Halo, saya newbie di sini. Jika Anda sekalian merasa jika fic saya punya kesalahan jangan sungkan untuk kritikannya yaa..
Oke, selamat membaca aja..
.
.
.
[START]
'Selamat datang di Avantheum Online Saga. Deteksi kami menunjukkan bahwa Anda telah memiliki Karakter Virtual sebelumnya. Apa Anda ingin melanjutkan?'
YES|NO
'Terima kasih, ID dengan serial number 004517869 telah dikonfirmasi dan selamat menikmati petualangan Anda untuk meraih gela-'
SKIP
.
.
.
Disclaimer: Nothing be happy to be just a fans. Pure as big of Anime fans.
.
.
.
Naruto Side.
Seberkas cahaya menyilaukan mataku, sedetik kemudian aku telah berada di dalam kamar penginapan yang sama dari posisiku log out belasan jam yang lalu. Ah.. Udara ini, suasana ini. Avantheum Online Saga memang VRMMORPG terbaik se-Jepang.
Kurenggangkan ototku, lalu melihat jam menunjukkan 7.30 AM. Oke, saatnya leveling! Tapi sebelum itu, kulihat dulu stat-ku.
Player: Naruto.
Class: None.
Guild: None.
Level: 3.
HP: 3000/3000.
MP: 0.
ATK: 150+20.
DEF: 100.
AGI: 15.
SPD: 15.
VIT: 20.
INT: 20.
SKILL POWER: Pasif (+20 ATK). 1. [Dibuka setelah Kelas terpenuhi]. 2. [Dibuka setelah Kelas terpenuhi]. 3. Ultimate Skill [Dibuka setelah Kelas terpenuhi].
Inventory: 15 Gold, 10 Wheat Bread, 10 Mineral Water, Standard short Sword.
Benar-benar level yang membuatku ingin mendesah depresi, tapi harap dimaklumi, karna aku memang baru dua kali masuk dalam permainan real time ini. Segera aku keluar penginapan, yang di depan bangunan tempatku bermalam adalah taman air mancur di tengah jalan yang memiliki simpang empat. Ah, lebih tepatnya ini alun-alun.
Aku melangkah sebentar, lalu tak sengaja mendengar obrolan dua player yang berjalan melintasiku. Apa tadi namanya? Guess? Guest? Entahlah, aku tidak tertarik, namun saat mendengar mereka bisa mendapatkan keping koin untuk membeli item-item perlengkapan game ini, juga bisa mendapatkan EXP yang lebih daripada kita leveling biasa, secara alami aku tiba-tiba mengingikannya juga.
Tunggu, aku masih hijau di sini. Aku bahkan tidak membaca buku panduan dari permainan ini. Benar-benar, ini membuat aku buta pengetahuan. Ah, aku menyesal dan membenarkan perkataan seseorang tentang 'Buku adalah jendela dunia'.
Sembari berpikir, aku berjalan menuju bangku panjang di depan air mancur yang disediakan sistem, lalu duduk sambil membuka stat-ku dan tidak menyadari seseorang yang terlebih dulu ada di sana.
Aku yang sibuk dengan duniaku seketika terkejut saat orang itu menepuk pundak kiriku pelan. Aku menoleh dan menemukan seorang kakek berambut hitam cepak dengan jenggot putihnya yang sepanjang dada, wajah keriput dan mata hitamnya yang sayu menatapku ramah. Dia mengenakan jubah berlengan panjang yang longgar dengan warna cokelat tua, warna yang sama dengan baju berlengan pendek yang kupakai saat ini. Kulihat di atas kepalanya yang tak nampak tanda level, bisa kupastikan ini adalah NPC.
"Halo, Anak Muda," dia menyapaku. "Kulihat sepertinya kau sedang kebingungan?" Uwoh, dia seperti cenayang. Aku hanya mengangguk lemah, antara terkejut juga belum cukup 'ngeh' dengan situasi saat ini.
"Aku mungkin bisa sedikit membantumu," dia, kakek yang memegang tongkat di tangan kirinya itu tersenyum makin lebar setelah berucap demikian. "Tapi aku belum makan, dan aku sangat lapar. Aku takut jika nanti bicaraku akan sedikit tidak nyambung."
