Pandora Hearts © Jun Mochizuki
Secret in Love Story © Risa-Alice Vessalius
Warning : OOC, AU, Alur kecepetan
Rated : T
Genre : Friendship and Romance ajalah
Yey! Setelah sekian lama, fanfic berjudul Secret in Love Story ini saya publish ke fanfiction! Awalnya saya keluarin dulu di Facebook, dan ternyata cukup di sambut hangat oleh semuanya! XD
Oh, ya! Di Facebook, Secret in Love Story ini udah sampai di chapter 2, loh! Kalau ada yang mau liat, add Risa saja, ya! *Promosi* XD
Happy Reading ~
Kau berlari sendiri. Melintasi ruang dan waktu sendiri. Terkadang kau terjatuh, tapi kau berusaha sendiri untuk berdiri. Bodoh. Sama saja kalau kau mau membunuh dirimu 'kan?
Kadang kau tersenyum, tapi hatimu berkata lain. Kau menangisi dirimu sendiri, dan kau menutupi segalanya dengan senyumanmu. Dasar sok kuat!
Kau tahu, andai kau mengisinkanku, aku ingin berada di sisimu. Aku ingin menjadi tempat bersandarmu. Aku ingin kau mengerti apa yang kurasakan, dan aku ingin segala mimpi indahku ini terwujud dalam satu ikatan denganmu, yaitu 'Cinta'
Untukmu, Oz Vessalius..
.
"Alice! Kau mau main, tidak?" seorang anak perempuan berambut perak memasuki sebuah kamar yang berukuran cukup besar, di pojok kamar itu, terlihat juga seorang anak perempuan yang memiliki wajah sepadan dengannya. Hanya warna rambut yang menjadi perbedaan mereka.
"Tunggu, tinggal sedikit lagi, nih!" anak perempuan itu beranjak dari kursinya, dia memasukkan beberapa lembar kertas ke dalam sebuah kotak yang cukup tua, dan tentu saja membuat saudara kembarnya penasaran.
"Hei, Alice! Kotak apa itu?" Tanya Alyss, lebih tepatnya saudara kembar Alice.
"Bukan apa-apa." Balas Alice. Kelihatannya Alice justru menyembunyikan sesuatu dari saudara kembarnya sendiri.
"Bukan apa-apa katamu? Jelas-jelas kau mengelak dari pertanyaanku!" Alyss mulai kesal sendiri. Kelihatannya rasa penasaran yang berlebihan membuat gadis berambut perak ini kesal. Yah, ini sifat alami manusia.
Alice hanya tersenyum, "Nanti juga kau akan tahu…". Alyss hanya menaikkan satu alisnya. Pertanda heran untuknya.
"Yahh.. Alice, kau besok lusa akan ke asrama 'kan?" ucap Alyss. Bisa dilihat, wajahnya terlihat sangat bahagia, tapi kebahagiaan itu justru membuat Alice bersedih.
"Ya, begitulah. Aku sekarang mau kemas-kemas." Jawab Alice singkat. Nadanya sedikit bergetar. "Sekolah di sana sungguh menyebalkan!" lanjut Alice, lagi-lagi Alyss keheranan, "Kenapa? Bukannya sekolah di sana merupakan kebanggaanmu?" Tanya Alyss (lagi). Alyss memang sangat senang jika Alice bercerita tentang asramanya. Yaitu Pandora Gakuen. Tapi, berbeda dengan Alice, Alyss tidak dapat bersekolah di sana. Bukan masalah keuangan, tapi mungkin kekuatan Alyss sendiri.
"Begitulah."
Alice dan Alyss lahir sebagai saudara kembar. Mereka rukun dan bisa mengerti satu sama lain. Mereka lahir di tengah keluarga bangsawan Baskerville, dan itu merupakan sebuah kebahagiaan sendiri bagi keluarga itu., tapi…
.
Seandainya aku dapat memetik sebuah bintang, aku ingin meminta sebuah harapan. Aku ingin terus berada di sisimu. Aku ingin selalu menjadi yang nomor satu bagimu, meski kau selalu mengutamakan dirinya dari pada aku…
Untukmu, Oz Vessalius..
.
Alice meremas kertas yang berisi beberapa kata yang menurutnya tidak berguna. Ia melempar kertas itu ke tempat sampah. "Huft.. besok harus kembali ke asrama." Keluh Alice. Keringat mulai bercucuran di keningnya, menandakan panasnya suhu saat ini.
TAP! Sebuah langkah ringan memasuki kamar. Tanpa Alice sadari, seorang gadis berambut perak mendekati tempat sampah. Mengorek tempat sampah itu tanpa rasa malu.
