"Jangan !, jangan lagi !", suara teriakan kesakitan menggema didalam kegelapan, seorang pemuda berambut kuning dengan Whisker dipipinya, tubuhnya penuh dengan luka sayatan yang terus mengeluarkan darah.

"Katakan!, mengapa kau menyerang dan membunuh warga konoha !", seseorang memakai hitai ate konoha dengan rompi jounin yang dipakainya berdiri dihadapanya. Ia mengacungkan sebuah pisau kemudian menggoreskan perlahan dilehernya, tetesan darah mulai mengalir dari luka sayatan tersebut, berjalan menuruni tubuh sang pemiliknya karena tertarik gravitasi bumi.

" Argghhh, Hentikan ! ", Teriakan kesakitan terus menggema keras didalam ruangan tersebut, memecah keheningan yang terjadi.

" Aku, Aku tidak sengaja melakukanya !", jawab sang blonde berusaha melepaskan diri dari kursi dengan tangan dan kaki diikat dengan rantai yang diselimuti kanji fuin. Ia mencoba menahan rasa sakit disekujur tubuhnya, menutup matanya, dan mungkin hanya mati yang dia inginkan sekarang .

Mata birunya menatap kearah jounin berambut hitam dengan mata beriris merah dihadapanya. Memberikan sebuah tatapan kosong penuh keputusasaan.

"Kau tidak akan Lolos, meskipun kau seorang jinchuriki sekalipun !", seseorang didepanya menggoreskan perlahan pisau melintang kearah perutnya.

Rintihan kesakitan mengalun keras didalam ruangan tersebut, dan dengan sebuah katana sang jounin menusukkanya kearah perut orang yang duduk dengan tangan dan kaki terikat disampingnya.

" Argggh"

Teriakanya semakin keras ketika sebuah katana tersebut menusuk perlahan perutnya. Tak menghiraukan terikan kesakitan yang semakin menjadi-jadi, sang jounin menggerakkan katananya yang masih tertusuk diperut orang yang didepanya keatas menggores perlahan perutnya, menimbulkan teriakan rintihan kesakitan yang kian bertambah keras.

"Katakan sekarang !, kenapa kau lakukan hal menjijikan seperti itu !", kemudian menjambak rambut pemuda didepanya, tak menghiraukan katana yang masih menancap diperut sang blonde.

" A-aku, ti-tidak sengaja, A-a-ku ha-hanya i-i-ngin me-melindungi di-diri sendiri !", jawab sang blonde terbata-bata dengan menahan rintihan rintihan kesakitan yang berusaha keluar dari mulutnya. Wajahnya sekarang benar-benar menyiratkan raut kesakitan yang penuh dengan rasa keputusasaan.

Dengan tangan yang membawa sebuah palu, dia memukul wajah Naruto sekuat tenaga. "Arggggggg, Hentikaaan !"
Sebuah luka lebam berlumuran darah menyelimuti wajahnya. Namun seakan belum puas, ia memukul satu persatu setiap jari kakinya , beberapa kali, memastikanya cukup untuk menghancurkan setiap bagian dari tulangnya.
"Cukup, aku tidak kuat !", teriaknya keras, memohon untuk menghentikan perbuatanya.

"Aku tidak akan berhenti sampai kau mengatakan alasanya, tapi waktuku bermain hari ini telah habis, besok kita main lagi !, Uzumaki Naruto", Ucapnya sinis mengulum senyum sadisnya, kemudian melepaskan tanganya sang masih berada kepala pemuda bernama Naruto tersebut. Tanpa rasa belas kasihan sedikitpun Ia menggoreskan pisau yang berada digenggamanya melintang kedahi Naruto.

Dan tanpa menghiraukan rintihan kesakitan Naruto, Jounin tersebut mencabut katana dari perut sang blonde, kemudian pergi meninggalkanya sendirian dengan luka disekujur tubuhnya.

dreep, dukhh

Deritan pintu besi berderik, hingga pintu satu satunya ruangan tersebut ditutup dengan keras oleh sang jounin. Meninggalkanya sendirian bersama dengan

rasa sakit yang bersamanya.


Prolog Start

.

Disclaimer : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto, I'm just a Newbie Author who use his Naruto's character.

A Monster by Ardion Heart

Warning !

OOC, Smart, Dark, Strong, n Semi- Insane Naru, Typo tak terhitung, Bahasa Kacau, Ejaan tak menentu, Gaje parah, Gore berkelanjutan n Etc

No Lemon !, M for gore

So Enjoy it !

.

.

.

Aku tak pernah peduli kata orang lain padaku.

