My Only Girl
.
.
.
Sumarry : Donghae, seorang penyanyi terkenal istri pewaris tunggal Choi Entertainment terjebak cinta segitiga. Siapakah yang akan dia pilih? Choi Siwon, suaminya kah? Atau Kim Kibum, actor tampan teman semasa kecilnya?
Declaimer : Super Junior milik diri mereka sendiri, keluarga dan SMEnt.
Pairing : SiHae ( Siwon Donghae ), KiHae slight!
Other cast : HanChul (orang tua Siwon), KangTeuk (orang tua Donghae), yang lain menyusul sesuai dengan kebutuhan cerita :D
Rating : M (buat jaga-jaga), untuk saat ini T dulu.
Genderswitch : Donghae, HeeChul, Leeteuk, Sungmin, Ryeowook, Jaejoong.
Don't like don't read, no flame, no copas, review please (author baru soalnya, mohon bimbingannya^^)
^^ Saranghaeyo Super Junior ^^
Teng… teng… teng…
Suara lonceng gereja berdentang nyaring di salah satu daerah kota Seoul Sabtu pagi kala itu. Gereja yang memang sudah mewah itu dihias sedemikian indahnya dengan banyaknya bunga mawar putih, menambah kesan mewah dan menawan pada gereja itu. Sesosok namja tampan berkarisma yang berdiri tegak tak henti-hentinya memamerkan kedua lesung pipitnya yang manis yang menambah kadar ketampanan dan kewibawaannya. Rona bahagia terlihat jelas terpancar dari wajah sempurnanya ketika menanti mempelainya datang, namun tak dapat dipungkiri hatinya berdegub kencang bagaikan gendering yang mau perang. Lagu pernikahan mengalun indah mengiringi seorang mempelai wanita cantik yang berjalan anggun dengan digandeng appanya. Sontak semua mata menatap ke arahnya, decak kekaguman pun tak henti-hentinya mengalun mengiringi dirinya berjalan ke altar menuju sang pujaan hati.
-Kibum POV-
Speechless, aku tidak tau apa yang harus ku ungkapkan untuk menggambarkan yeoja bak malaikat itu. Sempurana. Mungkin hanya kata itu yang tepat. Lee Donghae. Mengenakan gaun putih bersih sebatas dada dengan desain sederhana namun terlihat menawan yang memamerkan bahu indahnya sambil menggenggam sebuket bunga mawar putih, bunga kesukaannya. Rambut yang ditata sedemikian rapinya , wajah cantik dipoles make up tipis yang tersembunyi dibalik kerudung, bibir merah ranum yang bisa membuat iman namja manapun teruji untuk mengecupnya, sungguh aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku padanya.
Noona, maaf aku belum bisa melepasmu sepenuhnya, aku belum bisa merelakanmu dengan namja itu, aku masih mencintaimu – salah, sangat mencintaimu. Kuraba dada kiriku yang terasa perih. Hatiku begitu sakit menyaksikanmu berjalan menghampiri namja lain. Sialnya lagi aku duduk di barisan nomor dua. Aigoo~ jika bukan karena permintaanmu yang selalu tak sanggup kutolak, aku tidak akan sudi dudik di sini.
~flashback : on~
Kulangkahkan kakiku dengan cepat menuju tempat biasa aku bertemu dengan Donghae noona begitu ku lewati pintu sebuah café elit di dekat kantor Choi Entertainment – tempat aku dan Donghae noona bernaung sebagai artis. Segera kuedarkan mataku liar ke segala arah mencari sosok yang sudah kuhafal di bawah alam sadar sekalipun, sosok yeoja yang aku cintai. Setelah mataku menangkap yeoja cantik sedang memakan ice cream coklat kesukaannya, segera kuhampiri dia dengan berlari kecil.
"Hosh .. hosh.. hosh.. Mianhae.. hosh.. aku telat.. hosh.."
Kurebahkan tubuh ku di kursi yang berada di hadapannya sambil meraup oksigen sebanyak-banyaknya karena kelelahan.
