ONE DAY AT HORRORLAND
Diambil dari Serial Goosebumps
by R.L. STINE
Kuminosuki's Talk:
Pernah membaca serial Goosebumps karya R.L Stine?
Pasti donk!
Ini adalah cerita dari salah satu serial Goosebumps dengan judul yang sama, dan yang pasti seluruh pemeran yang terlibat telah diganti dan mungkin—atau mungkin juga tidak—akan ada sedikit perbedaan penulisan, namun tetap merujuk pada buku aslinya.
Bagi yang belum pernah membaca serial Goosebumps, tidak ada salahnya untuk mencoba serial horror tersebut, karena setiap petualangan yang tertulis disana benar-benar akan membuatmu…
Ber-GOOSEBUMPS-ria!
Warning:
Cerita ini adalah karya R.L. Stine walau dikemas dengan penceritaan yang berbeda. Ada beberapa perubahan atau penambahan dalam cerita untuk penyesuaian.
Bacalah cerita ini 30 centimeter dari layar Anda dan disarankan untuk membaca di ruangan yang terang.
Terima kasih dan Selamat membaca.
-Kuminosuki-
CHAPTER 01
TERSESAT
.
.
.
Mungkin bisa dianggap sebuah keajaiban, saat masa libur dua group boy band terkenal TVXQ dan JYJ berada pada waktu yang hampir sama—walau berbeda dua hari, dan kesempatan langka ini tidak disia-siakan oleh kedua belah pihak. Rasa rindu dan ingin berkumpul bersama pun sudah tak dapat ditahan-tahan lagi, sehingga masing-masing ketua dari kedua group itu merencanakan sebuah perjalanan untuk mereka berlima. Akan tetapi, sesuatu yang direncanakan itu tidak selalu bisa berjalan dengan mulus, bukan?
.
.
.
Mereka berlima duduk berdesak-desakan di dalam mobil, dengan Yunho di belakang kemudi, Jaejoong duduk disebelahnya, dan ketiga dongsaeng mereka dibagian belakang. Yunho mengendarai mobil Hyundai Sonata miliknya dengan kecepatan sedang, mobil itu adalah mobil jenis sedan yang di produksi oleh pabrik otomotif Korea Selatan, Hyundai Motor Company. Mobil berwarna hitam itu meluncur mulus di jalan besar di luar kota Seoul. Sebenarnya, mereka sedang dalam perjalanan menuju Taman Hiburan Zoo Gardens, dan sialnya Yunho lupa membawa peta dan alamat taman hiburan tersebut. Tapi kata Jaejoong taman hiburan itu pasti mudah sekali ditemukan.
"Jika sudah dekat, pasti banyak papan petunjuk yang akan mengarahkan kita kesana." Ujar Jaejoong setengah jam yang lalu.
Mungkin kalian akan berkata, mengapa tidak searching di internet saja?
Ya, asal kalian tahu, mereka sudah mencarinya sejak tadi, namun mereka sama sekali tidak mendapatkan informasi apa-apa. Dan sampai sejauh ini mereka belum melihat tanda atau papan petunjuk satu pun.
Changmin merengut, tempatnya dirasa sangat tidak enak, bukan, bukan karena kursi mobilnya tapi karena tingkah kedua hyungnya—Junsu dan Yoochun. Mereka tidak bisa duduk dengan tenang, apalagi Junsu, dan semakin parah jika sudah berada di dalam mobil. Energinya tampak tidak ada habisnya dan benar-benar tolol, menurut Changmin. Makin jauh perjalanan mereka, semakin beragam pula kelakuan Junsu. Pria yang masih mempertahankan warna rambut merahnya itu mencoba bergulat dengan Yoochun, tapi tempatnya tidak muat. Lalu dia mencoba bermain panco dengan Yoochun hingga mendesak-desak tubuh Changmin yang berada kiri—dibelakang Yunho—dan membuat maknae bersuara tinggi itu hilang kesabaran dan mulai berteriak-teriak menyuruh mereka berhenti.
"Kenapa kalian bertiga tidak bermain Alfabet saja?" kata Jaejoong dari depan. "Carilah huruf-huruf di luar jendela."
