Thunderbolt
Cast: Kim Taehyung x Jeon Jungkook
.
.
.
Jungkook buru-buru pergi karena kelasnya dimulai pukul 8 dan sekarang sudah pukul 7.40, ini semua gara-gara Taehyung yang semalam mengajaknya untuk membahas buku yang baru saja dibacanya yaitu buku karangan Niccolo Machiavelli yang berjudul The Prince. Mereka benar-benar membahas itu semalam suntuk, Jungkook bahkan tidak paham sama sekali tetapi dia berusaha menjadi pendengar yang baik. Jungkook dan Taehyung adalah roommate
Jungkook adalah seorang Mahasiswa Jurusan Kimia sementara Taehyung adalah seorang Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik jadi dia harus maklum jika kekasihnya selalu saja membahas tentang masalah politik.
"Taehyung—ah, aku pergi duluan ya."
"Kenapa cepat sekali? Tidak mau pergi denganku?" Taehyung baru saja membuka matanya dan segera bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
"Aku ada kuis hari ini. Kelasmu kan baru dimulai pukul 9 nanti."
Taehyung ke luar memegang sikat giginya. "Jungkook—ah kau lupa sesuatu."
"A—pa?"
Taehyung mengecup bibirnya singkat.
"Hei kau bahkan belum menyikat gigimu."
"Hehe maaf, kau lupa memberikanku ciuman selamat pagi."
"Cih dasar, yasudah aku pergi dulu."
"Mm hati-hati sayang."
"Iya iya sampai jumpa di kampus."
Jungkook baru saja menyelesaikan kuis Kimia nya, Ia sudah keluar dari kelasnya kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menanyakan dimana Taehyung namun dia urungkan, dia memutuskan untuk pergi ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk mencari Taehyung. Saat tiba disana Taehyung sedang berbicara dengan kakak tingkatnya yang sangat cantik.
"Taehyung—ah bisa tidak bantu aku?" Kakak tingkatnya berbicara dengan nada semanis mungkin yang membuat Jungkook ingin menarik Taehyung menjauh dari sana.
"Bantu apa Sunbae?"
"Uh aku disuruh menulis ringkasan dari buku The Prince."
"Bab berapa yang harus diringkas?"
"Bab 17."
"Hm lalu?"
"Huh? Ah aku ingin kau membantuku menulis itu."
"Apakah Sunbae sudah membacanya?"
"Belum mataku sakit jika membaca terlalu lama."
Jungkook langsung mendecih saat mendengar gadis itu berbicara seperti itu. "Cih dasar alasan saja, dia memang sengaja ingin dekat dengan Taehyung ku
"Ah haha begitu rupanya, kalau begitu mau mengerjakannya kapan?"
"Sekarang?"
"Oke baiklah."
Taehyung dan kakak tingkatnya pergi ke Perpustakaan Fakultasnya, Jungkook mengikuti kekasihnya ke perpustakaan lalu ia menarik sebuah kursi untuk duduk disana tidak jauh dari tempat Taehyung dan kakak tingkatnya duduk. Sebelumnya ia sudah mengambil sebuah buku di rak untuk menutupi wajahnya. Jungkook memperhatikan gerak-gerak Taehyung dan kakak tingkatnya itu. Gadis itu sengaja menggeser kursinya agar bisa duduk lebih dekat dengan Taehyung.
"Dia bahkan tidak berpikir untuk menggeser kursinya, wah Kim Taehyung benar-benar membuatku kesal."
Jungkook langsung mengeluarkan ponselnya kemudian mencoba mengirim pesan kepada Taehyung untuk bertanya sedang dimana pacarnya.
To. Taehyungie
"Taetae kau dimana?"
Jungkook memperhatikan Taehyung yang ingin mengeluarkan ponsel dari saku celananya namun ia urungkan karena kakak tingkatnya mulai mengajaknya berbicara.
"Taehyung—ah nanti saja periksa ponselmu, bantu aku dulu."
"Ah iya baiklah."
Jungkook sekali lagi mencoba mengirim pesan.
To. Taehyungie
"Taetae . ?"
Taehyung memeriksa ponselnya setelah itu ia langsung mengirim pesan pada Jungkook.
From. Taehyungie
"Aku masih di kelas."
Ponsel Jungkook bergetar ada sebuah pesan masuk dari Taehyung. Untuk pertama kalinya Taehyung berbohong padanya. Jungkook benar-benar dibuat jengkel oleh tingkah Taehyung dan gadis itu jadi ia memutuskan untuk pergi ke kantin.
Jungkook pergi menuju kantin dengan memasang ekspresi lesu dan disana ia bertemu dengan Park Jimin teman satu regunya yang pernah menyatakan perasaan padanya saat masa orientasi.
"Oh Jungkook—ah kau sendirian saja?"
"Ah iya Taehyungie sedang sibuk."
"Hm begitu , mau makan bersamaku?"