"Bummie-ah, kau cepat sekali padahal baru 15 menit yang lalu menghubungimu. Omona.. kau berlari untuk menemuiku? Kau manis sekali", ucapnya seraya beranjak dari tempat duduknya untuk mengelus lembut kepala ku, tak lupa dia tampilkan angelic smilenya yang selalu bisa melelehkan hatiku yang sedingin es.
"Yack! Noona, kau membuat rambutku berantakan. Kalau aku tidak tampan lagi bagaimana?" ucapku berpura- pura kesal padanya.
"Kapan kau tampan? Aigoo~ percaya diri sekali. Makan lah dulu ice cream mu, kau pasti lelah."
Kuraih ice cream vanilla favoritku dan menghabiskannya dalam kurun waktu kurang dari 5 menit.
"Makanlah dengan tenang, Bummie-ah, aku tidak akan memintanya," komentarnya dan menyodorkan sebuah tissue.
"Hehehe…" aku hanya memamerkan deretan gigi putihku yang rapi.
Hanya bersama Donghae noona lah aku bersikap manja, di luar aku bersikap acuh dan dingin terhadap orang lain. Donghae noona adalah teman semasa kecilku, dia 1 tahun lebih tua dariku, kami tumbuh bersama di Mokpo. Jangan berpikir aku suka bermain boneka dengannya. Tidak ada yang tahu bahwa seorang penyanyi berbakat Lee Donghae adalah sosok yang tomboy dulu. Memanjat pohon, memancing, bermain laying-layang dan basket dia ahlinya. Mungkin kalau saja KangIn ahjusshi tidak melarangnya bermain sepak bola, dia akan menjadi soccer handal sekarang. Kebiasaannya sewaktu kecil selalu memencet bel rumah tetangga kami sepulang sekolah lalu kabur tapi pada suatu hari dia tertangkap dan dipukul, itulah yang membuat dia jera. Entah terkena badai apa dia bermetamorfosis menjadi wanita super feminim. Menjadi seorang penyanyi adalah keinginan Leeteuk ahjumma, tak ku sangka Donghae noona mau melepaskan impiannya menjadi pemain basket professional dan mewujudkan keimginan eommanya itu.
"Hahahahaha", tanpa ku sadari suara tawa mengalun keluar begitu saja dari mulutku yang mengundang tatapan aneh beberapa pengunjung.
"Yack Kim Kibum! Kau sudah gila, eoh? Tiba-tiba tertawa sendiri, membuatku malu saja. Berpura-puralah tidak mengenalku." Donghae noona memberikan deathglare padaku tp tentu itu tidak berhasil, dia terlihat tambah manis saat marah.
"Mian, noona, aku hanya teringat sesuatu", kataku menahan tawa meluncur dari mulut nista ku.
"Apa itu? Beri tahu aku, Bummie-ah", tanyanya penasaran.
"Aniyo, itu rahasia. Weeeegk!" kujulurkan lidahku mengejeknya.
"Dongsaeng durhaka". Runtuknya sambil menggembungkan pipinya dan mem-pout-kan bibirnya imut, rasanya ingin kulahap saja bibir menggoda itu.
"Jadi ada hal penting apa yang ingin noona bicarakan? Awas kalau tidak penting, aku sudah kabur dari sutradara untuk menemui noona", ucapku untuk mengalihkan pikiran kotorku sebelum aku kerasukan setan teman Kyuhyun.
"Oh iya. Bummie-ah, aku punya surprise untukmu". Katanya riang, cepat sekali moodnya berubah.
"Apa, noona?"
"Kau lihat, ini dari Siwonnie", ucapnya memamerkan cincin indah bertahtakan batu rubi biru. Rasanya aku mual mendengarnya menyebut namja itu dengan panggilan sayang seperti itu. Yah, walaupun aku tau dan semua orang tau bahwa Lee Donghae adalah yeojachingu Choi Siwon –putra tunggal Choi Entertainment - selama 2 tahun terakhir ini. Padahal dulu baru 1 bulan dia mengenal Donghae noona setelah noona debut, dia langsung menyatakan perasaannya. Dan hebatnya lagi, noona menerimanya! Saat itu jantungku serasa ditusuk beribu pisau tajam.
"Lalu?" tanyaku tidak tertarik sama sekali.
