Halo semua ^^
Ini fanfic pertama q silahkan di baca
Jangan Tinggalkan Tou-chan
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: OOC, TYPO, etc
Story by Syeren
Malam di rumah sakit Konoha. Saat ini seorang pria bermata shapire sedang menjaga istrinya yang tergolek lemas di kasur pasien. Sang istri di fonis terkena penyakit ginjal yang mengharuskannya untuk melakukan transplantasi ginjal. Tapi, apa mau di kata, pada saat itu sang pria tidak bisa melakukan apa-apa. Perekonomian saat itu sangatlah sulit, untuk membiayai biaya rumah sakit saja sang suami harus berhutang ke sana ke mari, apalagi untuk membiayai operasi transplantasi ginjal.
Tapi, tetap saja sang suami terus berusaha mendapatkan uang dari pekerjaannya yang hanya seorang pegawai kantor swasta. Bahkan dia sudah menjual rumahnya dan seluruh isinya hanya demi menyembuhkan sang istri yang sedang sakit parah. Tapi, uang itu masih belum cukup juga untuk membiayai pengobatan sang istri. Belum lagi harus mencari ginjal yang cocok dengan sang istri itu sangatlah sulit. Jika dia bisa dia akan memberikan satu bukan tapi dua ginjalnya agar sang istri tetap hidup. Tetapi, ginjalnya ternyata tidak cocok dengan istrinya miliki. Sampai sekarang belum ada ginjal yang cocok untuk sang istri.
"Mi…mi…nato…!" Panggil sang istri dengan suara yang pelan dan serak
"Kushina kamu harus istirahat!" Perintah sang suami yang bernama Minato itu pada istrinya yang bernama Kushina.
"Sepertinya aku sudah tidak kuat lagi" Lirih Kushina
"Bicara apa kau? Kau akan terus hidup dan kita akan selalu bersama beserta dengan Naruto. Ayolah Kushina kau harus kuat demi aku dan anak kita"
"Minato ini permohonan ku untuk terakhir ka…kalinya"
"Jangan berbicara seperti…" Belum sempat Minato menyelesaikan kata-katanya. Ucapannya sudah di potong terlebih dahulu oleh Kushina.
"Jagalah Naruto, dia harus hidup dengan ceria dan penuh kasih sayang. Serta kau harus tetap hidup untuk merawat Naruto demi aku. Jangan biarkan dia seperti ku berakhir dengan keadaan seperti ku karena aku tahu Naruto memiliki masa depan yang sangat cerah dan umurnya akan lebih panjang dari pada aku ini" Kushina tersenyum walau senyum itu seperti senyuman yg dipaksakan.
Mata shapire itu sudah berlinang air mata, melihat sang istri berbicara seperti itu. Apalagi perkataan sang istri seperti permohonannya yang terakhir. "Iya, aku berjanji Kushina."
"Serta…"
"…"
"Ku mohon pada saat aku pergi nanti. Tolong janganlah menangis demi aku karena jika kau menangis, rasa aku menjadi sangat bersalah. Dan janganlah kau marah pada Tuhan atas kematian ku. Karena Tuhan itu baik, mungkin ini memang jalan terbaik untuk ku. Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi manusia yang beriman pada-Nya. Aku yakin kau bias hidup dengan Naruto tanpa diri ku" Bibir Kushina mulai memucat, bahkan pandangannya pun mulai memudar dan akhirnya. "A…a…aishite…ru Minato…-kun" Walau samar, tapi Minato bisa mendengarnya.
"Kushina…Kushina…Kushina…, bangun ku mohon. Suster… Dokter…!" Air mata pun keluar tanpa sadar dari mata saphirenya. Sang istri akhirnya pergi meninggalkan sang suami beserta anaknya.
Wangi dari bunga-bunga berkabung sangat terasa. Di depan sang suami terdapat makam sang istri tercinta. Walau tatapannya hanya tertuju padamakam tersebut, tapi dari matanya hanya menatap kosong. Para pelayat sedikit demi sedikit mulai meninggalkan makam tersebut. Sekarang hanya tersisa sang suami dengan seorang pria tua yang memiliki rambut yang berwarna putih.
Dari siang sampai sore menjelang ini, Minato sama sekali tidak meninggalkan makam Kushina. Jiraiya nama pria tua itu yang setia mendampinginya dari prosesi pemakaman sampai sekarang. Mulai sedikit risih dan ingin sekali cepat pulang dengan Minato. Setelah mengumpulkan keberanian untuk berbicara dengan Mianto, akhirnya Jiraiya mulai berbicara.
"Hei, Minato! Sampai kapan kau disini terus?" Itulah kata-kata yang terucap dari pria berambut putih itu.
"…"
"Kamu mendengarkan ku tidak Minato? Hari sudah menjelang malam, kalau kau disini terus nanti kau bisa masuk angin!"
"…"
"MINATOOO…!" Habis sudah kesabaran Jiraiya pada Minato. Jiraiya pun menarik Minato untuk cepat meninggalkan makam Kushina. Tapi, saat Jiraiya melihat mata Minato yang menyiratkan kesedihan, kehilangan, dan juga kekosongan. Pada akhirnya Jiraiya berhenti menarik Minato dan dia mencoba agar Minato bisa berhadapan dengannya.
"Sekarang kau harus mendengarkan ku Minato, kau tidak boleh terhanyut dalam kesedihan ini. Ini memang cobaan terbesar bagi mu dari Tuhan, tapi kau harus tahu bahwa Tuhan memberikan cobaan sesuai kemampuan umatnya. Dan juga Tuhan memberikan pada umatnya yang terbaik pada akhirnya. Mungkin semua ini yang terbaik yang Tuhan buat untuk keluarga mu dan juga Kushina. Lagi pula pada suatu saat nanti pasti entah di antara kalian berdua pasti ada yang di panggil oleh Yang Maha Kuasa. Jadi, pada saat itu kau harus kuat, cibaan itu akan dating tiba-tiba seperti badai."
