa kenyataannya adalah... kedua klan ini tak akan pernah bisa bersatu. Makanya sejak dulu, Klan Kurosaki dan Klan Kuchiki sama sekali tidak boleh bersatu apapun alasannya. Mereka tidak boleh menikah dengan salah satu klan ini. Semua klan memang baik, tapi entah kenapa hanya Klan Kurosaki dan Klan Kuchiki yang tidak boleh bersatu. Karena kedua klan ini sudah dipilih oleh dewa dan berada dalam wewenang dewa. Jika Bulan dan Matahari bersatu, maka akan ada gerhana yang akan menghancurkan Bulan dan Matahari. Gerhana yang akan mendatangkan malapetaka panjang dan bencana yang tak akan pernah habis. Dan jika ada anak yang lahir dari dua klan ini di saat gerhana muncul, maka anak itu dipercaya akan menjadi bencana yang akan menghancurkan 2 kerajaan sekaligus. Bahkan seluruh dunia.

Yah ini adalah ketentuan dewa. Yang tak bisa terbantahkan oleh siapapun. Selama ini tidak ada satupun yang berani melanggar ketentuan ini. Baik dari dua klan masing-masing. Semuanya mematuhi aturan yang ini. Tapi masa depan siapa yang tahu?

Yah... satu-satunya yang bisa membuat kutukan ini tak berarti. Satu-satunya yang bisa mengabaikan bahwa kutukan ini ada. Satu-satunya yang tak akan pernah bisa dimengerti dunia kenapa ini ada. Satu-satunya alasan kutukan ini harus dihentikan.

Satu-satunya adalah... cinta.

Tak akan pernah bisa terelakan meski ingin. Jika ada dua orang insan manusia yang jatuh cinta di bawah langit bumi, entah dari klan mana, entah dari kerajaan mana, entah dari dunia mana, itu semua tidak akan pernah lagi menjadi penting. Semuanya akan terasa mudah dan akan diabaikan begitu saja.

Manusia punya sisi negatif yang amat dibenci oleh dewa. Egois. Semua manusia punya sifat itu. Bahkan itu adalah sifat dasar manusia. Makanya seorang manusia tidak bisa menjadi dewa. Karena manusia egois. Tapi manusia yang dipilih dewa adalah manusia istimewa yang memiliki beberapa keistimewaan yang tidak akan pernah dimiliki oleh manusia lainnya.

Dan ini... adalah kisah 2 manusia yang bertarung melawan takdir mereka. Demi keegoisan mereka. Demi hal yang semu.

.

.

*KIN*

.

.

"Yang Mulia RUKIA-SAMAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Seorang wanita sekitar 25 tahunan itu berkeliling istana khas Jepang itu. Berkeliling dari satu paviliun ke paviliun lainnya. Tahukan seluas apa istana khas Jepang yang punya puluhan paviliun yang besar dalam satu komplek istana? Belum lagi adanya kolam-kolam ikan super besar yang lebih mirip danau buatan daripada kolam.

Wanita itu bernama Ise Nanao. Kepala pelayan yang bertugas menjaga seorang Putri Mahkota yang baru menginjak usia 16 tahun. Putri Mahkota super aktif yang tidak bisa dicegah oleh siapapun apa yang diinginkannya.

"Ise-sama, kami tidak bisa menemukan Yang Mulia Putri di istana. Sepertinya dia mulai... menyamar lagi..." jelas pelayan muda itu sambil menundukkan kepala dalam kepada Nanao, sang kepala pelayan istana khusus Putri Mahkota itu.

"Apa? Cari yang betul! Setiap hari selalu saja seperti ini..." keluh Nanao.

"Apakah kalian kesulitan karena kehilangan Rukia lagi?" sela suara lembut seorang wanita lainnya.

"Hah? Oh... Yang Mulia Ratu..." gumam Nanao sambil menundukkan kepala dalam penuh hormat kepada seorang wanita yang memakai pakaian kerajaan itu. Disini, pakaian kerajaan untuk keluarga raja adalah kimono tebal dan mewah dengan bahan kualitas nomor satu di dunia. Kimono tebal dengan corak bunga yang besar dan warna yang cerah adalah ciri pakaian kerajaan. Tidak boleh seorangpun di luar kerajaan memakai corak bunga besar dan warna yang cerah seperti milik keluarga kerajaan. Kalau ada yang berani memakainya, berarti mereka sudah siap menuju palang eksekusi. Yah memang ketat, karena untuk membedakan mana keluarga kerajaan mana rakyat biasa. Kalau rakyat biasa, hanya diperbolehkan mengenakan corak lain, seperti corak tumbuhan layaknya bambu, dan bunga kecil layaknya bunga sakura. Lalu warna yang agak gelap dan polos. Dan semua kerajaan, bukan hanya Seireitei saja, semuanya memakai peraturan ini. Bagi pelayan istana, mereka menggunakan kimono yang lebih mirip yukata karena lebih tipis dan ringan, tanpa corak dengan warna polos dan sederhana. Karena mereka adalah pelayan yang melayani keluarga kerajaan.

