"Ah, ini dia! Akhirnya Seidou menurunkan ace mereka. Furuya Satoru diturunkan pada saat inning terakhir!" seru komentator.
"Furuya rasanya hari ini tampak prima. Dan lemparannya semakin cepat," ucap Owada, salah satu wartawan majalah dibangku penonton.
"Ya, karena Sawamura dan Kawakami telah bermain baik di inning sebelumnya, momentum pun berpihak pada Seido. Dan tentunya Furuya tidak mau usaha rekan-rekannya sia-sia, jadi dia harus tampil prima," jawab Mine pada rekan perempuannya itu.
"STRIKE! Batter Out!"
"Furuya-kun berhasil meng-out 2 pemukul," ucap seorang lelaki berkacamata di bangku penonton. Matanya agak sipit, berkulit pucat, dan berambut hitam dengan poni belah. "Pelatih sangat berharap dia masuk tim kita setelah ia lulus. Bagaimana menurutmu, Fushimi-san?"
"Entahlah. Dia memang hebat dengan kecepatan lemparan 150 km/jam, tapi dia tidak cukup mengerikan," ucap pemuda ramping disebelahnya.
"Fushimi-san orangnya keras sekali. Padahal lemparannya itu mengerikan. Aku tak bisa bayangkan jika aku menjadi batter-nya. Lemparan 150 km/jam sangat langka dijumpai apalagi anak SMA."
"Hm," laki-laki bernama Fushimi itu mendengus dengan seringai. "Amai ne…"
"He?! Maksudnya? O-oi! Fushimi-san! Mau kemana?"
Fushimi yang berjalan menjauh menoleh, "Mau pulang."
"Tapi pertandi-"
"Pemenangnya sudah kelihatan. Tidak perlu menontonnya sampai akhir."
.
.
.
~o~
~oO0Oo~
"Bagimu apa itu ace? Apa yang harus dilakukan seorang ace?"
~oO0Oo~
~o~
.
.
.
Disclaimer: Ace Of Diamond belong to Terajima Yuuji
Genre: Drama, Sport
Diamond No Ace Fanfiction:
.
.
.
Sawamura Eijun berlatih seorang diri di lapangan dalam. Entah sudah berapa lemparan ia lakukan dan sudah berapa bola yang ia pungut dan ia lempar lagi dan lagi. Keringat banyak bercucuran di pelipis dan lehernya. Jam dinding sudah menunjukan pukul 1 pagi. Mungkin sudah saatnya dirinya tidu rkembali, begitu pikir Sawamura. Bola yang berceceran pun ia kembali pungut dan menaruhnya di keranjang. Pada bola terakhir, Sawamura terdiam menatapnya. Dimainkannya bola itu dengan menggenggamnya bergantian. Kiri kanan kiri kanan. Lalu tersenyum.
"BRAK!
Suara pintu geser terbuka secara kasar.
"Koraaaa…. Sawamura…..!" teriak pelaku pembuka pintu dengan wajah sangar.
"Ku-Kuramochi-senpai?!"
"Sudah kuduga kau ada disini…." Ucapnya lagi dengan suara yang berat.
Sawamura yang ketakutan akhirnya pasrah dikunci badannya oleh Kuramochi dengan teknik beladiri yang dipelajari dari video game sambil terus bergumam, "Sui..ya…sen… Sui…masen…"
.
.
.
"Kau kenapa Kuramochi? Wajahmu lucu sekali," ucap pemuda berkacamata alias Miyuki.
"Diamlah, Kuso Megane!" seru Kuramochi.
Seperti biasa duo senpai klub baseball yang menjabat sebagai kapten dan wakil kapten itu ngobrol di kelas saat jam istirahat (karena tempat duduk mereka dekat).
Kantong mata hitam nampak jelas di wajah Kuramochi yang tampang yankee-nya nggak hilang-hilang meski sudah tobat dari dunia ke-yankee-an(?). Miyuki garuk-garuk kepala merlihatnya.