Changmin mengangkat kedua alisnya tinggi—masih dengan tampang kesal, "Astaga, Eomma! Kami bukan anak kecil, umur kami bahkan mendekati 30 tahun!"
"Hei! 30 itu kejauhan, Min! Seharusnya kau bilang 26 tahun!" seru Junsu.
Yoochun tersenyum geli, kemudian menyahut perkataan Jaejoong.
"Tidak ada satu pun," ucap Yoochun. "Tidak ada tanda apa pun."
"Tidak ada yang bisa dilihat." Gerutu Junsu.
Dan memang benar. Mereka melewati lapangan-lapangan hijau. Di kiri kanan hanya ada pohon-pohon kurus dan selebihnya lapangan hijau lagi, seperti padang rumput yang tak berbatas. Mereka bahkan tidak tahu ini dimana. Korea bagian mana ini?
"Aku akan berbelok di sini," kata Yunho. Di bukanya topi hitam bertulis YUNJAE di bagian depannya dan menggaruk rambut hitamnya yang lebat. "Apa tadi kita sudah berbelok di sini?" ucapnya dengan raut bingung.
Mata sipitnya menatap ke sekeliling sementara mobilnya diberhentikan. Ke-empat orang lainnya pun mengeryit bingung sambil membuang pandangan, mencari tanda yang mungkin akan mengarahkan mereka ke sebuah pemukiman penduduk. Jujur saja, sejak satu jam yang lalu mereka tidak menemukan pemukiman sama sekali, hanya padang rumput dan pohon-pohon yang berjejer rapi di pinggir jalan.
"Aku yakin kita sudah ke sini tadi." Ucap Yunho dengan nada kesal.
"Susah memastikannya. Dimana-mana padang rumput." Jawab Jaejoong sambil memandang keluar jendela.
"Oh, itu sangat membantu." Gumam Yunho.
Jaejoong mendelik tajam ke arah Yunho, "Bagaimana aku bisa membantu?" bentak Jaejoong. "Kau yang lupa membawa peta dan alamatnya dan meninggalkannya di apartemen!"
"Aku kira kau yang membawanya." Gerutu Yunho.
"Kenapa jadi tugasku untuk membawa peta?" teriak Jaejoong.
"Sudahlah, Eomma, Appa!" potong Changmin. Begitu mulai bertengkar, mereka akan sulit untuk berhenti. Yang paling baik adalah cepat-cepat menghentikan mereka sebelum terjadi pertengkaran serius. Tak lama Yunho kembali menjalankan mobil.
"Akulah sang Pencubit Gila!" teriak Junsu. Ia tertawa mengerikan seperti di film-film horror dan mulai mencubiti lengan dan perut Yoochun.
Changmin paling benci jika Junsu sudah berpura-pura jadi Pencubit Gila. Changmin senang Yoochun duduk di tengah-tengah, di dekat Junsu. Biasanya, satu-satunya cara untuk menghentikan Junsu mencubit-cubit adalah dengan meninjunya.
Yoochun mulai meronta-ronta dan tertawa. Ia menganggap semua yang dilakukan Junsu hebat. Ia tertawa mendengar semua lelucon dan kelakuan konyol Junsu. Mungkin itu sebabnya Junsu sangat menyukai Yoochun.
Mereka berdua mulai cubit-cubitan. Lalu Junsu mendorong Yoochun ke arah Changmin.
"Jangan macam-macam!" teriak Changmin.
Changmin kemudian mendorong Yoochun ke arah Junsu dan terjadilah aksi dorong-mendorong antara Changmin dan Junsu dengan Yoochun sebagai korbannya. Changmin tahu seharusnya dia tidak membalas Junsu. Tapi suasana di mobil ini semakin sumpek dan sudah berjam-jam mereka bermobil, apa lagi yang bisa dilakukan?
"Changmin! Junsu! Mendinginlah!" seru Yunho.
"Yunho hyung, sekarang orang sudah tidak bilang 'mendinginlah'." Kata Changmin tenang.