"Kalian kehilangan dia lagi?" kata sang Ratu dengan lembut dan penuh senyum. Ratu Seireitei adalah ratu terbaik dari seluruh kerajaan. Anggun dan cantik. Juga penuh wibawa dan bersikap layaknya seorang anggota kerajaan. Apalagi dengan gelungan rambut yang ditata sedemikian rupa. Tidak pula hiasan kepala berupa tusuk konde yang diujungnya terdapat hiasan seperti bunga atau manik-manik. Biasanya hiasan itu menggunakan batu mulia yang langka. Dan mahkota kecil yang berupa lambang kerajaan Seireitei, yaitu bulan sabit.

"Maafkan kami Yang Mulia Ratu! Kami akan berusaha mencarinya sekarang juga!" ujar Nanao penuh rasa bersalah sampai berlutut memohon ampun.

"Sudahlah. Kalian tidak usah khawatir. Pasti ada yang menjaganya. Hanya... jangan sampai Yang Mulia Raja tahu. Kalau Raja tahu... aku tidak bisa berbuat apapun."

"Baik Yang Mulia Ratu!"

Kuchiki Hisana. Sang Ratu. Hanya tersenyum simpul karena anak perempuannya itu kembali melakukan petualangan besar.

.

.

*KIN*

.

.

Panah akan sudah dibidikan. Sasaran akan segera terkunci dengan pasti. Gadis itu menarik anak panah dengan tangan kanannya dengan pasti. Memegang busur panahnya dengan tegas agar busurnya tidak bergeser sesentipun. Dan ketika mangsa sudah didepan mata, panah dilepaskan dengan segera.

TRAAK!

"Sial! Kenapa selalu saja kena bulunya! Kenapa tidak kena lehernya! Aku mau leher! Ugh!" keluhnya kesal sambil melempar busur panah yang berat itu. Gadis itu masih kesal di atas kudanya tanpa berniat melakukan apapun lagi. Moodnya sedang tidak beres. Bagaimana tidak? Sudah seharian ini dia mencoba memanah. Meskipun keterampilannya ini di larang oleh Kerajaan, karena seorang perempuan tidak layak untuk melakukan tugas laki-laki. Yah... contohnya seperti berkuda, memanah dan bermain pedang. Itu sama sekali bukan tugas seorang gadis. Tapi... gadis ini seolah tidak peduli pada peraturan itu dan tetap melakukan hal yang menurutnya menyenangkan itu. Apapun hal yang menyenangkan, meski harus melawan hukum, gadis ini akan nekat melakukannya. Baginya tantangan dalam kehidupan itu adalah hal yang sangat menyenangkan untuk memacu adrenalin.

"Yang Mulia Putri. Anda... di hutan lagi?" sapa seseorang dengan suara rendah khas laki-laki.

Gadis mungil yang masih diatas kuda putihnya itu bergerak menoleh kebelakang. Siapapun tidak akan menyangka bahwa dia adalah putri. Dengan hakama berwarna hitam dan putih itu dan rambut yang diikat tinggi keatas, pasti akan menyangka dia laki-laki mungil. Tapi sejauh ini dia berhasil melakukannya dengan baik. Buktinya tadi sewaktu dia masuk ke hutan yang berada di perbatasan Seireitei dan Karakura ini dia tidak dikenali sebagai Putri dari suatu kerajaan.

Dan laki-laki dengan hakama hitam khas prajurit dari Seireitei itu membimbing kuda hitamnya untuk mendekat kearah gadis itu. Laki-laki berambut biru dan bermata biru itu mengenakan hakama hitam. Sudah pasti dia adalah prajurit kerajaan. Di dahinya melingkar sebuah kain sebagai penutup kepala berwarna hitam dengan lambang bulan sabit tepat di tengahnya. Rambut biru sepanjang bahu laki-laki itu, diikat setengah kepala dan membiarkan sisanya tergerai. Dan dipinggangnya yang melilit obi berwarna putih juga ada sebilah katana yang senantiasa berada disisi pinggang pria itu.

"Grimmjow? Kau datang lagi? Kali ini apa yang akan kita lakukan?" ujar gadis itu penuh senyum.

Grimmjow Jaggerjack adalah prajurit pribadi kerajaan yang bertugas melindungi sang Putri dari bahaya. Tapi diam-diam, tugas itu malah berubah jadi guru pribadinya yang mengajarinya memanah, berkuda dan memainkan pedang. Kalau sampai pihak kerajaan tahu, maka tidak ada ampun untuk prajurit muda ini untuk hidup. Tidak lain, hal ini adalah rahasia sang Putri dan prajurit pribadinya ini.

