Under the Drizzle
.
Naruto belong to Masashi Kishimoto
.
Warning : OOC, typo, gaje, aneh serta dapat membuat mual pembaca
.
Gerimis mengiringi kesepianku hari ini. Aku, Haruno Sakura, wanita dewasa berusisa 23 tahun. Aku hanya terdiam tanpa ada yang menginterupsi. Aku bahkan mampu mendengar suara aliran darah di nadiku. Hari ini terlalu senyap jika dibandingkan dengan biasanya.
Biasanya hari-hariku selalu indah. Pagi hari, sahabat kecilku selalu datang kerumah dan menemaniku sarapan. Jangah kalian salah artikan dia hanya ingin numpang makan. Sahabatku, Uchiha Sasuke, seorang pemuda tampan yang berasal dari keluarga ningrat pendiri Uchiha corps. Dia selalu menemaniku karena dia tahu, hidupku lebih sepi dari yang lain.
Waktu itu aku hanyalah gadis remaja pengidap HIV yang dikucilkan bahkan oleh keluargaku sendiri. Dan Sasuke, pemuda itu satu-satunya yang mau berteman denganku.
Awalnya aku merasa bahwa pemuda dingin itu hanyalah pengganggu yang hanya akan menjauhiku saat tahu tentang kondisiku. Tetapi aku salah. Dia menerimaku. Menganggapku sama bahkan lebih dari orang lain. Dia bilang, bahwa aku sangat mirip dengannya.
Itu hanya kenangan masa lalu. Sekarang, aku hanya mampu memandanginya dengan titik-titik gerimis yang mengguyur tubuhku. Disana Sasuke berdiri sendirian. Berdiri dengan tegap seolah tidak ingin pergi. Payung bening yang Ia gunakan bahkan tak mampu melindungi sepatunya dari basah. Aku tidak ingin mendekat. Aku terlalu takut. Takut menitikan air mata saat melihat raut wajah yang berbeda dari biasanya. Jika sehari-harinya Sasuke memasang wajah dingin atau kesal, kini wajahnya kosong tanpa ekspresi. Terpaku seperti mayat hidup diantara dinginya gerimis sore.
Tanganku makin mengepal erat. Pada akhirnya aku benar-benar menangis dengan kondsisinya saat ini. Dia telah berubah. Sasuke ku yang tampan kini seperti kehilangan jiwanya. Dan dengan meneguhkan sedikit perasaan aku mencoba untuk mendekatinya.
"Sasuke."
Tidak ada jawaban. Ia tetap bergeming dengan tatapan lurus. Sasuke bahkan mengabaikanku.
"Sasuke." Lagi-lagi tak Ia hiraukan.
Tanganku terangkat hendak menepuk bahunya sebelum pada akhirnya gumaman lirih lolos dari bibir tipisnya.
"Kenapa kau harus pergi?" gumamnya.
Tanganku terhenti di udara. "Aku tidak pergi kemanapun. Aku di sini!" ujarku. Lidahku kelu untuk menanggapinya lagi. Aku terpaku tepat di belakang punggungnya. Rintik hujan yang mengguyurku terhenti oleh payung nya.
"Kenapa kau harus mati, Sakura."
Degh.
Aku tidak mengerti apapun. Aku terdiam dengan mata yang melebar sempurna. Bulir air mataku kembali jatuh. Dan dengan kalimat itu, aku kembali tersadar tentang semuanya.
Aku bahkan baru menyadari bahwa yang sedari tadi Sasuke pandangi adalah namaku. Namaku yang terukir indah dalam goresan sebuah batu.
Aku telah melupakan nya. Aku telah melupakan kalau...
"Aku telah mati."
Fini
Aneh? Gantung? Ndak jelas? Iya, aku tahu. Maaf kan penulis yang masih newbie ini. Oleh karena itu, saia membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Review ya terima kasih.