Tapi semua itu ada batasnya,

dan bayangkan

Apa yang kau lakukan jika berada diantara batas tersebut ?!


Naruto POV

Apa yang kau harapkan dan ingin kau ketahui tentang diriku, aku hanya manusia yang tidak bisa berbuat apa- apa. Perhatikan diriku baik-baik aku bahkan tidak bisa melepaskan diri dari tempat ini.

Umurku sekarang, mungkin 16 tahun, karena aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku merayakan sendiri ulang tahunku, karena aku memang tidak mempunyai punya siapa-siapa.

Lihatlah diriku, disiksa, siksa dan siksa atas apa yang tidak aku perbuat. Ya, seperti hukum rimba, yang kuat berkuasa yang lemah ditindas itulah keadilan yang benar-benar terjadi pada diriku.
Perlukah kuceritakan mengapa aku bisa berada disini.
Karena tidak ingin membuat kalian penasaran, lebih baik kuceritakan saja masa laluku.

Beberapa tahun lalu, saat umurku masih delapan tahun. Aku dikeroyok oleh puluhan, tidak bahkan ratusan warga konoha, dan jounin konoha pun hanya menatap seakan tak peduli padaku. Aku tidak tahu apa kesalahanku sehingga mereka mengeroyokku hingga sekarat. Dan Kenapa dengan para jounin-jounin tersebut, mereka bahkan tidak mau sedikitpun menolongku, bahkan aku melihat sekilas mereka malah memberikan sebuah sorakan. Sebegitu hina kah aku, tapi kenapa ?

Dengan chakra kyubi yang muncul dari tubuhku kemudian menyelimutiku, karena mungkin aku terlalu marah dan terdesak, dan tanpa sadar membunuh mereka semua.

Dan seperti perkiraanku, beberapa jam kemudian, aku ditangkap. Dan selama tiga tahun penuh aku dilatih menjadi senjata konoha. Dan membunuh dan membunuh hanya itu yang mereka perintahkan padaku.

Hingga pada beberapa bulan yang lalu aku tidak sengaja membunuh sepuluh jounin dan warga konoha karena mereka hendak membunuhku. Padahal itu bukan murni kesalahanku, mereka terbunuh karena ulah mereka sendiri. Dan tak lama kemudian mereka kembali menangkapku.

Apa aku salah karena aku melindungi diriku sendiri, dan hal itu yang terus menghantui pikirkanku sepanjang malam. Dengan sebuah keheningan yang selalu mengelilingiku, dan mungkin menjadi satu-satunya temanku yang selalu mengelilingiku.

Dan sekarang aku dikurung disini, didalam penjara bawah tanah Konoha, tanpa ventilasi. Disebuah ruangan berukura 2,5 meter dengan sebuah lampu pijar yang digantung dilangit-langit, yang menjadi satu-satunya penerangan diruangan ini.

Lihatlah orang yang beberapa jam yang lalu meninggalkanku setelah menyiksa sambil menanyaiku kenapa aku membunuh jounin dan warga konoha. Dialah Kazuki, yang selama beberapa bulan ini telah menjadi penyiksa pribadiku.

Disamping kiri kursiku, Sebuah meja kayu dengan sebuah laci berukuran kecil seakan mengejekku. Sebuah meja yang sama, tempat sang penyiksa pribadiku meletakkan mainanya. Dikurung, terisolasi dari dunia luar, dan bahkan aku lupa kapan terakhir kali aku menghirup udara bebas.

Dulu mereka mengatakan bahwa aku seorang prodigy, prodigy apanya ?, aku bahkan tidak bisa meluruskan tubuhku yang diikat kuat dengan rantai pada kursi ini.

Sakit, hanya kesakitan ,dan rasa sakit yang seakan menjadi makananku sehari-hari. Bahkan untuk menggerakkan tanganpun aku tidak bisa, dan ketika menatap seseorang yang menyayat-nyayat tubuhmu tanpa bisa melakukan apa-apa itu sakit, lebih sakit dari perkiraanmu.

Kini aku menatap ruangan kosong disekitarku, Sunyi, gelap, dan lembab dengan bau anyir karena terkena darahku sendiri. Sudah beberapa kali kucoba untuk melepaskan diri, tapi tidak bisa. Rantai- rantai ini semakin mengikatku erat dan menghisap chakraku ketika aku berusaha melepaskan diri.

Aku tak tahu sekarang aku harus melakukan apa. Aku ingin melihat kembali matahari, atau paling tidak bunuhlah aku sekarang. Diikat disebuah kursi, dengan celana lusuh yang belum pernah diganti sejak aku tertangkap. Untung saja setiap beberapa hari sekali aku diijinkan untuk melakukan urusanku dikamar mandi. Namun tetap saja dengan rantai yang dengan setia membelengguku.