"Yang Mulia Putri sudah paham dan mengerti tentang apa itu memanah, berkuda dan memainkan pedang. Yang Mulia Putri juga sudah pandai mengusai semua itu. Apalagi yang bisa saya ajarkan? Lebih baik Yang Mulia Putri kembali ke istana. Semua orang sibuk mencari anda yang menghilang tiba-tiba." Jelas prajurit muda itu. Prajurit itu tetap menunduk karena menghormati lawan bicaranya. Tidak ada seorangpun dari kasta rendah diijinkan melihat langsung wajah anggota kerajaan jika berbicara dengan mereka. Dan itu diberlakukan untuk semuanya.

"Tapi aku belum mau pulang..." keluh gadis mungil berambut hitam itu.

"Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Raja pasti akan cemas kalau tahu Yang Mulia Putri menghilang. Tolong kembali saja Yang Mulia Putri."

"Kau terlalu patuh pada peraturan. Tapi kau harus janji besok untuk mengajariku memanah ya? Aku hampir mati bosan karena dari tadi tidak mengenai sasaran dengan baik." Rengeknya lagi.

"Baik. Yang Mulia Putri."

Yah... itulah Yang Mulia Putri kita. Kuchiki Rukia. Gadis mungil pemberani yang tidak takut apapun. Tapi kalau sudah berhadapan dengan sang ayah, sudah pasti dia akan mati kutu!

.

.

*KIN*

.

.

"Tuan~ Anda bisa terlambat kalau belum bangun sekarang..." bisik wanita geisha itu. Geisha adalah istilah halus untuk pelacur Jepang. Mereka memang seorang pelacur. Tapi untuk kalangan kelas atas. Mereka memang bisa dipinjam berapa malampun asalkan bisa membayar tinggi mereka. Geisha ini bukan pelacur sembarangan. Karena mereka punya keahlian tertentu. Bisa memainkan alat musik tradisional Jepang, bisa menari tarian khas Jepang, juga punya wibawa layaknya wanita terhormat. Bedanya mereka bekerja menjual 'dirinya'.

Geisha itu beringsut menarik kimono khas Geisha itu. Kimononya agak tebal juga meski berbeda dengan kimono kerajaan. Coraknyapun kebanyakan berdesain hewan, layaknya burung atau tumbuhan seperti bambu. Warnanya juga jauh lebih gelap, seperti ungu gelap, merah marun, hitam dan cokelat. Kimononya juga jauh lebih tipis dibagian lengannya. Tapi kebanyakan Geisha memakai kimono agak tipis, mirip yukata juga, supaya tidak terlalu repot.

Geisha itu mulai meniup lembut leher 'pelanggannya' yang masih terlelap di futonnya yang nyaman itu. Karena tidak ada reaksi sedikitpun, si Geisha berambut pirang itu mulai mengecup lembut leher 'pelanggan setianya' itu. Karena masih tidak ada reaksi juga, si Geisha lantas menggigit kecil lehernya sampai meninggalkan bekas kemerahan. Baru akan beranjak menuju tempat lain, si 'pelanggan' sudah membuka matanya dan langsung terlonjak kaget melihat seorang Geisha duduk mendekat ke arah wajahnya. Langsung saja si 'pelanggan' jadi serba bingung. Tadi dia terlalu nyenyak tidur setelah menghabiskan berbotol-botol sake. Tapi si Geisha hanya tersenyum penuh arti sambil melirik ke arah wajah tampan 'pelanggannya' ini.

"Tuan... Anda sudah bangun? Apakah... tidur Anda nyenyak? Atau... aku membangunkanmu?" lirih si Geisha lembut.

"Ohh! Bukan. Aku hanya... kaget. Agak kaget. Dimana pakaianku?" tanya si 'pelanggan' itu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Rambut panjang sebahunya itu tergerai acak-acakan. Dia hanya bertelanjang dada dengan hakama tidurnya yang terbuka itu. Untungnya hakama tidur itu masih menutup tubuh bagian bawahnya. Awalnya dia bermaksud hanya minum saja. Tidak tahu kenapa malah berakhir dalam rumah Geisha ini dan menemukan seorang Geisha yang membangunkannya. Benar-benar deh!

Pria berambut orange menyala ini memang bukan tipe pria yang hobi bermain wanita. Tapi kalau ada kesempatan tentu saja tidak akan di sia-siakannya.

Begitu melihat keluar biliknya, matahari sudah naik begitu tinggi. Matanya membelalak kaget dan sesegera mungkin mencari hakama yang benar. Kalau dia ketahuan tidak pulang lagi, dia mungkin bisa dipancung di tempat!

Setelah keluar dengan terburu-buru dari rumah Geisha itu, pria tampan berambut orange itu mengikat rambut orange panjangnya asal-asalan. Lalu mengambil kudanya dan bergegas menuju rumahnya. Dia... bisa digantung!

"Astaga... kenapa kau selalu saja berpenampilan seperti ini setiap kali tidak pulang?" rutuk seorang pria berambut pirang panjang sepinggang yang hanya mengikat rambutnya separuh. Pria berambut pirang itu mengenakan haori berwarna putih panjang dibalik hakama merahnya.

