Konnichiwa minna-san! Author Nirina kembali lagi di fic baru :D langsung saja, happy reading!
Disclaimer : Naruto punya Masashi Kishimoto
Rated : T
Genre : Romance, Mystery
Warning! : AU, OOC, typo, gaje, dll.
"Dokter, bangun, dok. Sebentar lagi ada autopsi" kata seorang cewek, asisten si dokter, sedang kewalahan melihat bossnya sedang tertidur di meja kantornya.
"Ngh… Hinata, aku masih ngantuk. Kau tau, panggilan-panggilan autopsi itu membuatku capek. Tolong gantikan aku" pinta sang dokter.
"Tapi, Dokter Sakura, saya minta maaf. Saya ada urusan keluarga. Jadi, saya meminta anda untuk melakukan autopsi, dok" kata Hinata–asisten si Sakura- lebih tepatnya memerintah secara lembut dan sopan.
"Suruh saja yang lain. Kemana mereka?" tanya Sakura.
"M-mereka t-tidak ada, dok" kata Hinata dengan hati-hati, takut sang majikan marah melihat anak buahnya tidak ada sedikitpun. Mata emerald Sakura yang sayu kini bertransformasi menjadi mata yang akan keluar, terkejut.
"APA?! Kemana mereka?! Ini masih jam bekerja! Mau di pecat mereka rupanya!" bentak Sakura. "Cari mereka dan bawa mereka kemari! SEKARANG!" perintah Sakura. Tau seperti apa Sakura berteriak? Teriakannya itu bisa dibilang, yaa…. Seperti teriakan ultrasonik. Bisa membuat telinga pendengar lepas dari tempatnya. Sorry, abaikan kalimat-kalimat tadi, terlalu lebay. "Ha'i" kata Hinata lalu pergi keluar dari ruangan Sakura.
Kini, Sakura sedang terduduk memijit pelipisnya yang berkedut-kedut. Wajah nya stress, sehingga merusak wajah manis dokter wanita ini. Ya, salahkan anak buahnya yang bekerja tak becus itu. Hasrat untuk melanjutkan istirahatnya yang damai itu sudah tidak ada, tergantikan dengan kepalanya yang stress mendengar jawaban Hinata.
"Kemana mereka? Aku menggaji mereka bukan untuk keluyuran saat jam kerja!" gerutu Sakura. Sejak tadi dia hanya mengumpat-umpat kelakuan anak buahnya yang belasan itu. Banyak sekali. Salahkan Tou-san nya, Haruno Kizashi. Karena Kizashi, diumur yang 20 tahun ini, Haruno Sakura memegang dua wewenang. Sebagai kepala kedokteran bidang forensik dan agent polisi untuk menyelesaikan berbagai macam masalah pembunuhan. Membuatnya menyewa belasan anak buah untuk menggantikannya, agar tidak menunda autopsi yang akan di jalani.
You know? Sakura paling tidak suka menunda pekerjaan. Susah juga kan? Dia sedang berada di TKP, sedangkan autopsi menunggunya di rumah sakit. Seharusnya remaja seperti dia menikmati masa-masa remaja. Kuliah, pacaran, pergi ke mall, dan lain-lain. Semua ini kehendak Kizashi. Masuk SMP dan SMA melalui jalur akselerasi, mengikuti sekolah kepolisian dan di berkahi dengan otak jenius, dia menuntaskan kuliah kedokterannya selama 4 tahun. Sampai sekarang, Sakura sendiri tidak tau kenapa dia menuruti permintaan ayahnya itu yang menurut orang-orang merenggut kebahagiaan masa remaja.
Kenapa Sakura menjadi kepala kedokteran di bidang forensik? Itu adalah keinginan dia sendiri, didukung juga oleh Tou-san nya, pemilik rumah sakit tempat dia bekerja. Menjadi agent polisi? Ini baru sepenuhnya permintaan Kizashi. Kizashi ingin sekali punya anak cowok dan mengharapkan anak itu bekerja di bagian kepolisian. Tapi, cita-cita nya tak tersampaikan karena Kaa-san Sakura, Haruno Mebuki, melahirkan anak cewek, yaitu Sakura. Dan harapannya makin pupus ketika mendengarkan penuturan sang dokter bahwa Mebuki hanya bisa melahirkan satu anak. It means, Sakura anak tunggal. Demi menggapai cita-citanya yang sempet stuck, Kizashi mengajari Sakura berbagai macam tentang senjata, karate, membiayai semua pendidikannya, dan lain-lain. Pelampiasan, eh? Itulah kehidupan Sakura.
CKLEK!