"Dua minggu lalu dia melamarku". Senyuman riang terpatri di bibir kissablenya. Kakiku serasa lemas seketika mendengar penuturannya, kutahan napasku dan menunggunya melanjutkan ceritanya. Semoga hal yang tidak kuinginkan tidak terjadi.
"Aku menghubungimu untuk menyerahkan ini". Dia menyodorkan sebuah undangan.
"Dua hari lagi aku akan menikah dengan Siwonnie. Kumohon datanglah". Pintanya dengan fishy puppy eyes andalannya.
"Uhuk…! MWORAGO?" seruku tersedak air luirku sendiri.
~flashback : off~
Dan di sini lah aku sekarang. Duduk mematung menyaksikan wanita yang teramat sangat aku cintai berjalan menuju altar di mana namja yang dia cintai menantinya. Aku harus belajar merelakannya. Kebahagiaan Donghae noona adalah prioritas utamaku.
-Kibum POV ends-
"Appa, jangan sampai aku terjatuh. Aku gugup sekali", ucap Donghae seraya menggenggam lengan appanya lebih kuat.
"Tenang lah, chagiya, appa tidak akan membuatmu terjatuh", balas KangIn menenangkan putrid semata wayangnya itu.
Akhirnya sampailah mereka di tempat Siwon berdiri menantinya. Siwon membungkuk hormat kepada KangIn sebelum meraih tangan Donghae.
"Aku percayakan putri tersayangku kepadamu, Choi Siwon", pesan KangIn sembari menjulurkan tangan Donghae kepada Siwon.
"Aku tak akan mengecewakan appa", janji Siwon seraya meraih tangan Donghae.
KangIn mundur beberapa langkah dan berdiri di samping belakang putrinya.
"You're so beautiful, chagiya", bisik Siwon di telinga calon istrinya dengan mesra.
"It's because of you, Wonnie-ah", semburat pink tampak di kedua pipi mulus Donghae mendengar perkataan Siwon, dia sendiripun tersipu malu dengan ucapannya sendiri.
"Baiklah, mari kita mulai penyatuan dua makhluk Tuhan yang saling mencintai ini", seorang pastur yang akan menikahkan mereka menginterupsi kemesraan kedua sejoli itu.
*mian yg stlh ini ngarang total*
"Choi Siwon, bersediakah engkau menerima Lee Donghae sebagai istrimu, menemaninya di saat senang maupun susah, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, serta menjaganya sepenuh hatimu dengan seluruh jiwa ragamu hingga maut memisahkan kalian?"
Siwon menatap Donghae sekilas dan menjawab dengan penuh keyakinan. "Ya, aku bersedia."
"Lee Donghae, bersediakah engkau menerima Choi Siwon sebagai suamimu, menemaninya di saat senang maupun susah, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, serta menjaga kehormatannya dan menghormatinya sepenuh hatimu hingga maut memisahkan kalian?"
Donghae menghirup napas sejenak sebelum menjawab dengan senyum menawannya. "Ya, saya bersedia."
"Dengan ini kalian resmi menjadi sepasang suami-istri yang sah. Silahkan untuk memberikan sebuah tanda cinta."
Siwon dan Donghae saling berhadapan. Siwon menyematkan sebuah cincin yang bertahtakan berlian mahal di jari lentik Donghae lau Siwon mencium tangan Donghae. Kemudian Donghae juga menyematkan cincin di jari Siwon. Keduanya tersenyum.
"Mempelai pria dipersilahkan mencium mempelai wanita", pastur itu berujar lagi.
Siwon membuka kerudung yang menutupi paras cantik Donghae –yang telah sah menjadi istrinya. Perlahan Siwon mendekatkan wajahnya pada wajah yeoja yang paling dicintainya itu sehingga terasa hembusan napas Donghae, sementara Donghae memejamkan matanya bersiap menerima perlakuan dari suaminya itu. Akhirnya dapat dirasakan oleh Siwon sesuatu benda yang lembut nan manis yang tak lain merupakan bibir Donghae. Ciuman yang begitu lembut tanpa nafsu, sekedar ingin menyampaikan betapa dia sangat mencintai Donghae. Kedua umma mereka menangis haru dan semua orang bertepuk tangan bahagia menyaksikan betapa keduanya saling mencintai. Namun hanya satu orang yang memalingkan wajah dinginnya, dialah Kim Kibum, sahabat kecil Donghae yang sudah ia anggap sebagai namdongsaengnya sendiri. Ingin dia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu, hatinya terasa sangat perih.