Entah kenapa ucapan Changmin membuat Yunho marah dan mengamuk. Ia mulai berteriak-teriak dan wajahnya merah padam. Changmin tahu jika hyungnya itu sebenarnya tidak marah padanya, tapi ia marah karena tidak bisa menemukan Taman Hiburan Zoo Gardens.
"Ayo, semuanya tarik nafas dalam-dalam dan jangan bicara!" kata Jaejoong.
"Aw! Jangan cubiti aku!" pekik Yoochun. Di dorongnya Junsu kuat-kuat.
"Kau yang jangan cubiti aku!" teriak Junsu sambil mendorongnya lagi.
Hah…mereka memang tidak bisa diam dan selalu berbuat kacau.
"Hei! Lihat—di depan ada tanda!" Jaejoong menunjuk ketika tampak papan hijau besar.
Junsu dan Yoochun berhenti berkelahi. Yunho bersandar ke setir mobilnya dengan mata terpicing menatap ke depan.
"Apa tanda itu menyebutkan di mana taman hiburannya?" desak Junsu.
"Apa menyebutkan di mana kita berada?" Tanya Yoochun.
Tulisan di papan itu kelihatan ketika mereka melewatinya. Bunyinya: PAPAN UNTUK DISEWA.
Mereka semua menghembuskan nafas kecewa.
"Si Pencubit Gila kembali!" teriak Junsu. Dicubitnya lengan Yoochun kuat-kuat. Junsu tidak pernah tahu kapan harus berhenti bertingkah.
"Jalan ini tidak menuju ke mana-mana." Kata Yunho bersungut-sungut. "Aku harus berputar dan kembali ke jalan raya. Kalau bisa kutemukan."
"Aku rasa kau harus bertanya pada seseorang." Kata Jaejoong.
"Bertanya pada seseorang? Bertanya pada seseorang?" sembur Yunho. "Apa kau lihat ada seseorang yang bisa aku tanyai?" wajahnya merah padam lagi. Ia memegang setir dengan satu tangannya agar tangan lainnya dapat mencubit pipi kekasihnya.
"Maksudku kalau kau lihat ada pompa bensin." Gumam Jaejoong.
"Pompa bensin?" jerit Yunho. "Pohon saja sudah tidak ada!"
Yunho benar. Changmin memandang ke luar jendela dan yang terlihat di kedua sisi jalan hanyalah padang rumput. Cahaya matahari menyinarinya, angin menghembuskan rumput-rumputnya, menciptakan gelombang tersendiri dengan bunyi gemerisik dari benturan helaian-helaian daunnya.
"Aku ingin pergi ke Selatan." Guman Yunho. "Lebih baik jika kita mendapatkan pantai. Aku tidak pernah tahu jika Korea Selatan memiliki daerah seperti ini."
"Sebaiknya kau berputar." Desak Jaejoong.
"Kita tersesat?" Tanya Yoochun. Changmin bisa mendengar nada takut dari hyungnya itu.
Yoochun bukanlah orang yang berani di dunia. Malah sebenarnya dia adalah orang yang paling mudah untuk ditakut-takuti. Pernah suatu malam Changmin mengendap-endap masuk ke dalam kamarnya—saat mereka masih tinggal di satu apartemen—dan bersembunyi di balik lemari pakaiannya. Saat Yoochun masuk dan hendak tidur, Changmin pun membisikkan namanya—Yoochun nyaris terlonjak jatuh dari tempat tidurnya!
"Hyung, kita tersesat?" Junsu mengulangi pertanyaan Yoochun tadi.
"Ya, kita tersesat." Yunho menjawab pelan. "Benar-benar tersesat."
Yoochun berteriak pelan dan terpuruk di kursi. Ia kelihatan seperti balon kempis.
"Jangan bilang begitu!" bentak Jaejoong.
"Apa yang seharusnya aku bilang, Joongie?" Yunho balas membentak. "Kita sudah pasti jauh sekali dari Zoo Gardens. Kita jauh sekali dari peradaban manusia! Bahkan Google Maps saja tidak memberi informasi dimana kita berada. Kita di tempat antah berantah! Berputar-putar tanpa arah!"