"Diamlah Hirako! Kau membuatku bertambah cemas. Apa yang dilakukan Oyaji-sama?" tanya pemuda berambut orange itu bergegas masuk ke dalam rumahnya melalui pintu belakang.

"Mengomel. Seperti biasa. Karena dia lagi-lagi tidak menemukanmu pulang ke rumah. Kali ini jangan salahkan aku karena aku sudah berusaha yang terbaik! Sekali dua kali bisa saja mengelabuinya. Kalau sudah berkali-kali aku juga angkat tangan!"

Dia adalah Hirako Shinji. Penasehat kerajaan yang memang masih muda. Dia juga adalah guru pribadi yang mengajari banyak hal pada muridnya satu ini. Semuanya. Dari peraturan Kerajaan. Keterampilan, seperti bermain pedang, berkuda dan memanah. Karena usianya yang masih muda juga, dia masih kesulitan mengendalikan anak remaja dibawah bimbingannya ini. Remaja berusia 17 tahun ini memang masih labil. Siapa bilang dia sudah dewasa? Mereka sudah cukup dekat semenjak Hirako Shinji resmi menjadi penasehatnya 3 tahun yang lalu. Dan ditambah lagi kenyataan bahwa mereka memang pasangan yang cukup kompak. Hirako sama sekali tidak memperlakukan anak didiknya seperti guru kebanyakan. Memperlakukannya seperti teman itu baru benar.

"Haduh... apa alasanku kali ini..." keluh laki-laki berambut orange ini.

"Itu masalahmu! Hari ini kau harus seharian di sini! Banyak materi yang kau tinggalkan! Kalau petinggi Kerajaan tahu kau malas-malasan, aku tidak akan tanggungjawab!"

Yuph! Dia adalah Pangeran Kurosaki Ichigo dari kerajaan Karakura.

Putra Mahkota dari Kerajaan Karakura ini memang terkenal akan ketampanannya. Kerajaan mana saja dan dari mana saja rela jauh-jauh datang hanya untuk melihat ketampanan sang pangeran agar bisa dijodohkan dengan putri kerajaan tersebut. Tapi sampai sekarang, kerajaan ini belum punya keputusan soal itu. Mungkin karena masih belum berani betul memikirkan ini. Apalagi melihat sifat seenaknya dari Putra Mahkota ini. Maksudnya...

Jarang mengikuti perkuliahan Kerajaan, selalu saja keluar dari istana dan tidak pernah menghadiri pertemuan Kerajaan. Selalu hanya main-main saja.

Dan tentu saja... karena Kurosaki Ichigo sama sekali belum tertarik mengurusi hal tidak menyenangkan seperti itu. Ayolah... dia masih 18 tahun. Masa disuruh memegang tampuk pemerintahan yang begitu banyak tanggungjawab? Meski usia seperti itu sudah dikatakan dewasa, karena rata-rata semua pangeran sudah menikah di usia seperti itu dan sudah bisa memegang tahta kerajaan. Tapi tidak untuk Kurosaki Ichigo. Dan jujur, dia belum siap menerima semua itu.

Dengan tergesa, dia sampai di paviliun miliknya. Para pelayannya sudah bersiap untuk melayani Putra Mahkota ini. Dari menyiapkan pakaiannya dan semuanya lah...

Pakaian Putra Mahkota biasanya sebuah baju khas Kerajaan (A/N : disini saya pakai baju khas Putra Mahkota yang ada dalam Kerajaan Korea. Bayangkan pakaian Putra Mahkota di Dong Yi, tapi yang warna ungu cerah itu loh. Kalau gak ada yang tahu, tolong di search om gogel yaa..) dengan baju panjang dan lengan baju yang besar. Di bagian perut pakaian itu, ada lambang Kerajaan Karakura, matahari (A/N : kalau di Korea, biasanya lambangnya naga) besar.

Rambut Ichigo juga sudah digelung keatas dan disematkan hiasan kepala (A/N : mirip kayak hiasan kepala kerajaan yang ada di Avatar milik Zuko) dengan lambang matahari juga. Ichigo selesai dengan pakaiannya yang merepotkan ini. Setidaknya ayahnya tidak akan mengomel karena dia tidak mau memakai pakaian ini. Sungguh repot berkeliling istana dengan pakaian mencolok begini. Warna pakaiannya hari ini adalah ungu cerah. Dan Ichigo pribadi menyukai warna ini setelah warna orange-nya. Ichigo berputar di depan cermin besar di kamarnya. Mirip pakaian wanita. Dia lebih suka hakama yang sederhana. Ichigo keluar dari kamarnya dan melihat penasehat pribadinya itu sudah menunggunya.

"Kau'kan lebih gagah dengan pakaian itu!" rutuk Shinji.

"Kalau kau tahu serepot apa pakaian ini!" rutuk Ichigo balik.

Ichigo jalan duluan di depan dan Shinji mengikutinya dari belakang. Pagi ini Ichigo harus memberi salam pada kedua orangtuanya. Sungguh repot. Apakah tidak ada kerjaan lain selain ini?