Sejahil-jahilnya dan sebrengsek-brengseknya (mulut) Miyuki, sebagai kapten dia harus peduli apalagi pada wakilnya. Jadi dengan berbaik hati ia menanyakan Kuramochi barang kali ada sesuatu. Kalau shortstop ini ada masalah dan tidak dapat fokus pada pertandingan dan akhirnya bermain jelek, dirinya juga yang repot.
"Sebenarnya ada apa? Pagi-pagi wajahmu kusut begitu? Ada masalah dengan teman sekamarmu?" tanya Miyuki.
"Sawamura−"
"Yappari na."
"Dengerin dulu aku ngomong!"
Whao. Bahkan tensinya lebih naik dari biasanya. Miyuki wajib hati-hati.
"Sawamura akhir-akhir ini sering bangun malam dan diam-diam latihan."
"Bukannya itu biasa. Biasanya juga dia suka lari malam-malam di lapangan."
"Yah, memang tapi ini malam, lho. Tidak maksudku pagi. Jam 1 pagi. Dan itu sudah seminggu, tahu!"
Miyuki mengerutkan kening. Kalau diingat-ingat, rasa-rasanya ia pernah mendengar Kanemaru yang marah-marah pada Sawamura karena jatuh tertidur dan terpaksa di gotong ke UKS.
"Haaah…" Kuramochi menghela nafas. "Meski sudah kunasehati berkali-kali, ia tetap saja latihan sampai dini hari. Aku juga tidak tahu apa baiknya harus bilang ke pelatih atau tidak. Oi Miyuki, kau kan pasangan battery-nya, kenapa kau tak nasihati dia?!"
"Meski kau bilang begitu… Dia itu bodoh dan keras kepala. Aku tak yakin dia mau dengar. Lagian sebagai kakaknya harusnya kau yang lebih tahu bagaimana menasihatinya."
"Siapa yang kau maksud 'kakaknya', boge!"
.
.
.
Miyuki terbangun ketika samar-samar terdengar suara dari ranjang sebelah. Miyuki diam-diam membuka matanya dan melihat lampu meja yang menyala. Adik kelas 1 sekaligus teman sekamarnya telah bangun dan membuka pintu hendak keluar dengan sehelai jaket abu-abu.
"Okumura?"
Dilihatnya jam beker yang menunjuk pukul 12 lewat beberapa menit.
.
.
.
"Kau ini sebenarnya anak yang nakal ya, senpai."
Sawamura yang tengah bermain-main dengan bola menoleh. "Oh, ternyata kau, Okumura."
"Jika pelatih tahu, kau bisa diberhentikan sebagai tim regular, lho."
"…"
"Akhir-akhir ini kau lebih tenang, senpai. Semua jadi membicarakanmu. Para senpai bilang rasanya aneh melihatmu setenang ini."
"…"
"Apa sesuatu terjadi? Kau begini setelah dari Okinawa."
"Maaf. Aku hanya kepikiran sesuatu."
"Apa yang kalian lakukan?" suara terdengar di arah pintu. Miyuki Kazuya tengah bersandar di muka pintu.
"Miyuki-senpai?"
"Ini sudah malam, kalian tahu. Terutama kau Sawamura. Sudah hampir seminggu ini kau melewati jam malam dan mengabaikan nasihat Kuramochi. Kalau besok kau begini lagi, akan kulaporkan pada pelatih."
"Ehk! Kh! Ma-maaf."
"Okumura juga. Kembali ke kamar."
Kedua kouhai Myuki itu pun diam menurut. Mereka berjalan bertiga dalam diam. Sejujurnya Miyuki merasa aneh dengan suasana ini. Sampai mereka berpisah menuju kamar masing-masing pun masih diam. Hanya ada kata "Oyasumi" yang terucap.
Beberapa menit setelah Okumura dan Miyuki terpisah dari Sawamura, Miyuki memulai buka suara, "Sejak kapan kau dan Sawamura berbaikan?"
"Hm?"
"Ie. Seingatku kalian masih bersitegang."
"Kami tidak mungkin terus-menerus bertengkar. Aku bukan anak kecil lagi."