Suara pintu terbuka membuyarkan kestresannya yang dialami Sakura beberapa menit lalu.
"Permisi, dokter" kata seorang cowok dengan belasan temannya. Mereka menatap Sakura dengan tatapan takut. Mengingat sang boss emosian dan melampiaskannya ke barang apapun.
"Kalian dari mana?" tanya Sakura dingin. Dingin, tapi tajam dan menakutkan. Bisa dipastikan, mereka semua merinding mendengar suara dan aura mencekam Sakura. "da-dari… dari…" kata cowok tadi.
"Dari mana kalian?!" kini suara Sakura sedikit meninggi dan pastinya, di sertai aura hitam di belakangnya. Sakura, kau semakin membuat mereka bergetar ketakutan dengan hebatnya.
"Da-dari café, dokter" kata cowok itu dengan raut wajah memasrahkan diri kepada Kami-sama. "Apa-apaan kalian, huh?! Ini masih jam kerja! Kalian enak-enakan di café, sementara saya sedang tepar di rumah sakit!" bentak Sakura.
"Ma-maafkan ka-kami, dokter" kata cowok itu gagap. Gagap karena takut akan bentakan Sakura. "Baiklah, saya maafkan. Ingat! Sekali lagi kalian melakukannya, saya hanya utops gaji kalian sebesar 20%! Sekarang bubar dan gantikan saya di autopsi berikutnya! Saya ada keperluan di tempat lain" kata Sakura sambil mengambil tas hitamnya dan meninggalkan ruangan kerjanya sekaligus anak buahnya yang terbengong mendengar kecaman si boss.
'20%? Makan saja tak cukup apalagi bayar kos.' Mereka pun keluar dari ruangan Sakura dengan muka yang begitu sedih.
Sakura melewati koridor rumah sakit dengan sedikit tergesa-gesa. Satu lagi, Sakura selalu on time dan membenci kata 'terlambat'. Sesekali di sahutnya sapaan dari para suster maupun pasien yang berlalu lalang di dekatnya. Sesampai di parkiran, Sakura langsung menaiki mobil Avanza merah keluaran tebarunya dan berangkat menuju tempat tujuannya.
Di depannya sudah ada gedung berwarna abu-abu gelap yang menjadi tujuan mobilnya sedari tadi. Di parkirkan mobilnya dan sesegera mungkin dia memasuki gedung itu. 'Sedikit lagi' batin Sakura. Dia tergesa-gesa. Saking tergesa-gesanya dirinya, dia lupa melepaskan jas dokternya yang berkibar-kibar dengan bebasnya akibat angin. 'Hampir sampai,' dan…
BRAKK!
Sakura membuka pintu itu dengan kasar, mengagetkan orang-orang didalamnya. "Gomenasai, saya telat" kata Sakura. "Baiklah, Sakura. Silahkan duduk, rapat akan dimulai" kata seorang lelaki berusia kira-kira 30 tahun dengan rambut keperakanyang melawan gravitasi.
"Sekarang, kita mulai rapat ini. Di rapat ini saya akan menyampaikan beberapa kasus. Kasus pertama, di temukan potongan tangan di sebuah taman, Konoha Land dan di sebuah tempat didalam taman itu di beritakan ada seorang lelaki tewas. Aku ingin Sasuke dan Sakura yang mengatasi masalah ini. Kasus kedua, di temukan jasad di dalam sebuah koper, koper itu terletak di pantai Konoha Beach. Yang mengatasi masalah ini, Shikamaru dan Temari. Dan aku ingin kita bekerjasama lagi, Haruno Sakura" kata Kakashi–sang kepala kepolisian- kepada Sakura. "Ha'I, Kakashi-san!" kata Sakura mantap. "baiklah! Rapat bubar dan laksanakan tugas!" perintah Kakashi.
"Ha'i!"
"Saku-chan, tumben tadi kau datang hampir terlambat. Biasanya 15 menit sudah ada sebelum rapat terlaksana" kata Temari, sahabat Sakura. "kau tau, anak buah ku menyebalkan sekali! Aku tepar di rumah sakit, sedangkan mereka? Malah enak-enakan di café. Padahal masih jam kerja" gerutu Sakura dengan kesal. "sudahlah Saku-chan, minum gih! Biar goodmood nya balik" kata Temari sambil menyodorkan milkshake coklat. "Coklat?" Tanya Sakura bingung. "Yup. Coklat bisa ngubah badmood kita menjadi goodmod" kata Temari.
"Oh. Kamu pasti lagi senang banget." Temari mengernyitkan alisnya ketika mendengar perkataan sahabatnya pink-nya ini.