"Tentu."
"Eh? Kupikir kau akan menolak"
"Ayo."
"Oke baiklah."
Jungkook dan Jimin duduk berhadapan, Jimin sudah mulai mengunyah sandwichnya sementara Jungkook menunduk memandang gelas minumannya yang sedari tadi hanya diaduk-aduknya.
"Mau cerita padaku?"
Jungkook mendongak dan melihat Jimin berhenti mengunyah makanannya.
"Um Taehyungie bohong padaku."
"Bohong?"
"iya aku bertanya dia sedang dimana, lalu dia menjawab sedang dikelas padahal aku tahu dia sudah selesai kelas dan terlebih lagi dia sedang bersama kakak tingkat nya yang genit itu."
"Song Sunbae?"
"Bagaimana kau bisa tahu namanya?"
"Ah dia pernah mencoba mendekati ku, kau tahu Kook dia suka sekali memanfaatkan adik-adik tingkatnya untuk membantunya mengerjakan tugas. Gadis itu terkenal licik. Kau harus hati-hati jika dia mulai mendekati kekasih mu."
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Sebaiknya kau bicarakan baik-baik pada kekasih mu, beri tahu dia bahwa gadis itu tidak baik."
Di kejauhan Taehyung sedang memperhatikan Jungkook yang sedang makan bersama Jimin hatinya memanas karena ia tahun Jimin adalah seseorang yang pernah menyukai Jungkook. Dia sudah ingin mendatangi meja tempat kekasihnya dan Jimin namun kakak tingkatnya menarik pergelangan tangannya untuk mengajaknya makan bersama.
"Taehyung—ah ayo kita makan bersama dengan teman-temanku."
"Tapi sunbae aku harus per—"
"Ayo."
Taehyung ditarik ke meja yang berada di sudut dan benar saja sudah ada kakak tingkatnya yang lain, ia ditarik kesana melewati meja kekasihnya. Terlihat betapa terkejutnya Jungkook saat melihat Taehyung hanya melewatinya begitu saja.
"Jungkook—ah sebaiknya setelah ini kau segera bicara dengan kekasihmu."
"Jimin—ah terima kasih sudah mau menemani ku makan dan mengobrol aku permisi dulu masih ada kelas."
"Ah baiklah kalau begitu."
Jungkook sudah pergi meninggalkan kantin. Taehyung ingin pergi mengejar Jungkook namun dia benar-benar tidak bisa beranjak dari duduknya karena kakak tingkatnya bergelayut di lengannya.
Jungkook baru saja keluar dari kelasnya dan saat di hendak pergi ke halte ia melihat Taehyung yang berada di parkiran bersama dengan kakak tingkat tadi dan gadis itu sudah naik ke jok motor Taehyung. Mereka bahkan lewat tepat di hadapan Jungkook, dan Taehyung sama sekali tidak melihat ke arahnya,
"Wah aku benar-benar tidak habis pikir dia bahkan tidak berniat menjelaskannya padaku justru malah membonceng gadis itu."
Jungkook berjalan ke halte bus dengan langkah kaki terseok-seok, saat tiba di halte dia mencoba menghubungi Taehyung namun yang ia dapatkan hanya bunyi panggilan di luar jangkauan. Jungkook menerka kemana kiranya kekasihnya pergi dengan gadis itu.
Bus nya sudah datang dan segera saja ia naik, cuaca di langit berubah menjadi gelap Jungkook hanya berdoa semoga bus nya cepat sampai ke asramanya. Ia tidak masalah jika hujan rintik-rintik tetapi jika disertai dengan suara petir dia sangat takut terlebih lagi Taehyung tidak pulang bersamanya.
Jungkook adalah seorang Astraphobia dia takut jika hujan yang disertai dengan petir.
Saat sampai di asrama ia segera mengunci pintu dan pergi bergelung di kasurnya, mencoba menghubungi kekasihnya.
"Bodoh, kenapa tidak diangkat sih."
Jungkook mencoba mengirim pesan kepada Taehyung.
To. Taehyungie
"Taehyung—ah kau dimana? Cuacanya mendung sebentar lagi akan turun hujan cepatlah pulang, aku takut sendirian."
Selama lima belas menit menunggu tidak kunjung juga ada balasan dari Taehyung. Tepat saat itu hujan mulai turun dengan derasnya. Ponselnya berdering menampilkan kontak Taehyung disana namun belum sempat dia mengangkat telepon terdengar bunyi petir menggelegar, ponselnya langsung terlempar ke bawah meja belajarnya.
Jungkook menarik selimutnya menyembunyikan sekujur tubuhnya, hujan semakin deras dan Taehyung belum juga menampakkan batang hidungnya. Ponselnya sudah tidak terdengar lagi karena diredam suara hujan.
Saat itu terdengar bunyi suara seperti seseorang membuka kunci pintu.
"Jungkook—ah.."