"Belok sajalah. Aku yakin kita nanti akan bertemu dengan orang yang bisa kita tanyai." Kata Jaejoong pelan. "Dan berhentilah melebih-lebihkan."
"Kita semua akan mati di tengah padang rumput. Mobil kita akan kehabisan bensin, lalu mogok dan kita tidak tahu harus berjalan ke arah mana. Semua tampak sama." Kata Changmin sambil tersenyum mengerikan. "Perlahan-lahan kita akan kehabisan tenaga, kelaparan, kehausan, lalu satu per satu dari kita akan tumbang, jatuh dan menjadi makanan bagi yang lainnya."
Oh, Changmin memang mempunyai selera humor yang hebat, bukan?
Kau harus merasakan bagaimana rasanya tinggal bersama setan itu!
"Changmin, jangan menakut-nakuti Yoochun!" Jaejoong menoleh dan melotot pada Changmin.
"A-aku tidak takut Jae Hyung!" bantah Yoochun. Tapi ia kelihatan takut. Wajahnya yang sedikit bulat tampak pucat. Dan matanya berkedip-kedip terus.
Sambil bergumam sendiri, Yunho memelankan laju mobilnya dan behenti. Ia lalu berputar, dan mereka pun kembali lagi ke arah sebelumnya. "Liburan hebat." Katanya dengan mulut terkatup rapat.
"Masih pagi." Kata Jaejoong sambil melihat jam tangannya.
Matahari sudah hampir di atas kepala. Mereka, terlebih Changmin bisa merasakan kehangatannya dari jendela mobil yang dibiarkan terbuka. Mereka melaju hampir setengah jam. Junsu akhirnya memilih kegiatan yang tidak merusak mood Changmin, dia bernyanyi bersama Yoochun, kadang-kadang diikuti Changmin dan Jaejoong, sedangkan Yunho memilih untuk memfokuskan dirinya pada jalanan. Dia harus bisa membawa keluar keluarga kecilnya sebelum bensin mobilnya habis.
Sesekali pertanyaan dari Yoochun keluar, "Kita masih tersesat?"
Dan Yunho akan membalasnya dengan kesal, "Lumayan tersesat."
Dan Jaejoong akan berkata, "Kita baik-baik saja." Untuk menghibur ketiga dongsaengnya.
Ketika melaju, pepohonan kurus tadi kembali terlihat, lalu sesaat kemudian padang rumput berubah jadi lapangan-lapangan yang lebih gelap, disana sini ditumbuhi oleh pohon dan semak.
Mereka duduk dalam diam. Changmin mengepalkan tangannya di atas pangkuan dan terus memandang keluar. Junsu dan Yoochun sudah berhenti bernyanyi dan sibuk saling menenangkan diri. Mereka semua berharap, paling tidak melihat pompa bensin, toko, pemukiman atau manusia lain!
"Aku jadi lapar." kata Changmin. "Sudah jam makan?"
Sambil menghela nafas panjang yang terdengar seperti ban bocor, Yunho pun menepikan mobil. Ia lalu mengambil ponsel canggihnya—yang entah kenapa dirasa tidak berguna—dan mencoba kembali melihat peta.
"Mungkin saja keberadaan kita sudah bisa terdeteksi oleh satelit canggih itu." Katanya.
"Tidak ada. Sudah aku lihat." Kata Jaejoong.
Ketika mereka mulai bertengkar, Changmin mengeluarkan kepalanya dari jendela dan melihat sekitarnya.
"OH!" Changmin berteriak ketika melihat ada monster raksasa yang melotot ke arahnya. Kepalanya yang besar sekali itu merunduk, hendak menghancurkan mobil.
.
.
.
.
.
TBC-SAMPAI JUMPA CHAPTER DEPAN…
Ada yang sadar dimana saja letak perbedaannya?
Ya, bagi yang punya bukunya bisa menyamakan dan memeriksa. Aah... karya R.L. Stine memang selalu membuatku terpesona. Terima kasih bagi teman-teman yang sudah bersedia membaca cerita ini. Thanks a lot.
Sampai jumpa dan semoga hari kalian menyenangkan.