Aku menatap sejenak genangan darah dibawah kursiku, darahku sendiri. Dan perlahan darah yang keluar dari lukaku mengalir turun kemudian menetes dari tempat dudukku. Memunculkan sebuah percikan yang terlihat indah sekaligus menakutkan.

Dengan perlahan aku memejamkan sejenak mataku sembari menahan rasa sakit disekujur tubuhku, tersirat ingatan ketika aku dipaksa menjadi senjata konoha, dan paksaan itu berasal dari para tetua sialan itu. Dan lupakan, itu hanya serpihan masa laluku. Kini aku memejamkan mataku berusaha tidur, tapi tak bisa. Rasa sakit ditubuhku tidak membiarkanku beristirahat. Dengan sedikit paksaan aku menutup mataku berusaha tertidur untuk melupakan sejenak rasa sakitku.
...

Mindscape

Aku menatap sebuah ruang kosong dengan genangan air didepanku, dengan perlahan aku melangkahkan tubuhku kedepan, sebuah penjara dengan fuin segel terpampang megah didepanku.

"Akhirnya kau datang juga Gaki", ucapan itu terdengar sangat mengerikan, tapi tidak untukku.

"Kyubi kenapa aku kembali ke tempat ini lagi.", tanyaku menatap sebuah monster rubah dengan sembilan ekor melambai lambai sedang menatap sinis padaku.

"Aku tahu, Kau butuh bantuanku !" jawabnya sombong menatap kearahku.

"Kenapa ?, kenapa hal ini terjadi padaku?, Kenapa aku harus melalui semua ini ?", tanyaku bertubi tubi menatap kearahnya.

Sang biju menyeringai padaku. " Karena Kau lemah !", ucapnya santai dengan seringai khas rubah yang terus dia lakukan.

'Aku, lemah. aku lemah !, lemah! ,lemah!, lemah!, LEMAH !', ucapan itu terus terngiang dalam pikiranku bagaikan kaset yang telah rusak.

"Kau tahu kenapa kau dibenci warga konoha ?", tanyanya menatapku. Aku hanya menggelengkan kepalaku karena aku memang tidak tahu.

" Karena, Kau adalah jinchuriki, jinchuriki dari kyubi yang menyerang konoha 15 tahun lalu", mata merah dengan pupil hitam khas rubah menatapku dari balik jeruji .

"Dan mereka hanya seorang pateic yang bodoh karena dan menyerangmu hanya karena kau adalah jinchuriki dari kyubi, jinchuriki diriku", lanjutnya semakin menatapku tajam.

"Tapi apakah kau sekarang membenci konoha ?", tanya sang biju kepadaku, menggerakkan kesembilan ekornya dihadapanku.

"Ya, Aku sangat membenci mereka semua, Bahkan aku ingin membunuh mereka satu persatu !", teriakku kearah sang biju.

" Katakan padaku, siapa yang menyegelmu didalam tubuhku, selama ini kau selalu menutupinya dariku ?", aku menatap tajam sang biju yang tersenyum angkuh padaku.

"Yondaime !, ayahmu sendiri !", jawab sang kyubi menatapku tajam, dengan kesembilan ekornya yang terus bergerak mengincarku.

"Tidak mungkin !, yondaime yang melakukan semua ini!" tolakku memegangi kepalaku.

'Tidak mungkin, yondaime yang selama ini aku kagumi ternyata yang melakukan hal ini', batinku berusaha membendung rasa marahku.

"Tidak mungkin !", teriakku keras.

"Itu terserah padamu, yang terpenting aku mengatakan hal yang sebenarnya padamu gaki", jawab sang biju.

" Kau tahu kenapa regenerasimu sangat cepat ", tanya sang biju menatapku. Aku menggeleng perlahan karena memang aku tidak mengetahuinya.

" Karena chakraku, aku berusaha membuatmu tetap hidup ", jawab sang biju dengan seringai khas rubah miliknya.

" Tapi kenapa kau membuatku tetap hidup, padahal jika aku mati aku tak perlu melalui semua ini", Aku balik menatap tajam biju didepanku.

"Karena, aku kasihan padamu dimanfaatkan, disiksa tanpa membalas apa yang mereka lakukan padamu, dan juga aku akan terkurung dalam segelmu jika kau mati!' ucap sang biju berhasil menjawab rasa penasaranku.

"Bisa kau membantuku, Kurama, kau tahu bagaimana keluar dari tempat ini?, aku ingin membalas mereka ", tanyaku penasaran menatap kyubi yang terus menggerakkan ekornya.

