Papa Cheol with Baby Han
Prolog
Malam itu hujan turun dengan derasnya. Terdengar suara petir yang menggelegar memecah keheningan malam. Seorang pria tengah berlari di lorong rumah sakit, menuju kamar bersalin, dimana sang istri tercinta tengah berjuang antara hidup dan mati melahirkan anak pertama mereka. Pria itu berhenti berlari dan masih terengah-engah ketika mendapatkan kedua orang tuanya, kedua mertuanya dan adik kandungnya juga sudah menunggu terlebih dahulu.
"Ibu bagaimana keadaan Seulrin?"
"Seulrin masih di dalam nak, bersabarlah dokter pasti akan menolong istrimu."
Pria itu mengusap wajahnya kasar. Ya beberapa jam lalu ia mendapati telpon dari ibunya jika istrinya terjatuh di kamar mandi, dan mengalami pendarahan yang cukup hebat. Mengakibatkan bayi yang dikandungnya harus segera dilahirkan.
Tak lama kemudian, seorang dokter yang masih memakai pakaian operasi keluar ruangan dan menemui mereka.
"Keluarga nyonya Choi?"
"Ya saya suaminya. Bagaimana keadaan istri dan anak saya, dok?"
"Saya ucapkan selamat untuk anda tuan Choi, bayi anda lahir dengan selamat dan berjenis kelamin perempuan. Ia cantik seperti ibunya."
"Syukurlah, lalu dengan istri saya, dok?"
Dokter itu menundukkan kepalanya. Semua anggota keluarga yang hadir disana pun berharap-harap cemas apa yang akan dikatakan dokter tersebut.
"Untuk istri anda, kami sangat memohon maaf. Dia mengalami pendarahan yang cukup hebat. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghentikan pendarahannya. Namun Tuhan berkata lain. Kami tidak bisa menolongnya. Sekali lagi kami mohon maaf. Saya permisi." Dokter itu pun berlalu meninggalkan beberapa anggota keluarga yang masih belum percaya dengan kabar yang baru saja ia katakan.
Choi Seungcheol, begitulah nama pria itu. Pria berusia 25 tahun, suami dari seorang Shin Seulrin. Mereka menjalin kasih dari bangku SMA, hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Niatnya ingin berbahagia bersama istri dan anaknya yang baru saja lahir, harus hilang begitu saja. Tuhan lebih sayang pada istrinya itu. Seungcheol berjalan perlahan memasuki ruangan dimana baru saja istrinya melahirkan dan ia harus menerima kenyataan, kalau istrinya telah tiada untuk selama-lamanya. Ia melihat tubuh sang istri yang amat ia cintai tengah dilepaskan dari alat-alat medis yang sebelumnya terpasang di tubuhnya, wajah cantik dengan bibir yang selalu merah menawan kini terlihat pucat dan kaku. Bahkan perawat di sana mulai menutupi wajah itu dengan sebuah kain berwarna putih. Seungcheol tidak dapat menahan tangisannya ketika tubuh sang istri mulai di bawa keluar dari ruangan tersebut.
"Permisi tuan," seorang perawat menyapa Seungcheol. Seungcheol berbalik dan mendapati ia tengah menggendong bayi mungil ditangannya.
"Ini bayi anda tuan. Ia perempuan," Perawat itu menyerahkannya pada Seungcheol selaku ayah kandungnya. Dengan senang hati Seungcheol menerima anaknya tersebut. Perawat tersebut tersenyum dan berpamitan untuk meninggalkan ruangan tersebut.
"Anak papa sangat cantik. Wajahmu persis seperti mama. Papa akan memberi namamu Choi Jeonghan. Jeonghan, kita berjuang sama-sama ya, walaupun tidak ada mama di sekitar kita. Papa janji akan merawat dan menjagamu."