Berjalan dari paviliunnya menuju istana utama dimana sang raja dan sang ratu berada.

Setelah tiba disana, beberapa pengawal menunduk hormat pada Ichigo dan membiarkan pemuda itu masuk. Di singgasana kerajaan itu ada Raja dan Ratu yang sudah lama menunggu. Ichigo mendesah berat. Paling dia akan diomeli lagi. Sedangkan Shinji menunduk juga. Ichigo memberi salam dengan menunduk dalam.

"Aku memberi salam pada Oyaji-sama dan Kaa-sama." Ujar Ichigo sopan. Dia sudah biasa setiap pagi seperti ini.

Di lantai atas di singgasana itu ada ibu dan ayahnya. Ayahnya, Kurosaki Isshin adalah Raja di Kerajaan Karakura ini. Mengenakan kimono khas raja (A/N : kayaknya sama pakai pakaian khas raja di Dong Yi juga deh. Lebih simpel tuh) berwarna merah cerah. Dengan desain matahari besar di bagian perutnya. Hampir seluruh pakaian anggota kerajaan di sini mengenakan pakaian dengan lambang matahari. Sedangkan sang Ratu Kurosaki Masaki, mengenakan kimono formal khas Ratu. Sama seperti peraturan kerajaan lainnya, kimono kerajaan untuk wanita, mengenakan corak bunga yang besar seperti peony. Dan warna cerah dan lembut. Rambut orange sang Ratu di gelung di tinggi dan disematkan hiasan rambut berupa tusuk konde yang memiliki hiasan di ujungnya, seperti bentuk bunga atau batu mulia.

"Dimana kau semalam?" tanya sang Raja. Ichigo hanya menunduk dalam sambil menumpuk kedua tangannya di bawah perutnya. Kali ini dia bisa mati.

"Aku? Oh... ada di kamar." Jawab Ichigo. Entahlah itu benar atau tidak.

"Benarkah? Aku tidak percaya..." balas Isshin.

"Sudahlah Yang Mulia Raja. Ichigo... kau tahu'kan kalau perjodohan yang akan kau jalani itu berlangsung 3 hari lagi." Sela Masaki sang Ratu.

Baiklah. Ada lelucon lucu di pagi hari ini. Perjodohan!

"Ya... Kaa-sama." Lirih Ichigo.

"Kau jangan tidak menghadirinya ya. Ini adalah pertemuan resmi Kerajaan. Dan jangan membuat Ayahmu malu." Ujar Masaki lagi dengan senyum lembutnya."

Ichigo hanya bergumam ya dan ya selalu. Lebih baik begini.

Menggelikan! Perjodohan? Memangnya Ichigo tidak bisa mencari jodoh sendiri? Oh... dia lupa. Kurosaki Ichigo adalah seorang Putra Mahkota. Pangeran dari suatu negeri yang mesti dicarikan jodoh untuk kerajaan. Yah... paling-paling dia akan dijodohkan dengan anak bangsawan ternama di Kerajaannya atau... putri dari suatu Kerajaan yang akan menjalin hubungan erat dengan Kerajaannya. Sejak dulu seperti itulah kehidupan anggota Kerajaan. Tidak bebas dan serba diatur. Ichigo juga ingin sekali memulai hidupnya tanpa perlu serepot ini.

.

.

*KIN*

.

.

"Kudengar dia Putri Inoue Orihime, dari Kerajaan Juurinan ya? Kudengar dia Putri yang sangat cantik. Dia juga pintar dalam segala hal. Pasti orangtuamu suka padanya." Celoteh Shinji dari belakang sambil memperhatikan Putra Mahkotanya ini.

Ichigo menembakkan panahnya menuju sasarannya. Kali ini seekor anak rusa. Tapi ternyata meleset karena tidak konsentrasi. Karena di belakangnya seseorang terus mengoceh tanpa henti. Saat ini mereka sedang berkuda dan hanya mengenakan hakama sederhana saja. Setelah kemarin dia kena omel habis-habisan, sekarang dia mesti mendengarkan kata-kata dari orang ini lagi. Karena kesal panahnya tidak bekerja dengan baik, Ichigo memutar jalannya ke tempat lain. Dengan susah payah dia memerintahkan kuda hitamnya untuk pergi dari sana. Dan tentu saja Shinji dengan kuda cokelatnya mengikuti Ichigo. Dia sudah bosan mendengar tentang segala macam perjodohan itu. Kali ini setelah cukup jauh, Ichigo menembakkan panahnya lagi. Tapi lagi-lagi meleset. Karena kesal, dia melempar busur panahnya dengan asal dan berteriak kencang. Kekanakan.

"Kau kesal karena tidak bisa membidik dengan benar ya?" goda Shinji.

"Aku kesal karena ocehanmu. Sudahlah. Sejak kemarin Raja dan Ratu itu terus mencecokiku dengan urusan perjodohan menggelikan itu. Kau menambahnya lagi." Rutuk Ichigo.