"Ah. Sou. Baguslah kalau begitu."
Saat sampai di muka pintu, tangan Miyuki yang tadinya hendak memutar kenop langsung terhenti dan memandang Okumura serius.
"Apa kau tahu apa yang terjadi pada Sawamura?"
"Maksud senpai?"
"Beberapa waktu yang lalu, kau dan Sawamura tiba-tiba tak datang latihan dan menghilang selama seminggu. Secara mengejutkan wali kelas kalian bilang kalian telah mengirim surat izin tidak mengikuti pelajaran karena ada acara keluarga. Setelah kalian kembali Sawamura terlihat lebih tenang dari biasanya. Sebagai battery-nya yang sering latihan bersama tentu aku menyadarinya meski dia masih berisik, sih. Tapi sudah seminggu ini Sawamura jauh lebih tenang. Apa kau tahu sesuatu?"
"Entahlah. Aku tak tahu apapun."
"Benarkah begitu?"
"Ha?"
"Izin sekolah karena acara keluarga itu bohong, kan? Saat kembali ke sekolah tidak hanya Sawamura yang agak tenang tapi juga jarak kalian yang semakin dekat. Tentu saja aku lega mengetahui kalian menjadi dekat. Tapi itu membuatku berasumsi ada sesuatu saat kalian yang tiba-tiba pergi itu. Kalian pergi bersama, kan? Kemana? Apa yang terjadi?"
Okumura diam sebentar. "Kami tidak dekat seperti yang kau lihat."
"Jangan salah paham. Aku ini kapten. Dan aku tidak mau direpotkan saat pertandingan nanti."
Okumura kembali diam sebentar. "Sejujurnya… aku pun kurang tahu apa yang ada dipikiran Sawamura-senpai saat ini. Ia sendiri tidak berkata apapun padaku dan hanya memendamnya sendiri."
"Apa yang terjadi? Apa itu ada hubungannya dengan kalian yang menghilang saat itu?"
"Entahlah. Tapi kami memang pergi bersama seperti yang senpai katakan. Kami hanya mengunjungi tempat dimana Sawamura-senpai tumbuh saat ia kecil, saat ia pertama kali berlajar melempar."
"Jadi kalian ke Nagano."
"Okinawa."
"Okinawa? Sawamura dari Okinawa? Bukannya Nagano?"
"Eh? Tapi aku sempat bertemu wanita bar yang mengaku kakaknya. Ah! Mungkin Sawamura-senpai orang Nagano yang tingal di Okinawa waktu itu."
"Mungkin ya…" Miyuki sweatdrop. "Lalu apa hubungannya dengan keadaan Sawamura yang sekarang."
"Kemungkinan… karena… teman masa kecilnya?"
Mata Miyuki berkedip-kedip. "Ha?"
.
.
.
"Yak! Ini dia pertandingan antara SMA Seiko dan SMA Seidou. Siapa yang akan memenangkannya? Apakah Seiko mampu membalas kekalahannya di turnamen lalu?"
Dibangku cadangan, Miyuki memperhatikan para pemain Seiko lalu beralih ke Sawamura.
Sawamura tampak mengobrol dengan Toujou dengan antusias. Mungkin tengah berdiskusi sesuatu karena kadang-kadang Toujou-lah yang menjadi penasihat Sawamura dalam urusan lempar-melempar sebelum tanding, selain dirinya dan Chris-senpai tentunya.
Mungkin memang tak ada yang perlu dikhawatirkan, begitu pikir Miyuki.
Semua pemain berkumpul dalam lapangan dan memberi hormat kepada lawan. Pertahanan pun dimulai oleh Seidou. Dengan yang menjadi pelempar awal adalah Kawakami.
"Play ball!" teriak wasit tanda bahwa permainan dimulai.
"Di babak pertama, penyerang dimulai dari SMA Seikou. Pemukul pertama, chatcher, Masu-kun."