"Seandainya aku dapat memetik sebuah bintang, aku ingin meminta sebuah harapan. Aku ingin terus berada di sisimu. Aku ingin selalu menjadi yang nomor satu bagimu, meski kau selalu mengutamakan dirinya dari pada aku… Untukmu, Oz Vessalius.." gadis berambut perak itu membaca kertas yang mulai kusut dengan seksama, dan tentu saja wajah Alice merah padam.
"Kh –kenapa kau tidak mengetuk pintu, Alyss!" protes Alice. Alice tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang merah padam.
"Hihihi, ternyata ini rahasiamu, Alice Baskerville?" Alyss menyindir. "Kau jatuh cinta sama salah seorang keluarga Vessalius?" Alyss tertawa mengejek.
"A –apa urusanmu!" seru Alice.
"Kenapa? Kita 'kan saudara. Kembar pula.." Alyss mengangkat tangan. "Ayolah, Alice.. siapa orang yang kau taksir? Dan kenapa dengan Oz Vessalius?" Alyss memeluk Alice dengan wajah yang menggemaskan.
Alice menghela nafas, "I –Iya.. a –aku memang menyukainya, tapi…" tatapan Alice mulai mengosong, "Tapi dia menyukai orang lain.. dan aku tahu, bahwa orang itu bukanlah aku…" bibir mungil Alice bergetar takut. Takut akan ucapannya sendiri.
"Mana mungkin, itu pasti kamu, Alice!" Alyss mencoba menenangkan. Memberikan sedikit harapan untuk Alice, tapi…
"Tidak! Itu bukan aku! Dia sendiri yang bilang padaku!" Alice tertunduk di hadapan saudara kembarnya. Tubuh dan bibirnya bergetar takut.
"Kau serius?" Tanya Alyss. Alice mengangguk pasrah, namun dia berusaha untuk tersenyum. Alyss kemudian memeluk saudara kembarnya itu, "Sudahlah, Alice.. kau tahu, kau pasti bisa untuk menemukan cinta yang lain, tidak seperti aku…" Alyss mulai menangis, tidak lupa juga dengan Alice, mereka berdua menangis bersama. Seperti seorang anak kecil.
Alyss dan Alice, mereka merupakan saudara kembar. Sejak kecil, Alyss menderita penyakit lemah jantung. Penyakit yang tidak memungkinkan dirinya untuk bersekolah seperti Alice, padahal, masuk ke Pandora Gakuen merupakan mimpi Alyss.
Mereka menangis satu sama lain. Selama berjam-jam, mereka menangisi keadaan mereka sendiri. Hanya itu yang mampu membuat Alice dan Alyss tenang, yaitu bersandar di bahu saudara kembar mereka. Mereka satu pikiran 'kan?
.
20 April xxxx
"Alice, kau sudah siap?" ibunda Alice dan Alyss, yaitu Lacie Baskerville turun dari kereta kuda keluarga Baskerville. Ia berniat mengantar Alice ke Pandora Gakuen.
"Tunggu, ibu!" balas Alice. Alice kelihatan sangat kerepotan, terlebih lagi dua tas yang dia pegang. Benar-benar berat. Sebelum pergi, Alice ingin mengucapkan perpisahan terhadap saudar kembarnya itu, dia 'pun mendekati Alyss yang dari tadi diam mematung, "Hei, Alyss, aku pergi dulu, ya?" Alice menepuk pundak Alyss. Alyss hanya mengangguk, dan tentu saja Alice menjadi bingung.
Alyss mengangkat wajahnya, tubuhnya sedikit bergetar ketakutan. "I –Ibu.. aku juga ingin mengantar Alice, boleh?" Alyss sedikit takut-takut.
Sang ibunda hanya tersenyum, dia menepuk kepala anaknya dengan lembut. "Alyss.. kau harus tahu, kau ini tidak boleh berpergian jauh.." Lacie memeluk anaknya tersebut, sedangkan Alice hanya tersenyum dari dalam kereta kuda.
"Aku mengerti…"
.
Pandora Gakuen
Kereta kuda Alice berhenti di sebuah bangunan besar, yaitu Pandora Gakuen. Dengan perasaan deg degan, Alice 'pun turun dari kereta kudanya. "Hati-hati, ya sayang.." Lacie memeluk anaknya sebagai ucapan perpisahan, atau mungkin salam rindu untuk anaknya. Setelah itu, kereta kudanya kembali berjalan meninggalkan Pandora Gakuen.
"Yeah! Sekarang aku harus berjuang!" seru Alice, dia kemudian berlari memasuki Pandora Gakuen.
.
Alice berjalan memasuki kamar asramanya. Langkahnya sangat ringan dan lembut. Layaknya seorang wanita.