"A-ahahaha.." keringat sebesar biji nangka keluar di belakang kepalaku. Kampret! Bahkan non-player character pun tau cara bernegosias-, bukan, memeras! Kubuka inventory milikku, lalu mengambil dua dari sepuluh roti gandum sebesar botol minuman berukuran 1500 ml beserta air mineral yang memang diberikan gratis oleh developer saat aku pertama kali memasuki game, lalu memberikannya secara tidak rela. Hei! Aku bahkan belum melakukan apa-apa di sini!
Si kakek makan sangat lahap, bahkan satu roti sebesar itu ia makan tidak sampai sepuluh gigitan. Aku cengo, lalu tersadar saat orang tua di sampingku ini menepuk-nepuk perutnya yang kini sedikit buncit dengan wajah puas. Sepertinya dia kekenyangan.
"Levelmu sangat rendah, Anak Muda." Kakek ini membuat pernyataan awal. Aku mengangguk singkat, sangat jauh dari kata puas dengan apa yang telah kukeluarkan beberapa saat lalu. Dia menoleh ke arahku, lalu tersenyum. "Kau bahkan belum memiliki Kelas." Maaf telah mengecewakanmu, kakek! Kelas terbuka saat aku mencapai level 5, sialan! Aku ini masih newbie, bahkan aku tidak tahu aku ini di mana!
Aku ingin berkata-kata seperti di atas, namun karena tata krama yang ditanamkan keluargaku sejak bayi, sekali lagi aku hanya mengangguk ogah-ogahan.
Kakek ini tersenyum makin lebar. Merasa jengkel karena si tua keriput ini masih memamerkan senyum lebar serta beberapa giginya yang ompong tanpa berbicara, aku hendak beranjak pergi sebelum..
"Mau mendengar sebuah kisah?"
[DING]
'Mendengarkan kisah langsung dari mulut sang legenda yang telah membantai dan melenyapkan peradaban Raja Wizard Malvius Vermilion beserta 50000 pengikutnya seorang diri.'
YES | NO
Aku melongo dan tak sadar menekan tombol 'YES'. Kakek ini?! Serius?! Lalu dia- ehm, maksudku beliau memulai ceritanya.
"-Dan begitulah, aku menjadi buronan selama 50 tahun, dan hanya di sinilah orang-orang tidak mengenaliku sebagai Demi-God of Magic." Si kakek, yang sudah kuketahui namanya adalah Sarutobi Hiruzen dengan Kelas Mage ini mengakhiri ceritanya.
Mendengar cerita selama hampir tiga jam bahkan tidak membuatku ingat waktu. Aku merasa kakek Hiruzen baru memulai kisahnya sepuluh menit yang lalu. Ah, benar-benar rasa takjubku seolah menghentikan masa.
Dari kisah si kakek, aku mengetahui beberapa hal. Kota ini bernama Konoha, kota terbesar yang berada di kerajaan Hi. Bukan cuma itu, selain kerajaan Hi, terdapat pula kerajaan Kaminari, kerajaan Kaze, lalu kerajaan Mizu dan terakhir kerajaan Tsuchi. Dalam dunia Avantheum ini, Kelas dibagi menjadi enam, yakni Kelas Fighter, Kelas Archer, Kelas Tanker, Kelas Priest, Kelas Mage dan Kelas Assassin.
Ngomong-ngomong tentang Kelas, lebih asyik Kelas yang mana ya? Tanker, apa Fighter? Oh, tidak. Aku enggak sudi dijadiin tameng hidup walau punya HP, DEF dan ATK gede. Ah, Priest boleh juga, kerjanya kan cuma berdiri di belakang sambil sesekali menggunakan healing- hell no! Aku bukan banci! Setidaknya aku punya harga diri dengan ikut menyerang. Assassin? Enggak mau! Walaupun agility, speed dan attack memiliki poin yang tinggi, namun pengendaliannya susah dan cepat mati, itu pun belum termasuk boros Mana lho. Oke, antara Mage dan Archer, kurasa mereka tidak buruk, itung-itung kalau bisa menjadi seperti Sarutobi Hiruzen-sama, siapa tahu?
