Summary :

Dia mengkhianatiku. Dia hanya membohongiku, pria yang ku kagumi sejak SMP, tidak sejak 10 tahun yang lalu, pria impianku tidak pernah mencintaiku. Pahlawanku, Kuroichi, ternyata eorang penipu. Aku akan balas dendam untuk ini semua.

Pairings :

IchiRuki, KaienRuki, RenRuki, HitsuHina, IchiHime, IshiHime

Disclaimer :

Bleach adalah sebuah maha karya mili Kubo-senpai tapi fic ini asli milik saya :D

Story Brought Memories to The Future

"Eh? Sekarang tanggal berapa ya?" seorang gadis bertubuh mungil mencoba mencari kalender yang berada di atas sebuah meja mahoni dengan ukiran-ukiran indah.

"Ah! Betapa bodohnya aku! Sekarang kan hari ulang tahunnya, bagaimana bisa aku lupa? Aku harus segera menyiapkan makanan dan hadiah. Sepertinya ini akan menjadi hari yang sangat sibuk dan juga menyenangkan," papar gadis itu sambil tersenyum-senyum sendiri membayangkan ekspresi dari orang yang akan diberinya hadiah pada hari ulang tahunnya, hari itu.

"Rukia-sama, nona hendak kemana?" tanya seorang pria berjas hitam dan kemeja putih bertubuh besar dan kekar dengan rambut merah panjang terikat rapi dan juga tattoo di bagian alisnya yang membuatnya terlihat kuat.

"Aku hendak ke rumah Hinamori-chan, Renji, ada yang salah?" gadis berwajah manis dengan tubuh mungil itu balik bertanya pada orang dengan rambut merah tadi yang ternyata bernama, Renji.

"Tentu saja tidak apa-apa jika Rukia-sama hendak ke rumah Hinamori-san, tapi lebih baik bersabar lah, mobilnya akan segera saya siapkan," tukas Renji dengan penuh sopan santun.

"Tidak perlu, aku tidak ingin naik mobil, aku ingin menikmati pemandangan sore hari sambil berjalan, lagipula rumah Hinamori-chan tidak terlalu jauh, aku bisa ke sana sendiri dengan berjalan kaki," ucap gadis mungil yang bernama Rukia itu.

"Tapi Rukia-sama …" bantahan Renji langsung dipotong oleh Rukia. "Kau pasti mau bilang kalau ini perintah Otou-san, kan? Demi menjaga nama baik Kuchiki? Tapi tolong untuk satu hari ini saja Renji, izinkan aku untuk pergi sendiri," Rukia mengucapkan kata-kata tersebut dengan wajah yang sedih sambil menatap Renji dengan air mata yang telah menumpuk di pelupuk matanya. Renji pun tak tega melihat nona yang telah lama ia cintai itu menangis, akhirnya ia dengan berat hati melepaskan tanggung jawabnya pada nona manis yang sangat ia sayangi itu.

"Baiklah kalau itu maumu, Rukia-sama," ucap Renji dengan senyum tipis penuh arti.

Rukia yang mendengarnya pun sangat senang karenanya, ia pun berterimakasih pada Renji yang memang merupakan pelayan, sahabat terbaik, dan juga orang yang paling dekat dengannya dibandingkan Otou-san nya.

"Benarkah Renji? Aku sudah tahu kau memang sahabat terbaikku!" ucap Rukia keras-keras dengan nada yang penuh dengan keceriaan dan juga senyum yang mengembang, Renji pun tersipu melihat senyum manis yang sudah dimiliki Rukia sejak dari dulu. Kebaikan hati Rukia dan juga senyumannya lah yang berhasil membuat Renji menyadari bahwa ia mempunyai suatu rasa yang lebih pada nonanya itu.

Rukia pun sudah bersiap-siap melangkahkan kakinya ke arah pintu belakang yang memang tidak terlalu ketat penjagaannya. Kuchiki Mansion memiliki penjagaan ketat. Mansion tersebut dilengkapi dengan 13 pelayan, 7 security, 3 supir, dan satu kepala pelayan yaitu, Renji Abarai. Rukia Kuchiki, seorang gadis cantik nan manis bertubuh mungil dengan rambut hitam sebahu dengan mata violet yang indah dan juga senyum yang menawan, dia adalah anak dari seorang konglomerat keturunan bangsawan Kuchiki, ayahnya Byakuya Kuchiki, adalah seorang pengusaha muda tampan kaya raya yang termasuk dalam 5 pengusaha tersukses sedunia. Ibunya , Hisana Kuchiki, meninggal di waktu muda saat Rukia berumur 3 tahun, Rukia tidak ingat wajah ibunya kalau saja tidak ada foto ibunya bersama dengan ayahnya dan juga ia yang saat itu baru saja lahir. Tak banyak yang Rukia ketahui tentang ibunya, yang ia tahu, ibunya cantik, baik, cerdas, dan juga pintar memasak, dan satu lagi wajah ibunya sangat mirip dengannya tentu saja dengan postur tubuh yang lebih tinggi, itu kata ayahnya.

Sebelum Rukia menyentuh knop pintu berkayu cendana itu, Renji memanggil namanya dengan lembut.

"Rukia-sama …" panggil Renji.

Rukia pun menengok karena merasa namanya dipanggil, "Iya, ada apa lagi Renji?"

"Hati-hati di jalan," Renji mengucapkannya dengan sorot mata yang penuh perhatian.