"Wew~ aku 'kan memberikanmu informasi berharga loh. Putri itu cantik dan seksi. Kau pasti tergila-gila... orangtuamu sudah baik hati mencarikan yang cantik dan seksi sesuai seleramu. Kenapa kau seperti tidak mau itu?"

"Cantik dan seksi? Hah! Yang benar saja. Memangnya aku pernah minta dicarikan jodoh seperti itu?"

TRAAKK!

Tiba-tiba sebuah panah dengan hiasan bulu merak di ujungnya menancap jelas di pohon di antara Ichigo dan Shinji. Terang saja, Shinji mengambil langkah untuk melindungi Putra Mahkotanya itu.

"Siapa disana!" teriak Shinji. Ichigo kaget karena ada panah yang melesat tepat didepannya itu. Ichigo menoleh ke belakang di mana panah itu tertancap. Sedangkan Shinji tengah sibuk mencari pelakunya.

"Kau tunggu disini. Jangan kemanapun. Jangan-jangan itu pemberontak." Ujar Shinji memperingatkan.

Yah... terkadang ada saja pemberontak diam-diam yang selalu ingin mencelakai anggota kerajaan. Tapi yang Ichigo lihat di sini, panah yang menancap ini bukanlah panah sembarangan. Tidak ada panah dari rakyat biasa yang memiliki hiasan bulu merak seperti ini. Ini jelas... panah kerajaan. Panah Ichigo juga seperti ini. Tapi... siapa?

Setelah Shinji pergi, Ichigo melihat seseorang dengan hakama hitam dan putih berjalan ke arahnya. Tapi orang itu belum menyadarinya. Dia bertubuh mungil dengan rambut yang diikat tinggi ke atas. Tampak seseorang itu seperti sedang mencari sesuatu. Ichigo memperhatikannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Orang itu... laki-lakikah?

Ichigo bermaksud untuk menghampirinya, tapi matanya yang awas, melihat seseorang yang berpakaian seperti ninja berwarna hitam dengan penutup wajah dan penutup kepala berwarna hitam yang sedang bersiap menembakkan sebuah panah. Jelas orang bertubuh mungil itu tidak sadar sama sekali. Ichigo turun dari kudanya dan langsung menyergap orang berambut hitam itu untuk melindunginya. Tepat saat itulah panah dari ninja tidak dikenal itu melesat.

Orang yang Ichigo tolong itu menjerit kecil. Dan suaranya...

"Kau perempuan?" ujar Ichigo.

.

.

*KIN*

.

.

Rukia kembali datang ke hutan perbatasan ini. Kali ini seharusnya dia ditemani oleh prajurit pribadinya. Tapi sedari tadi prajurir berambut biru itu belum muncul. Jadi Rukia menembak panahnya asal-asalan saja. Begitu dia menembaknya, panahnya melesat jauh dan menancap di sebuah pohon. Rukia bisa melihat panahnya tertancap di sana. Karena sepertinya tempatnya sulit dijangkau, Rukia turun dari kudanya dan berjalan kaki menuju tempat panahnya tertancap.

Begitu Rukia sebentar lagi akan tiba di pohon tempat panahnya tertancap itu, Rukia disergap oleh seorang pria tak dikenal.

Rukia menjerit kecil, saat pria itu membekap mulutnya dan memeluk erat pinggangnya lalu merunduk. Sebuah panah melesat melewati mereka. Jantung Rukia seakan melompat ke tanah langsung. Ada panah. Sebuah panah dengan bulu berwarna hitam di ujungnya yang nyaris tertancap di kepalanya. Pria itu menoleh kebelakang dan menjaga Rukia dengan sikap melindungi. Setelah yakin aman, pria itu melepas bekapan dan pelukan di pinggang Rukia dan menatap Rukia dengan aneh.

"Kau perempuan?" tanya pria dengan rambut mencolok itu. Pria yang jauh lebih tinggi dari Rukia itu melihatnya dengan tatapan tidak percaya. Rukia sampai harus mendongak untuk melihatnya. Wajahnya tampan. Siapa pria ini?

"Siapa kau?" tanya Rukia. Mata ungunya menatap dalam ke mata cokelat yang indah itu. Pria itu juga sama. Mereka saling menatap penuh tanya.

"Apa yang menembak panah ini, adalah kau?" tanya pria berambut orange itu sambil menunjukkan sebuah panah bulu merak pada Rukia. Rukia melihat panah itu dengan teliti. Yah... ini panahnya.

"Ya... lalu apa yang kau lakukan tadi hah?" bentak Rukia kesal. Asal memeluknya dan membekapnya. Memangnya pria sialan ini tidak tahu siapa dia!

"Hah? Aku baru saja menyelamatkanmu tahu! Kau tidak tahu ada yang mau menembakmu dengan panah bulu hitam itu! Kalau aku tidak menolongmu mungkin kau sudah tidak bernyawa seperti hewan buruan!" bentaknya balik.