"Selamat pagi, Alice." Sharon. Sahabat Alice sudah berada di kamar asrama.
"Selamat pagi, Sharon!" balas Alice. "Oh ya, sebentar pembagian tim Pandora 'kan?" Tanya Alice, tangan Alice sedang sibuk memasukkan barang-barangnnya.
Sharon tersenyum manis, "Iya. Semoga kita se-kelompok, ya?"
"Iya! Aku pasti bisa berkerja sama dengan Sharon! Dari pada si 'rumput laut' itu…" Alice menurunkan nada bicaranya.
"Ada apa, Alice?"
"AKU TIDAK MAU SEKELOMPOK DENGAN SI RUMPUT LAUT ITU!" jerit Alice histeris, lagi-lagi Sharon hanya tersenyum.
"Kita tidak akan tahu hasilnya 'kan?"
"Iya juga, sih! Tapi…"
"Ayolah Alice, jangan pikirkan soal itu. Sekarang kita ke kelas dulu.." ajak Sharon, dan Alice hanya menurutinya.
.
KRIIING! Bel Pandora Gakuen bergema ke seluruh sekolah itu. Seluruh penghuni asrama segera memasuki kelasnya masing-masing. Termasuk Alice.
"Huh, kau datang juga, Baka Usagi?" ucap Gilbert dengan nada menyindir. Teman bertengkar Alice.
"Memangnya kenapa! Dasar rumput laut!" balas Alice angkuh.
Muncul tiga urat di kening Gilbert…
DOR! "Apa-apaan kau, bodoh! Kau mau cari mati, ya?" Gilbert melepaskan sebuah tembakan yang membuat geger seisi sekolah, tapi dengan gesitnya, Alice menghindari tembakan itu.
"Hanya itu kemampuanmu, hah!" ejek Alice. Dan lagi-lagi sebuah tembakan tertuju pada Alice, namun Alice dapat menghindarinya.
"Mati kau, Baka Usagi!" seru Gilbert. Tangannya masih sibuk menekan pistol miliknya. Tentu saja di arahkan ke Alice.
"Aku lebih baik mati di bunuh Chain dari pada mati di tangan seorang rumput laut yang bodoh!" sedangkan Alice sibuk menghindari beberapa timah panas yang keluar dari pistol Gilbert.
"Alice Baskerville! Gilbert Nightray! Kalian masuk ke ruang kepala sekolah!" seketika kelas yang tadinya gaduh menjadi hening, begitu pula dengan Alice dan Gilbert. Mereka sama sekali tidak berkomentar begitu seorang sensei memasuki kelas mereka.
"Baik…" ucap Alice dan Gilber bersamaan.
.
"Kuberi tahu, ya Baka Usagi, semua itu gara-gara kau, tahu!"
"Apa! Bukannya kamu yang menembakkan pistol!"
"Makanya jangan menghindar! Supaya masalahnya selesai!"
"Apa! Jadi kau menyuruhku mati karena terkena tembakanmu!"
"Begitulah, akhirnya kau paham…"
"Apa!"
"Ekhm!" adu mulut Alice dan Gilbert terhenti. Rupanya kepala sekolah yang menghentikan adu mulut mereka. "Alice Baskerville dan Gilbert Nightray, ini sudah perkelahian kalian yang xx (jumlahnya banyak) kali di tahun ini. Padahal ini awal sekolah, bukannya kalian saling menyapa, tapi kalian saling bertengkar. Apa kalian tidak malu terhadap teman teman kalian?"
"Aku malunya sama Oz, kalau yang lainnya sih, aku nggak peduli.."
"Aku malunya sama tuan Oz, kalau si baka usagi sih, siapa yang malu.." Rupanya mereka memiliki pikiran yang hampir sama. Hanya saja mereka tidak pernah rukun.
"A –aku malu, sih, tapi…" Gilbert angkat bicara.
"A –aku juga malu, tapi.." Alice juga angkat bicara. Mungkin membuat Gilbert kesal.
"Hoi, baka usagi, aku dulu yang ngomong!" protes Gilbert.
"Aku dulu!" Alice juga tidak mau kalah. Dan lagi-lagi pertengkaran mereka terjadi. Kepala sekolah Pandora hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Dasar anak muda." Pikirnya. "Kembali ke kelas kalian!"
.
ToBeCe :D
Ini fic pertama saia di fandom Pandora Hearts. so' gomen deh kalau ada beberapa penulisan nama dan tempat yang salah .'
Oh, ya! Kalau ada penulisan nama Latowidge Gakuen, Risa minta maaf, karena awalnya Risa memang pakai nama Latowidge Gakuen *Di Facebook*
Reviews please…