"Tidak bisa, chakraku selalu terhisap saat keluar dari tubuhmu", jawab sang biju dengan seringai rubah yang seakan tak pernah berubah.

" Tapi, aku akan tetap membantumu ", lanjut kurama.

" Maukah kau tetap menjadi partnerku ?, kali ini untuk membantuku membalaskan dendamku pada konoha", pintaku menatap sang Kyubi yang seakan tersenyum angkuh padaku.

"Baiklah gaki, jika memang itu keputusanmu akan kubantu kau membalas dendamu pada konoha", ucapnya walaupun aku mendengar sebuah keraguan pada perkataanya.

"Bagaimana dengan dia ?", tanyaku menatap kurama yang berdiri didepanku.

" Dia, aku akan membangkitkanya tetapi bersabarlah walaupun sepertinya akan sedikit mudah mengingat kebencianmu yang semakin besar ", jawabnya menatapku.

" Kurama, kau memang teman terbaikku !", jawabku datar, Sementara Kurama sang kyubi hanya menyeringai padaku.

Dalan keheningan aku kemudian berjalan meninggalkanya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Berjalan dengan pikiran kosong menatapnya dari kejauhan.

Hingga, aku tersadar dari lamunanku, menatap ruangan yang sama, aku menghiraukan bau anyir yang terus menyeruak kedalam indera penciumanku. Seperti perkiraanku, seseorang dengan wajah ditutupi topeng. masuk membawa sebuah mangkuk berisi makanan dan sebuah botol air.

...

'Sudah waktunya ternyata',

Aku tahu mereka tidak akan membiarkanku mati kelaparan karena aku masih senjata mereka, senjata konoha. Mereka tidak akan membuat senjata mereka hilang dengan membunuhku. Ia berjalan mendekatiku kemudian tanpa rasa belas kasihan menguapiku dengan kasar.

'Lupakan soal konoha, aku ingin membunuh orang ini dulu, dengan tanganku sendiri !', batinku berusaha menelan sebuah bubur yang rasanya bahkan anjing sekalipun tidak akan mau memakanya. Tapi apa boleh buat aku harus memakanya atau aku akan mati karena kelaparan.

Dan kemudian dia memaksaku meminum air yang dibawanya meskipun aku berusaha menolaknya dengan menggelengkan kepalaku. Ia tetap memaksaku hingga tetesan air yang tumpah tersebut mengenai luka-luka ditubuhku, menambah rasa sakit yang beberapa menit lalu aku rasakan.

Aku dengan tersedak-sedak berusaha menelanya, Yah walaupun rasanya sama sekali tidak terasa enak, tetapi cukup untuk mengurangi rasa hausku untuk beberapa hari kedepan.

Kemudian tanpa mengatakan sebuah katapun ia meninggalkanku seorang diri, sendirian ditempat yang sunyi dengan pencahayaan yang membuatnya kian mencekam yang bahkan seseorang setingkat kage sekalipun tidak akan sanggup berada ditempat ini selama lebih dari satu hari.

Berada ditempat yang gelap, sunyi, dan sempit, berbau anyir dengan tubuh yang penuh luka. Sungguh seorang bermental baja sekalipun perlahan akan menjadi gila karnanya. Tapi tidak denganku aku sudah terbiasa, kalian boleh menganggapku gila. Tapi percayalah, aku masih waras dan kini aku ingin menuntut balas pada mereka. Perlahan aku menarik nafasku dalam-dalam.

"Aku bencimu konoha !", Aku berteriak keras dan suaraku hanya menggema tak dihiraukan oleh siapapun, karena hanya aku yang sendirian ditempat itu.

"Aku ingin melihatmu hancur didepan mataku sendiri, Tetua sialan !"

Aku memejamkan mataku, menarik nafas dalam-dalam kemudian berteriak keras.

"Aku, membencimu KONOHA !", Teriakku keras menggema keseluruh bagian ruanganku, dan lagi pula tidak akan ada yang mendengarkan teriakanku.

" Bersiaplah !, karena kalian telah menciptakan musuh kalian sendiri !", lanjutku menatap kesekitar ruangan tempatku duduk, menggenggam erat rantai yang mengikat tanganku.

...

.

To Be Continue


Terlalu pendek ? Yah karena masih prolog. Chapter berikutnya bakal lebih panjang dari ini. Dan juga fic ini akan diupdate segera setelah fic sebelah di update. Dan seperti biasa, jika punya opini atau kritik atau mungkin mau memberi saran untuk adegan gorenya, bisa tulis di kolom review atau pm.

So, See you in next Chapter

Ardion's heart

..

.

.

Logout


Next Chapter

[Dark]