Rukia langsung kaget karena dibentak seperti itu. Tentu saja. Selama ini siapa yang berani membentaknya kalau tidak mau berakhir di bawah tiang pancung!

"Apa! Kau berani membentakku!" ujar Rukia geram.

"Kenapa? Kau tidak suka? Aku baru saja menyelamatkan nyawamu tahu!"

Rukia diam sambil melirik sebuah panah bulu hitam yang tertancap di pohon di dekatnya itu. Apakah benar kata pria ini ada yang mengincarnya? Seketika itu pula Rukia merasa gugup. Kenapa ada yang mengincarnya? Kalau kerajaan tahu ada yang mengincar nyawanya, Rukia tidak bisa keluar lagi dari istana dan penjagaannya akan diperketat. Seumur hidupnya baru kali ini dia merasa gugup dan takut.

"Oi... kau tidak apa-apa?" tanya pria berambut orange itu yang menyadari kegugupan dari Rukia.

Pria berambut orange itu melihat seseorang yang mendekat lagi ke arahnya.

"Ikut aku!"

Dengan sigap pria itu menarik tangan Rukia dan menaikkan tubuh mungilnya ke atas kuda hitam itu. Lalu melesat pergi dengan pria itu yang duduk dibelakang Rukia sambil memegang tali kekang kudanya disisi pinggang Rukia. Baru kali ini... seumur hidupnya... berkuda dengan pria yang tidak di kenal. Dengan ragu, Rukia menoleh ke belakang dan sesekali mengintip wajah tampan pria berambut cerah ini. Siapa dia ini?

Mereka berkuda keluar dari hutan itu. Sepanjang perjalanan itu, Rukia tak hentinya tersenyum. Dengan kecepatan seperti ini mereka tampak seperti terbang. Seharusnya Rukia bisa waspada pada orang yang tidak dikenalnya. Tapi... entah kenapa kali ini dia justru merasa aman dan baik-baik saja. Tapi... sepertinya... pria ini sama sekali tidak menyadari siapa Rukia. Buktinya dia biasa saja berhadapan dengan Rukia. Yah... siapa yang bisa mengenali Rukia dengan pakaian dan penampilan seperti ini? Tentu saja mustahil 'kan?

Mereka tiba di sebuah padang bunga lavender. Sekeliling padang bunga itu dipenuhi oleh bunga lavender yang tumbur berkerumun yang hanya setinggi setengah meter. Di sisi timur padang lavender itu ada sebuah danau kecil yang sangat jernih. Sejauh mata memandang, sebuah tampak berwarna ungu dan hijau. Tapi tidak ada pohon tinggi. Kalaupun ada, mungkin hanya satu atau dua pohon. Dan sebuah pohon yang berada dipinggir danau. Rukia takjub dengan pemandangan ini. Dia belum pernah meliht padang ini sebelumnya.

Pria itu melompat turun dari kudanya.

"Kau bisa turun?" tanya pria berambut orange itu bermaksud mengulurkan tangannya. Tapi Rukia langsung melompat turun tampak menghiraukan pria itu. Dia masih takjub dengan pemandangan luar biasa ini.

"Sepertinya kau belum pernah kemari ya?"

"Ya... aku tidak tahu ada tempat begini indah..." ujar Rukia tanpa sadar.

Pria tampan itu mengikat kudanya di sebuah pohon dekat danau itu dan membiarkan kuda hitamnya menikmati rumput hijau itu. Dan kini beralih berdiri di sisi perempuan asing ini.

"Aku Ichigo. Kau?" ujar pemuda itu.

Rukia menoleh. Dia mengenalkan diri maksudnya? Tapi Rukia langsung curiga padanya. Ini pertama kali mereka bertemu dan mengajak Rukia ke tempat yang jauh dari hutan tadi.

"Apa?" tanya pemuda yang mengaku bernama Ichigo itu menyadari tatapan curiga dari gadis mungil ini.

"Kau... tidak sedang merencanakan sesuatu 'kan? Kau tahu aku seorang gadis dengan penampilanku seperti ini. Dan kau tahu ada seseorang yang mengincar nyawaku. Dan baru pertama kali bertemu kau membawaku ke tempat seperti ini. Apa kau... salah satu dari orang yang mau membunuhku?"

Pria itu mendengus geli dan menganga luar biasa. Ichigo tidak percaya niat baiknya dicurigai sejauh ini.

"Apa? Aku? Dengar ya Gadis Pendek. Aku sedang tidak merencanakan sesuatu. Dan aku tahu kau seorang gadis dari suaramu. Dan ya... tadi tidak sengaja waktu memelukmu―" Ichigo tampak berhenti sejenak dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain dengan wajah malu. Rukia bingung kenapa pria itu seperti itu. Lalu... begitu menyadari kata 'memeluk' tadi... Rukia melirik ke tubuhnya sendiri.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAA! DASAR MESUM!" jerit Rukia sambil menutupi tubuhnya dengan kedua lengannya sendiri lalu memandang ganas pada pria brengsek yang sudah seenaknya menyentuh tubuhnya itu.