Kawagami mulai melempar setelah Miyuki memberi aba-aba. Dua kali ball dan dilemparan ketiga Masu memukul bola dan foul, dilanjutkan dengan lemparan ke-empat. Masu berhasil melakukan hit, namun dengan cepat second baseman, Haruichi berhasil menangkapnya dan melemparnya ke base 1.
"Out!"
"Nice pitch!" teriak supporter.
"Pemukul kedua, second baseman, Tamaki-kun."
Kawakami berhasil bermain baik dan membuat pemukul kedua berhasil di-out dengan lemparan lurus ke zona strike meski pemukul tersebut sempat memukul namun foul sebanyak 3 kali.
"Pemukul ketiga, pitcher, Tachibana-kun."
Seorang pemuda berwajah tampan tinggi sekitar 180 cm pun membungkuk hormat. Dibanding pemain Seiko yang lain, tubuhnya yang paling kecil (atau ramping) namun masih terlihat otot-otot kekar di balik bajunya dan wajahnya lebih ramah.
Wartawan majalah baseball, Mine Fujio dan Oowada Akiko yang duduk di bangku penonton sempat terkejut.
"Pemukul ketiganya anak kelas 1 dan dia pitcher, artinya dia yang akan menjadi starter, kan?" ucap Oowada.
"Mungkin Seiko ingin mencoba hal baru atau hanya ingin menguji pemain baru. Tapi yang jelas memasukan pemain baru sebagai starter rasanya cukup berani," ucap Mine.
"Pemukul ketiganya anak kelas 1. Tidak ada data tentangnya, jadi kita lihat permainannya dulu," bathin Miyuki sembari memberi aba-aba.
Kawakami mengangguk lalu melempar.
"Ball!"
Miyuki kembali membathin, "Anak ini tak bereaksi sama sekali. Mungkin dia ingin memperhatikan dulu atau tipe yang membiarkan lemparan pertama. Kita coba kearah sini."
Kawakami yang telah menangkap aba-aba pun melempar.
"Ball!"
Dan lemparan selanjutnya.
"Strike!"
"Anak ini tidak bergerak sama sekali," bathin Miyuki lagi.
"Orang ini punya kontrol yang bagus. Tapi harus kupukul," bathin Tachibana masih terdiam menatap Kawakami.
Lemparan selanjutnya. Tachibana bergerak memukul namun cepat ditariknya.
"Strike!"
"Kalau saja dia bat-nya tak terayun harusnya itu ball, ya," ucap Mine.
"Yosh. Dia bergerak."
"Apa yang kau lakukan, Tachibana! Pukul!"
"Jangan gugup! Kau pasti bisa!"
"Jika tak bisa pukul biar aku yang gantikan!" seru Ogawa dengan aura membara membuat rekan yang berada di dekatnya sweatdrop.
"Dia masih kesal karena nggak jadi pelempar pertama…"
Suara-suara dukungan dari bangku cadangan Seiko terdengar. Tachibana menghembus nafasnya panjang tanpa bergeming sedikitpun. Lemparanpun dilakukan dan−
TANG!
"Terpukuul…! Bola melambung jauh ke area luar! Pemain baru, Tachibana berhasil memukul lemaparan Kawakami dan langsung berlari ke base 1."
Penonton pendukung Seiko bersorak. Disisi lain Seido dan supporternya terkejut.
"Dia… berhasil memukul lemparan sliders! Sejak tadi ia sama sekali tak bergerak baik posisi berdirinya ataupun genggaman bat-nya. Pemukul seperti dia sangat sulit diterka."
.
.
.
"Anak kelas satu itu benar-benar jadi pelempar pertama…"
"Bukannya terlalu cepat?"
Berbagai komentar terlontar di bangku penonton.
Tachibana memainkan gundukan dengan kaki kanannya. Matanya melihat kesana kemari dan akhirnya memandang bangku cadangan Seidou.
"Emp!" Bahunya menyengit dengan wajah yang penuh keringat. Dilihatnya para pemain Seidou yang beberapa diantara mereka memandangnya dengan tajam, seperti Zono dan Yuuki dengan aura semangat tempur.
"Ko-kowaii~"
Tachibana pucat seketika.