Aku bernapas lega, kukira aku tidak dapat menemukan tentang jenis-jenis Kelas akibat aku melakukan kesalahan waktu Sign-up, ternyata memang ini adalah kebijakan pihak Avantheum Saga Online sendiri.
Ah, aku jadi tidak perlu repot-repot membaca buku panduan.
"Pengalaman Anda luar biasa, Sarutobi-sama. Saya benar-benar terinspirasi." Sebenarnya aku berkata seperti itu bukan karena aku betul-betul takjub akan kisahnya, mengingat beliau adalah NPC yang memang otaknya telah difabrikasi sedemikian rupa. Saat aku ingin melanjutkan pujian-pujian tidak tulusku, pemberitahuan muncul.
[DING]
'Anda mendapat 5000 Gold dari Sarutobi Hiruzen. Pesan beliau: Gunakanlah dengan bijak.'
Haa..?! Seriusan? Astaga.. Aku benar-benar beruntung! Bayangkan, 5000 Gold! Biaya menyewa penginapan paling mahal adalah dua puluh lima Gold per minggunya, itu pun fasilitasnya super lengkap. Ada dua kamar, satu dapur, AC, TV, kamar mandi air panas, belum yang lainnya. Sumpah, pokoknya seperti hotel bintang seratus deh, itu pun kalau ada.
Ehem, sebelumnya mari kuperkenalkan mata uang di gim ini. Di sini, pecahan mata uang adalah logam, dan itu terdiri dari Gold dan Silver. Satu Gold itu setara dengan seratus Silver.
"Ahahahaha!" Kakek tua di sampingku ini terbahak-bahak. "Baru pertama kalinya kutemukan bocah seunik dirimu, Anak Muda. Padahal sebelum ini, tidak ada orang yang mau mendengar celotehanku, apa lagi memujinya! Ditambah lagi, kau mau saja membagi makanan, padahal kau belum tahu cara mendapat uang di-" maaf, Kakek Hiruzen. Aku tenggelam dalam fantasiku sendiri bersama ribuan keping Gold-ku.
"Sebagai permintaan terakhirku, bolehkah aku meminta tolong kepadamu?"
Oh, Iya. Aku lupa! Aku menggut-manggut sendiri, tidak sadar secara bersamaan mengiyakan permintaan Kakek Hiruzen.
"Di ujung jalan ini," beliau menunjuk ke kanan kami. Walaupun aku mengikuti arahnya, sayang pikiranku masih tidak pada tempatnya, Kakek. "Ada toko yang menjual persenjataan. Pergilah ke sana dan berikan tongkatku pada cucuku." Maaf, Hiruzen-sama. Aku masih tidak mendengarmu.
Aku membayangkan Equipment juga, dengan 5000 Gold, aku sangat bersemangat saat aku berpikir bisa mendapat perlengkapan karakter yang tergolong mew-
[DING]
-ah? Notifikasi apa lagi sih? Mengganggu khayalanku saja. Dasar kampret!
'Hidden Quest: Special! Sarutobi Hiruzen menyerahkan pusakanya, tongkat sihir King Enma, untuk diserahkan kepada cucunya, Sarutobi Konohamaru. Status: Ongoing. Expired: 00: 09: 59 sec. Reward: xxx'
"Ha-haah?!" Aku tersentak antara percaya tak percaya pada notis di depanku, lalu menoleh pada si kakek seakan meminta penjelasan. "Kakek serius?!"
Bayangkan! Aku masuk ke dunia antah-berantah ini baru kemarin, tanpa membaca buku panduan apa pun. Aku mengerti tentang menginap, leveling atau bla bla bla itu pun karena ada tutorial dasar dari pihak developer. Tentu saja, tentang level-ku yang mencapai angka 3, mungkin GM yang merasa kasihan padaku, atau level rendah bisa menaikkan level dengan cepat, kayaknya sih.
Tetapi, satu hal yang harus kalian tahu adalah tingkat keberuntunganku di dunia nyata mencapai sembilan puluh persen, dan kurasa ke-lucky-an itu terseret masuk ke sini.