"Oi! Kalau aku tidak memelukmu kau pasti sudah tewas tertancap panah tahu! Aku menyelamatkanmu! Bahkan dari tadi kau belum berterima kasih padaku! Tadi aku tidak sengaja melihat seseorang mau membunuhmu. Kalau aku salah satu dari mereka kenapa aku menyelamatkanmu dan membawamu ke tempat bagus seperti ini!" kata Ichigo membela diri. Maksudnya memang seperti itu.

Rukia diam dengan wajah merahnya. Dia malu sekali pada pria ini. Sudah menyentuhnya sembarangan dan... astaga... dia sudah menyelamatkannya bukan?

"Hei... kau belum memberitahukan namamu. Siapa... namamu?" tanya Ichigo.

Rukia berangsur-angsur merasa aman lagi. Dia tahu pria ini tidak jahat dan terkesan baik padanya. Meskipun baru pertama kali, kesannya seperti... mereka memang ditakdirkan untuk bertemu. Rukia bisa melihat ketulusan di mata pria ini. Dia tulus menolong Rukia tadi.

"Ku―Rukia. Namaku... Rukia." Baru saja Rukia mau menyebutkan nama lengkapnya, tapi langsung berhenti. Dia tidak mau orang ini tahu bahwa dia adalah Kuchiki Rukia. Putri Mahkota dari Kerajaan Seireitei. Entah kenapa secara reflek dia menyembunyikan dirinya.

"Rukia?" ulang pria itu.

"Ya. Kau siapa? Apakah... seorang pemanah atau..."

"Tidak. Aku rakyat biasa dari Karakura. Kau?"

"Aku dari Kerajaan Seireitei. Aku juga rakyat biasa."

"Oh... tapi... hebat sekali rakyat biasa sepertimu dan seorang perempuan bisa menembak panah."

Yah, memang bukan hal umum bagi seorang perempuan dari kalangan rakyat biasa memegang panah dan tahu cara turun dari kuda. Kalau laki-laki, meski dari rakyat biasa, bukan hal aneh tahu berkuda dan memanah. Ichigo sedikit curiga pada gadis ini.

"Oh... Ayahku... Ayahku seorang pemburu. Jadi aku tahu sedikit tentang panah." Elak Rukia.

"Oh... hei... apa kau mau... lain kali kita pergi memanah berdua? Kau 'kan bisa memanah. Bagaimana kalau kita berlomba untuk menentukan siapa yang paling hebat? Yah... mengingat kau baru saja nyaris membunuhku dengan panahmu itu." Ujar Ichigo.

"Boleh. Asal kau jangan menangis kalau kau kalah."

Mereka tersenyum bersama. Sejenak ada rasa nyaman di antara keduanya.

.

.

*KIN*

.

.

TBC

.

.

Saya yakin semuanya pasti pada protes kenapa saya selalu saja bikin cerita baru dan yang lainnya belum kelar. wkwkwkwkw...

yah semuanya benar kok. habisnya kalau gak dipublish, saya takut idenya hilang dan akhirnya gak bisa dipublish sama sekali. saya cuman pengen pajang aja nih cerita, supaya kalo saya ada waktu bisa langsung di update. kalo udah ada di Fanfic, mudah-mudahan bisa saya tamatin. tapi kalo cuma ada dalam kepala saya doang, fic ini gak bakalan pernah akan bisa dipublish.

oh ya, di ceritanya banyak A/N saya ya? maaf kalo senpai bosan. supaya senpai bisa mudah ngebayanginnya aja.

sebenarnya saya mau ubah jadi pakaian khas kerajaan Korea. tapi kalo saya ubah begitu gak ada Jepang-Jepangnya sama sekali. dan sejujurnya kimono itu adalah pakaian paling sulit dan susah dimengerti ya? hehehehe

biasa kimono itu adalah pakaian yang pakai corak atau lambang keluarga. disini saya pakai corak bunga besar sebagai lambang kerajaan. memang agak aneh ya? tapi namanya aja fiksi. heheheeh nah pakaian rajanya itu yang bikin pusing. jujur saya gak tahu pakaian raja untuk Jepang itu. jadi saya pakai pakaian raja yang ada di Korea aja deh. biar gak ribet. dan lambangnya saya ganti dengan lambang kerajaan masing-masing. biasanya lambang pakaian kerajaan itu, gak raja gak ratu pakai corak naga. disini beda, rajanya lambang kerajaan dan ratunya corak bunga besar. hehehe agak aneh ya. maafkan saja. soalnya ini hasrat terdalam saya pengen banget kisah kerajaan seperti ini.

anyway... kalo ada yang belum ngerti sama cerita gak masuk akal ini, sila tanya saya via review atau pm.

dan... tolong di review yaa... apa cerita ini layak lanjut atau nggak. dan tenang aja... semua fic saya gak akan ada yang discontinue selama ada yang review kok... hehehehe

akhir kata... mohon di review yaa...

Jaa Nee!