#at night#
Pesta pernikahan Siwon-Donghae pun digelar dengan mewahnya di gedung megah nan elit di kawasan tengah padatnya kota Seoul. Senyum selalu menghiasi wajah mereka berdua. Donghar tampak seperti putri di negeri dongeng mengenakan dress biru laut tanpa lengan dengan rambut yang ditata dengan sedemikian indahnya bersanding dengan seorang pangeran tampan bernama Choi Siwon. Keduanya menyambut tamu-tamu mereka dengan senyum tulus dan candaan yang kadang terdengar dari gelak tawa mereka.
-Siwon POV-
Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberiku malaikatmu yang sempurna ini. Aku ingin berteriak kalau akulah namja paling bahagia dan beruntung di dunia ini. Lee Donghae, yeoja pujaan hatiku kini telah resmi menjadi istriku, kami tidak akan terpisahkan oleh apapun.
"Siwon hyung, Donghae noona!"
Sontak aku dan Donghae chagi menoleh ke arah asal suara yang sangat familiar. Ternyata benar itu suara Kyuhyun. Dia datang bersama Sungmin –yeojachingunya- serta ada Yesung hyung dan Ryeowook –yeojachingu Yesung hyung. Mereka adalah artis yang berkiprah di bawah naungan Choi Entertainment –perusahaan appaku- yang berarti mereka juga rekan kerja Donghae chagi. Kyuhyun melambai dengan semanagat ke arah kami. Donghae membalas lambaiannya dengan tersenyum riang.
"Maaf, Yunho-sshi dan Jaejoong-sshi, kami permisi dulu, silahkan nikmati pestanya", kataku pamit undur diri terhadap kolegaku dan istrinya tersebut.
"Silahkan, Siwon-sshi dan Donghae-sshi. Sekali lagi chukkae atas pernikahan kalian", ucap Yunho-sshi. "Semoga segera diberi aegya yang lucu", tambah Jaejoong-sshi –istri Yunho.
"Ne, gamsahamnida telah hadir", balasku tersenyum, sementara Hae-chagi hanya tersipu malu. Lalu kami menundukkan kepala kami dan beranjak meninggalkan pasangan mesra itu, menuju ke arah KyuMin dan YeWook.
"Horse hyung, chukkae!" seru magnae evil itu.
"Sajangnim, chukka atas perjuanganmu, ternyata berbuah manis", tutur Sungie hyung.
"Yack, evil magnae! Yang boleh mengataiku horse hanya Hae chagi. Dan Sungie hyung, apa-apaan kau bersikap sefor mal itu padaku, tidak biasanya", ucapku memasang wajah heran dipadukan kedua tanduk transparan yang sepertinya telah tumbuh di kepalaku. Sementara yeojadeul di samping kami hanya terkekeh renyah.
"Sudahlah Wonnie-ah, jangan kekanak-kanakan seperti itu. Kau itu sudah tua", ucap Hae chagi –sok- polos.
"Kau iniberpihak kepada siapa sih, chagiya?" tanyaku pura-pura memasang wajah kesal.
"Sudahlah, Hae, kita abaikan saja namjadeul kebalitaan ini", ujar Sungmin noona mengejek kami bertiga.
"Hae eonnie, chukkae atas pernikahanmu", ucap Wookie senang sambil menghambur ke pelukan Hae chagi.
"Gomawo, Wookie-ah", Hae chagi menjawab dan balas memeluknya sayang.
"Ne, Hae, chukkae. Siwon-ah, kau harus menjaga uri fishy dengan baik. Awas saja kalau kau membuatnya menangis", ancam Sungmin noona memasang wajah semenyeramkan mungkin.
"Arraseo, noona. Aku jamin Hae chagi tidak akan meneteskan setetes air mata pun", janjiku seraya menggenggam tangan Hae chagi lebih erat.