"T—tae k-kau kah itu? aku takut sekali"
Taehyung langsung menyalakan lampu.
"Iya ini aku, tenang saja aku sudah disini kau tidak perlu takut lagi sayang."
Jungkook langsung membuka selimutnya dan menghambur ke pelukan Taehyung.
"aku benar-benar takut mengapa kau lama sekali datangnya, aku menghubungi mu namun tidak juga ada jawaban."
"Sstt, kook—ah tenang ya aku sudah disini sekarang. Tadi aku menghubungimu tetapi kau tidak mengangkat telepon dari ku."
"Tadi ada petir aku takut jadi langsung kulemparkan begitu saja."
"Kau lemparkan kemana sayang, bagaimana kalau rusak nanti ibumu marah?"
"Sepertinya ada di bawah meja, tidak mungkin rusak." Taehyung sudah ingin pergi ke sudut untuk mengambilkan ponsel Jungkook namun ia menahannya agar Taehyung tidak bisa bergerak kemana mana.
"Aku harus mengambil ponselmu, lepas dulu sayang."
"Tidak mau, biar saja."
"Baiklah, sebentar aku lepas jaket ini dulu." Taehyung sudah melepaskan jaketnya yang basah kuyup.
Kemudian terdengar lagi suara petir. Jungkook langsung jatuh terduduk, Taehyung segera membawanya berbaring di kasurnya.
Jungkook langsung memposisikan kepalanya tepat di dada bidang Taehyung, kemudian Taehyung membelai rambut Jungkook dengan penuh kasih sayang.
"Sudah merasa lebih baik sekarang?"
"Sedikit."
Terdengar lagi suara petir Jungkook langsung memejamkan matanya.
"Sstt, sudah tidak apa-apa aku disini sayang."
"Aku takut."
"Tidak apa-apa, um Jungkook—ah aku minta maaf sepertinya membuatmu kesal tadi."
"Bukan sepertinya tetapi memang sangat kesal."
"Iya aku minta maaf soal itu, ah dan tadi dia minta antarkan pergi ke Mall jadi aku dengan sangat terpaksa mengantarkannya kesana lalu saat ia sedang fitting pakaian aku pergi begitu saja. Kau tahu sayang aku kesal sekali padanya karena pagi tadi dia benar-benar menungguku di depan kelas, saat dosenku sudah keluar dia langsung buru-buru menghampiriku."
"Lalu mengapa kau diam saja saat dia menempel denganmu?"
"Aku sudah berusaha duduk tidak berdekatan dengannya tetapi dia terus saja menempel denganku."
"Wah benar-benar menjengkelkan."
"Lalu tadi mengapa kau makan bersama Park jimin?"
"Karena aku sedang kesal denganmu kebetulan dia mengajak ku."
"Huh sudahlah sepertinya tidak akan ada habisnya jika kita terus bertengkar, Kook—ah aku benar-benar minta maaf untuk yang tadi."
"Hm aku juga minta maaf."
Taehyung langsung mengecup puncak kepala Jungkook.
"Ah mau tidak mendengarkan aku cerita?"
"Cerita apa?"
"Ini mengenai buku karangan Niccolo Machiavelli."
"Lagi? Kau sudah membahasnya tadi malam kan."
"Kan belum semuanya."
"Aku tidak mau."
Taehyung tidak mendengarkan apa yang dikatakan Jungkook karena dia sudah mulai asik mengoceh sendiri.
"Jadi Kook, Dalam bab 18 buku The Prince yang berjudul "Cara bagaimana seorang Pangeran memegang kepercayaannya." Di sini Machiavelli berkata "... seorang penguasa yang cermat tidak harus memegang kepercayaannya jika pekerjaan itu berlawanan dengan kepentingannya ..." Dia menambahkan, "Karena tidak ada dasar resmi yang menyalahkan seorang Pangeran yang minta maaf karena dia tidak memenuhi janjinya," karena "... manusia itu begitu sederhana dan mudah mematuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya saat itu, dan bahwa seorang yang menipu selalu akan menemukan orang yang mengijinkan dirinya ditipu." Sebagai hasil wajar dari pandangan itu, Machiavelli menasihatkan sang Pangeran supaya senantiasa waspada terhadap janji-janji orang lain."
"Bagaimana seru tidak?"
Saat melirik kearah Jungkook rupanya ia sudah terlelap sejak Taehyung mulai mengoceh. Taehyung sekali lagi mengecup puncak kepala Jungkook cukup lama lalu beralih mengecup bibir kekasihnya.
"Kekasihku menggemaskan sekali hehe, aku sayang padamu Jungkook—ah."
The End
Halo, pertama kalinya publish fanfiksi disini. tolong berikan aku review supaya aku semangat nulis cerita yang lebih bagus dari ini. terima kasih sudah baca
kalau kalian mau kasih saran untuk aku bisa dm aku di akun twitter: naoreu