"…"
"Lagi pula jika Kushina melihat mu disana. Dia pasti akan bersedih dengan keadaan mu yang seperti ini. Apalagi masih ada Naruto, sekarang bagi Naruto kau hanyalah satu-satunya keluarga bagi dia di umurnya yang hanya 6 tahun ini. Kau tidak boleh bersikap seperti ini terus. Kau ini laki-laki dan juga seorang ayah bagi Naruto" Jiraiya tersenyum saat perkataannya selesai.
Minato yang mendengar perkataan itu dan melihat Jiraiya yang tersenyum itu mengingatkannya pada janjinya pada Kushina sebelum dia meninggal. 'Benar kata Jiraiya-san saya tidak boleh seperti ini. Iyakan Kushina?' ucap Minato dalam hati sambil memandang langit yang sudah gelap. Setelah menatap langit gelap, Minato mengarahkan pandangannya pada peristirahatan sang istri. 'Kushina. Aku juga mencintai mu. Mafkan aku tidak membalas perkataan mu saat itu' ucap Minato dalam hatinya.
Minato pun berjalan meninggalkan makam Kushina dan Jiraiya yang terbengong melihat Minato yang sudah berjalan meninggalkannya.
"Jiraiya-san. Ayo…, kita pergi kan sudah malam, lagi pula Naruto masih di rumah Teuchi-san. Kita harus segera menjemputnya nanti dia bisa marah jika saya tidak cepat-cepat menjemputnya" Dengan tersenyum Minato menghadap Jiraiya.
"Baiklah. Ayo…, kita pulang sekalian kita makan ramennya Teuchi! Kebetulan saya sudah lapar sekali dari tadi. Kau bagaimana?"
"Hm…, saya juga sudah lapar. Boleh-boleh saja"
"Kalo begitu bagaimana kalo saya yang teraktir. Kebetulan saya mendapatkan rejeki. He…he…he…, setidaknya cukup buat makan ramen tiga posri jumbo disana"
"Arigatao Gozaimashu"
"Iya, sama-sama"
Selesai makan ramen dari Ichiraku. Minato dan Naruto pamit untuk pulang ke rumah mereka yang sekarang. Sekarang mereka tinggal di sebuah apartemen kecil. Wakau kecil masih bisa cukup untuk mereka berdua tinggal. Disana kamarnya hanya ada satu, jadi satu kamar mereka isi berdua.
Selesai menggelar futon untuk tidur. Mereka pun berbaring di futon mereka masing-masing, tapi tetap di jarak yang bisa di bilang sangat dekat. Minato memeluk Naruto dengan erat sambil mengusap kepala pirang anaknya dengan saying, bahkan sesekali dia mencium kepala sang anak yang rambutnya sangat mirip dengan Minato. Mungkin inilah bentuk kasih sayang Minato pada anaknya. Saat Munato sedang melakukan hal itu tiba-tiba Naruto berkata pada ayahnya.
"Tou-chan…?" kata Naruto dengan nada suara seperti manja.
"Iya Naruto."
"Kaa-chan ke mana?"
"…"
"Naruto sangat merindukan Kaa-chan. Kapan Kaa-chan kembali Tou-chan?"
"…"
"Tou-chan ayo jawab!"
Bukannya Minato tidak mau menjawab pertanyaan anaknya ini. Tetapi, apa yang harus dia katakana pada anak yang sangat dia cintai? Dia takut kalau dia menjawab jujur hati Naruto yang sekarang masih rapuh akan hancur seketika. Maka dari itu sekarang dia harus berbohong untuk sementara sampai saatnya tiba untuk memberitahu Naruto kenyataan yang sebenarnya. Walau itu terasa sakit sekali di hati tapi, dia harus melakukannya demi anaknya.
"Kaa-chan sedang pergi sangat jauh nak. Bahkan ayah sendiri tidak bisa pergi menyusulnya sampai waktunya tiba. Tapi, nanti pada suatu saat nanti pasti bisa bertemu Kaa-chan" Tutur Minato tanpa meninggalkan senyumnya walau itu adalah senyum palsu. Tapi, paling tidak bisa menutupi kenyataan sebenarnya tentang kematian Kushina pada anaknya.
"Kaa-chan marah sama Naruto ya. Tou-chan?"
"Tidak kok. Tapi, karena ada suatu sebab Kaa-chan tidak bisa pulang. Percayalah sama Tou-chan. Suatu saat nanti Naruto pasti tahu sebab Kaa-chan tidak pulang. Sekarang kau harus tidur, besokkan Naruto harus masuk sekolah!"
"Iya, baiklah Tou-chan." Setelah berkata seperti itu, akhirnya Naruto tertidur.
"Selamat tidur Naruto! Semoga kau bisa bertemu Kushina di mimpi mu nak." Dan akhirnya Minato pun tertidur sambil memeluk Naruto.
Bersambung…
Akhirnya chapter pertama sudah selesai. Jika ada kesalahan, ingin mengkritik, saran, flame, dukungan untuk update silahkan di review.
Oh ya, saya mau Tanya Bhs. Jepangnya "Aku juga mencintaimu" apa sih?
Sama beberapa istilah d FFN termasuk yg warning? Aq Cuma tahu sedikit.
Terima Kasih sudah membaca Fic pertama yang kacau ini. Akhir kata,
Bye all ^^