Kakek Hiruzen tersenyum teduh menanggapi ketidakpercayaanku pada Quest perdana ini dan mengangguk pelan. "Tentu saja. Tapi kau harus cepat, karna kau sudah menghabiskan satu menit di sini."
Uwooh! Aku benar-benar tidak membaca detil misi ini. Saat kulihat kembali, masa kedaluwarsa Quest ini tinggal delapan menit lebih empat puluh tiga detik. Aku harus cepat!
~ASO~
Bunyi lonceng di atas pintu masuk toko berdenting saat aku menerobosnya. Oh, berlari sepanjang tiga kilometer ternyata berdampak cukup signifikan pada karakterku. Bukannya sombong atau apa, tapi di duniaku, aku ini cukup yakin pada kemampuanku jika ada yang mau menantang sprint. Positive thinking aja, mungkin avatar-ku yang terlalu lembek.
"Selamat datang, Tuan." Seorang gadis NPC berambut cokelat sebahu menyapaku dari arah kanan. Aku menoleh, hanya untuk sejenak melupakan untuk apa tujuanku kemari. Lihatlah barang-barang equipment yang dijual di sini. Ada armor, pedang, kapak, busur, tombak, tameng dan banyak lagi yang dipajang di seluruh dinding. Tapi dari semua itu, ada satu benda yang paling menarik perhatianku.
Aku melengkah menuju si penjaga. Ah, lebih tepatnya ke arah sebuah kotak bening di dalam etalase yang ada di depan si NPC. "Ini pedang?"
Menanggapi keraguan dalam pertanyaanku, NPC tadi tersenyum, lalu mengambil kotak yang kutunjuk sebelumnya dan menyodorkan kepadaku. Tanpa basa basi aku memungutnya, tapi ternyata di bawah benda ini masih ada benda serupa.
"Tentu saja ini pedang, Tuan."
Oh, sangat berat! Pedang aneh ini berwarna metalik, berbentuk jajar genjang dengan satu mata pisau. Lebarnya sekitar dua puluh sentimeter dengan panjangnya yang mencapai setengah meter. Genggaman pedang unik ini ada di bagian belakang, dan itu sangat pas untuk dimasuki empat jari. Aku ingat! Segera kusambungkan benda satunya lagi, dan akhirnya persepsiku betul-betul nyata.
Ketemu! Ternyata pedang ini memang mirip seperti senjata karakter Sentinel Prime dalam film Transformers, movie barat yang pernah kutonton sebelumnya.
Aku ingin membelinya, setidaknya untuk pajangan jikalau nanti pedang ini tidak cocok untuk Kelas-ku. Pokoknya, aku harus memilikinya! "Berapa harganya?"
"Sebentar," menanggapi pertanyaanku, non-player character ini mengetik sesuatu pada hologram di depannya, lalu tersenyum kepadaku sesaat kemudian. "Harganya 3000 Gold, Tuan."
Aku melongo dibuatnya. 3000 Gold? Yang benar saja! Aku cemberut pada NPC di depanku yang masih saja tersenyum. Apa dia membodohiku? Ingin sekali aku mengetahui benda ini, tapi apadaya skill Analyze hanya bekerja ketika levelku mencapai delapan. Sialan! Tiga ribu Gold itu bukan barang murah. Waktu aku pertama kali masuk gim ini juga hanya diberi modal dua puluh Gold.
Dengan sangat berat hati aku membuka inventory, hanya untuk dikejutkan dengan Quest yang baru saja kulupakan. Aku tertegun, lalu panik seketika. Quest ini hanya berumur sepuluh detik sebelum kedaluwarsa! "NPC-san! Aku ingin bertemu dengan Konohamaru-!"
Suara pintu dari dalam ruangan sebelah kiriku terbuka, menampakkan seorang pemuda yang sepertinya beberapa tahun lebih muda dariku menatapku tenang.
"Denganku?" pertanyaan singkat pemuda bersurai cokelat jabrik yang baru keluar itu meyakinkan perkiraanku. "Ada perlu apa?"