"Senang karena teammate-mu Shika" kata Sakura dengan senyuman menggodanya.
"Kamu bisa aja. Aku sama Shika udah pacaran lho" kata Temari. Nara menatap sahabatnya sejenak, terlihat jelas mata teal Temari berbinar-binar dan wajahnya berseri-seri.
"Masa'? cowok pemalas itu bisa kamu taklukin? Wah, kau hebat Tema-chan!" mereka pun ngobrol-ngobrol hangat yang terkadang di selipkan tawa yang hangat juga.
.
"Haah~ kenapa aku harus punya teammate seperti dia?" gerutu Sasuke, yang kini di temani dengan asisten cowoknya di ruangan Sasuke.
"Sudahlah, Sasuke-san. Lagian Sakura-san itu lumayan kok! Cocok sama anda" kata si asisten berambut kuning jabrik–Naruto.
"Apa?! Lumayan? Oke, yang kau katakan itu benar, tapi sifatnya itu terlalu serius" kata Sasuke kesal. "Justru bagus. Dengan gitu anda tidak bisa baca komik terus-terusan" kata Naruto.
"Tapi, kudengar, tenaganya itu seperti monster" kata Sasuke sambil merinding ketakutan. "Memang sih. Tapi, itu kan sisi uniknya" kata Naruto.
"Sudahlah, jangan bahas dia lagi!" teriak Sasuke kesal.
.
"Dokter, maaf saya tidak bisa membantu anda dalam menangani kasus ini. Saya mempunyai banyak jadwal autopsi untuk menggantikan anda. Tapi jika saya ada waktu, saya akan berusaha membantu anda" kata Hinata dengan rasa menyesal.
"Come on, Hinata! Di rumah sakit, kamu boleh memanggil saya dengan sebutan dokter. Tapi, kalau di kantor kamu cukup memanggil nama saya, Hinata" perintah Sakura.
"Baiklah, dok-maksud saya Sakura-san" kata Hinata. Meskipun Sakura meminta Hinata memanggil namanya, tetap saja Sakura berbahasa baku. Kalau Sakura sedang serius, dia akan berbicara dengan bahasa baku. Tetapi, jika hanya berbicara santai, Sakura akan memakai bahasa remaja. Kebanyakan, Sakura berbicara bahasa baku daripada bahasa remaja.
"Nggak apa-apa, Hinata. Seharusnya kau serahkan sama anak buahku yang lain saja! Kalau bisa, sih. Sepertinya, ini kasus bakalan panjang" kata Sakura santai dengan wajah yang menggambarkan bahwa dia sedang berpikir. "Saya akan membantu sebisa saya, Sakura-san" kata Hinata.
"Dan saya akan membukakan jalan agar kamu bisa berduaan dengan Naruto" goda Sakura. Hinata hanya bisa terkejut dan berusaha menyembunyikan rona wajahnya.
"Kamu kira saya penggosip? Justru tidak! Saya sudah menganggapmu sebagai teman sejak umur 17 tahun. Saya cukup mengenalmu" kata Sakura.
"Arigatou, Sakura-san. Apa anda mengenal teammate anda?" Tanya Hinata. "Uchiha Sasuke? Kenapa saya baru mendengarnya? Apa dia anak baru disini?" Tanya Sakura.
"Tidak, Sakura-san. Sasuke-san sempat mengambil cuti 5 tahun untuk study di Jerman" jelas Hinata. "Hn. Terus, apa prestasinya?" tanya Sakura lagi.
"Saya dengar, beliau sudah mengatasi beberapa masalah pembunuhan di Berlin, Munchen, dan di luar Negara Jerman termasuk Negara Jepang. Tapi… " Hinata menggantung kalimatnya, Sakura mengeryitkan alisnya bingung.
"Sikapnya sedikit childish dan cenderung salah mengambil tindakan. Tapi, jangan di ragukan! Tingkat analisisnya untuk memperkirakan akibat dari suatu kasus secara sementara lumayan akurat. Menurut saya, anda cocok bekerjasama dengan Sasuke-san" kata Hinata panjang lebar.
"Berapa umurnya?" tanya Sakura, ini yang terakhir untuk sesi tanya-bertanya!
"23 tahun." Nampaknya, Sakura sedang memikirkan sesuatu. '23 tahun? Umur yang cukup muda untuk menyandang prestasi semacam itu. Sepertinya dia akan menjadi teammate yang tidak buruk bagiku.'
TBC
Haah~~ selesai jiuga fic berchapter pertama ku. So, keep or delete? Just review!