Rukia tersenyum mendengarnya,"Tentu saja, Renji, aku akan selalu mendengarkan apa katamu," ucap gadis itu mantap sambil memamerkan senyum manisnya. Renji tersenyum dan kemudian berbalik badan dan hendak keluar dari ruang belajar tempat Rukia senang menghabiskan waktunya.

"Ah Renji! Tunggu!" sahut Rukia keras.

"Ada apa Rukia-sama?" tanya Renji.

"Bisakah kau tak memanggilku Rukia-sama? Aku agak risih mendengarnya, kita sudah saling mengenal sejak lama, kau ingat? 10 tahun! Aku lebih senang kau memanggilku Rukia saja," pinta Rukia lembut.

Renji pun tersipu mendengar permintaan nonanya itu, ia hendak menolak, tapi mau bagaimana lagi? Toh, ia tidak pernah bisa melawan permintaan Rukia.

"Baiklah, Rukia," ucap Renji dengan suara pelan sekali.

"Terimakasih Renji, kau memang teman terbaikku! Aku menyukaimu! Amat sangat menyukaimu Renji!" ucap Rukia dengan suara keras, dengan penuh rasa bahagia. "Kau selalu mengucapkan hal itu, selalu, Rukia," bisik Renji lirih. Rukia pun memeluk Renji sebelum ia bergegas pergi ke rumah Hinamori dan orang yang berulang tahun itu.

"Ru.. Rukia, ini apa aduh," detak jantung Renji berdetak lebih cepat dan wajahnya kini telah sewarna dengan rambut panjangnya.

"Kau teman terbaikku, selamanya," bisik Rukia di telinga Renji.

"Ya, aku tahu, terimakasih kau telah menganggapku teman terbaikmu, Rukia," ucap Renji penuh arti. Rukia pun melepaskan pelukannya dari Renji dan sudah bersiap-siap lagi menuju pintu belakang.

"Baiklah Renji, sekarang aku benar-benar harus pergi aku sudah ada janji dengan Hinamori-chan, aku pergi dulu ya," Rukia pun pergi setelah mengatakan kalimat itu dengan wajah penuh senyuman indah.

"Teman terbaik, ya? Dia hanya menganggapku 'teman terbaik' tak lebih, haaah sepertinya memang tidak mungkin, status kami kan berbeda," Renji terkikik kecil lalu kemudian memasang wajah sedih.

"Rukia kau memang tidak tergapai, kau terlalu mencintai lelaki berambut hitam itu, Kaien Shiba, awas saja kalau kau sampai berani membuat Rukia menangis," ucap Renji dengan nada serius sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celanannya lalu kemudian ia berbalik menuju pintu ruangan tersebut.

Rukia menapaki jalanan aspal dengan pemandangan sore yang cukup indah di pinggiran Kota Tokyo. Lewatlah sekelompok anak-anak yang sedang memainkan permainan setan warna.

"Orange! Ayo orange!" teriak seorang anak kecil berambut spike hitam.

"Ah itu kan susah Hisagi-kun," kata seorang gadis kecil berambut merah muda. "Ganti warna lain saja," pinta gadis itu lagi sambil setengah merengek.

"Jangan Hisagi! Biarkan saja anak cerewet yang satu itu! Jangan diganti!" teriak seorang pemuda tanpa rambut.

"Ikaku-kun jahat! Aku bukan anak cerewet, aku Yachiru! Rasakan pembalasan Yachiru dasar botak!" bentak gadis kecil berambut merah muda tadi yang bernama Yachiru.

"Apa? Aku tidak botak! Dasar pink pendek! Awas kau!" bentak Ikaku, bocah laki-laki tanpa rambut tersebut sambil berlari dari kejaran Yachiru.

"Hey, Ikaku, Yachiru-chan, kita jadi bermain setan warna tidak?" tanya anak laki-laki berambut spike hitam, Hisagi.

"Tidak jadi! Aku mau membalas perbuatannya!" ucap Yachiru dan Ikaku bersamaan.

Rukia yang melihatnya jadi tertawa kecil, "Anak kecil itu memang selalu seperti itu ya lucu,". Samar-samar masih terdengar teriakan dari anak-anak tadi yang meneriaki nama satu sama lainnya. Rukia pun jadi teringat akan masa lalunya, ia hanya pernah memainkan permainan itu sekali, saat bersama teman lamanya yang hilang, setan warna adalah permainan yang membuatnya teringat akan seseorang, pahlawan masa kecilnya, seseorang yang ia hormati dan tak kan pernah ia lupakan, "Kuroichi ...." ia mengatakannya dengan nada yang sangat lirih. "Apa? Apa yang ku katakan? Sekarang aku sudah punya Kaien-senpai, dia adalah pahlawanku yang sesunggunya," Rukia mengatakan hal itu dengan senyuman yang tulus tapi entah mengapa terdengar seperti sedikit dipaksakan."Aku harus segera ke rumah Hinamori-chan sudah hampir sore, dia pasti sudah menungguku daritadi," tegas Rukia. Ia pun mempercepat langkahnya menuju rumah Hinamori.

TO BE CONTINUED

NB : maaf kalo bagian IchiRuki nya belom muncul di sini gomen ne, soalnya ini baru prolog huhuhu saya lagi punya banyak deadline jadi harus bagi-bagi waktu, tapi saya janji mungkin besok atau lusa saya akan nampilin bagian IchiRuki, gomenassai readers T.T