Tanpa bicara aku bergegas ke arah bocah itu, lalu memberikan tongkat yang baru saja kukeluarkan. "Ini."
[DING]
'Hidden Quest: Special! Accomplished!'
[DING]
'Level Up! 10 poin gratis ditambahkan!'
[DING]
'Sistem navigasi dan pemetaan terbuka! Debut Anda untuk memburu monster di luar dinding Konoha telah menanti!'
Wow! Aku sudah bisa grinding di hutan? Akhirnya! Masih ingin tenggelam dalam euforia, aku tidak sadar kalau Konohamaru sudah kembali masuk melalui pintu yang tadi mengeluarkannya, lalu kembali lagi ke depanku untuk menyerahkan sebuah kotak berukuran 40x40 sentimeter padaku.
Aku segera sadar dan menerima kotak hitam ini. Sebentar kuamati, kayu pada dasar pembuatan kotak ini bukan kayu biasa, terlihat dari tingkat kekerasan dan kepadatannya, ini seperti kayu yang bisa mengeluarkan bunga api saat kita menebang batangnya. Tanpa ambil pusing segera kubuka kotak polos ini, dan mendapati di dalamnya terdapat pisau kembar sepanjang 30 cm. Aku mengambil satu, lalu kuamati secara detil.
Pisau ini berwarna hitam legam bak arang dengan sangat sedikit warna chrome pada mata pisau. Mempunyai satu sisi tajam dengan ujung runcing, sedang pada sisi tumpulnya seperti bergerigi. Tidak ada gagang, hanya ada empat lubang di pangkal pisau. Kuperkirakan itu adalah tempat menautkan jari. Kesimpulan dariku, jika kedua pisau ini digabung akan menjadi bentuk hati yang cukup besar.
"Itu dual dagger milik mendiang pamanku." Konohamaru berucap, membuatku mengalihkan fokus kepadanya. "Ambillah sebagai imbalan dariku,"
Aku tercengang beberapa saat, lalu tersenyum tipis. "Kuterima dengan senang hati, Sarutobi-san. Terima kasih."
Konohamaru mengangguk masih dengan wajah ramahnya. "Sama-sama. Oh, ya. Nama sepasang dagger itu Avant-garde."
Mataku berbinar senang, lalu dalam hitungan singkat melotot tak percaya saat pemberitahuan muncul tiba-tiba.
[DING]
'Level Up! 10 poin gratis ditambahkan! Pemilihan Kelas terbuka!'
[DING]
'Mendapatkan Avant-garde dengan tingkat kelangkaan Epic I. Anda masuk Kelas Assassin secara paksa!'
[DING]
'Level Up! 10 poin gratis ditambahkan! Sistem Guild dan multi-chat antar pemain terbuka!'
[DING]
'Level Up! 10 poin gratis ditambahkan! Sistem party dan pet terbuka!'
[DING]
'Level Up! 10 poin gratis ditambahkan! Sistem pelelangan dan mode analyze terbuka!'
"A-as-astaga!" Wajahku berkeringat dingin, mulutku menjeblak. Kelas Assassin? Ini buruk! Dengan jari yang gemetar aku menyentuh profilku.
Player: Naruto.
Class: Assassin.
Guild: None.
Level: 8.
HP: 8000/8000.
MP: 3000/3000.
ATK: 400+90, Crit chance +10%.
DEF: 200.
AGI: 60.
SPD: 75.
VIT: 50.
INT: 90.
SKILL POWER: Pasif (+20 ATK). 1. Shadows scratch (+40 ATK). 2. (Area on Effects) Windstream Dawn (+30 ATK). 3. Ultimate Skill: Ultimate Swift [Bloody-blade Dancing] 16 hit [+10% critical chance/ hit], Paralize 5 sec [Instant Kill on lower enemies].
Inventory: 5015 Gold, 8 Wheat Bread, 9 Mineral Water, Standard Short Sword, Avant-garde.
-Atau mungkin aku harus merubah persepsiku?
.
.
.
To be Continue..
Terima kasih udah mampir, soal penjelasan tentang gunanya skill di chap depan aja yaa.. Dadaa..