"Aku bangga padamu nae dongsaeng", ucap Sungie hyung seraya menepuk pundakku.
"Kau dengarkan Wonnie-ah, banyak sekali yang ingin melindungiku. Kau tidak akan selamat kalau menghadapi Minnie eonnie yang ahli martial arts." Hae chagi berucap denga penuh kebanggaan.
"Arra, chagiya, aku takut dengan pengawal-pengawalmu."
"Hyung, kapan kau akan member kami keponakan? Kuharap secepatnya ya", si evil berkata diiringi seringaian yang dia banggakan.
"Aku juga inginnya seperti itu", jawabku seraya merangkul pinggang ramping Hae chagi.
"Yack, evil! Kenapa kau tidak segera mengajak Minnie eonnie saja menikah agar bisa mendapatkan aegya", ucap Hae chagi kesal bercampur malu, bisa kulihat semburat merah di pipinya, manisnya.
"Sungmin akan menikah dengannya kalau dia sudah bertaubat", ejek Sungie-hyung.
"Aku setuju dengan Sungie oppa", Wookie mendukung argument namjachingunya itu.
"Hmm, begitulah, kalian sudah tahu jawabannya kan?" Tanya Minnie noona.
"Yack Minnie-ah! Kenapa tidak membelaku?" Kyu mem-pout-kan bibirnya dan menggembungkan pipinya yang tidak terlihat imut sama sekali.
"Panggil aku noona, Kyu, kau tidak sopan." Minnie noona menjitak pelan kepala Kyu.
"Anyway, Bummie di mana? Setahuku dia tidak punya schedule apapun mala mini. Aku belum melihatnya sejak di sini." Hae chagi memecah pertengkaran KyuMin couple.
Senyumku pudar seketika mendengarnya. Kenapa selalu Kibum yang ada di pikirannya. Yah, aku tau mereka mengenal sejak bayi dan tumbuh bersama. Hae chagi sudah menganggapnya seperti dongsaengnya sendiri tapi aku rasa tidak dengan Kibum. Walaupun dia tidak pernah dan berakting selayaknya actor handal, aku tahu dia mempunyai perasaan lebih dari sekedar noona-namdongsaeng kepada Hae chagi.
"Mollayo, kami juga belum melihatnya selain di gereja tadi, Hae-ah", Sungie hyung menjawab pertanyaan Hae chagi.
"Mungkin dia sedang berkeliling atau menemui seseorang. Dia sudah besar, chagiya, tidak akan tersesat. Bagaimana kalau kita berdansa?" tanyaku mengalihkan perhatian Hae chagi. Ini malam special kami, akuingin dia hanya memikirkan aku seorang. Yah, egois memang.
"Ayo Hae noona, kita bersenang-senang malam ini." Kyu membantuku membujuk Hae chagi. Dia sepertinya tahu persis apa yang sedang aku rasakan.
"Baiklah, ayo." Hae chagi menyetujui usul Kyu.
Jadilah kami berenam berdansa dengan pasangan masing-masing. Tak lama kemudian para tamu lain ikut bergabung. Saat berhadapan dengan Kyu, aku menggerakkan bibirku membentuk kata 'gomawo' padanya yang dibalas senyum tulusnya, bukan seringaian.
Kupegang erat pinggang ramping Hae chagi, seolah-olah jika lengah sedikit saja dia akan lari dariku. Dia mengalungkan tangannya di leherku, bisa kuhirup aroma harum tubuhnya yang kusukai dan sangat menenangkan. Kubisikkan kata-kata cintaku padanya untuk menunjukkan betapa aku sungguh mencintainya sepenuh hatiku.
"Kau belajar menggombal dari mana?" tanyanya sambil tertawa pelan.
"Siapa yang menggombal? Aku jujur", ucapku meyakinkannya. "Saranghae, Hae-ah", kukecup pipi kanannya lembut dan penuh kasih sayang.
"Aku tahu, Wonnie."
Aku hanya bisa menelan pil pahit kekecewaan saat mendengar jawabannya. Selalu saja seperti itu, dia tidak pernah membalasnya. Apakah dia benar-benar mencintaiku?
-Siwon POV ends-
T ~ B~ C