"Play ball!" teriak wasit.
"Pemukul pertama, shortstop, Kuramochi-kun."
"MOCHI-SENPAI! AGRESIF! AGRESIF!"
"Berisik, Sawamura!" Kanemaru menghardik.
Setelah aba-aba dari chatcher diterima, Tachibana langsung melempar dan langsung mendapat strike. Kuramochi terdiam sejenak. Dilemparan kedua dan ketika Kuramochi mencoba mengayun tapi gagal. Strike out.
"Lemparannya semua straight. Tapi mungkin dia punya lemparan rahasia. Hati-hati," ucap Kuramochi memperingati.
Meskipun begitu pemukul kedua pun terkena strike out.
Pelatih Ochiai yang duduk di depan –seperti biasa mengelus jenggot dengan kepala mendongkak angkuh− tak bisa menyembunyikan ekspresi bingungnya. "Semua lemparan straight dan kecepatannya paling sekitar 125 – 130 km/jam, kenapa tak ada yang bisa memukulnya?" ucapnya dalam hati.
"Pemukul ketiga, second baseman, Kominato-kun."
"Ayo, Haruchiii!"
"Kominato!"
"Lemparan pertama hingga akhir selalu straight. Tapi baik Kuramochi-senpai dan Asou-senpai tak ada yang berhasil hit. Mungkinkah dia cuma bisa lemparan straight?"
Lemparan pertama dilakukan. Dan Haruichi mencoba memukul sesuai instruksi Pelatih Kataoka.
TANG!
Berhasil namun bola melambung ke arah pitcher dan berhasil ditangkap. Suara supporter Seidou yang kecewa pun terdengar.
"Don't mind! Don't mind, Haruchii!" teriak Sawamura.
"A-ano…" Haruichi bersuara saat menaruh bat-nya. "Lemparan tadi… agak rendah…"
"Rendah? Fork?"
"Bu-bukan. Rasanya bukan…"
"Kita pikirkan itu nanti. Sekarang kita harus fokus bertahan," ucap Pelatih Kataoka.
"Ya!" semua berseru kompak.
.
.
.
Semua pemain bermain baik. Di inning ke-2, Seidou kecolongan 1 angka. Setelah itu, sampai inning 3 dan 4 tak satu pun tim yang berhasil mencetak angka.
Tachibana terlihat lelah. Pukulannya hanya 5 kali kena pukul. Kemungkinan pitcher kelas 1 Seiko punya masalah dengan stamina seperti Furuya, begitu asumsi pihak Seidou.
"Tim Seiko melakukan pergantian posisi dan pemain. Pitcher, Tachibana-kun diganti oleh Ogawa-kun. Tachibana-kun berpindah posisi ke Third Baseman menggatikan, Nakajima-kun."
"Oooh… Dia muncul juga akhirnya!"
"Dan sepertinya alisnya sudah tumbuh," ucap Sawamura.
"Itu gak penting…" ucap Kuramochi.
"Murid kelas satu itu menggantikan penjaga base 3, artinya Seiko tetap ingin menggunakannya pada giliran memukul nanti, ya," opini Mine.
Di pertengahan inning ke-6, sang kapten yang juga pemukul bersih berhasil membuat home run. Hal ini membangkitkan semangat pemain. Selanjutnya sampai awal inning ke-7, lemparannya selalu terpukul karena Sang Pitcher mengalami tekana akibat home run tadi.
Saat ini skor Seiko adalah 1 dengan 2 pelari, dan skor Seidou adalah 3 dengan 1 pelari di base 2.
"O-Ogawa-senpai. Tenang saja, masih ada…wak…tu…" ucap Tachibana semakin mengecilkan suaranya saat melihat mimik frustasi Ogawa.
Sebuah tepukan dipunggung dirasakan pitcher kelas 2 itu, ternyata itu dari sang chatcher.
"Permainan belum berakhir. Masih ada waktu untuk membalikan keadaan."
.
.
.
"Oooh… Fushimi-san dan Riko-san," sapa seorang pemuda berkuncir ekor kuda dengan senyuman ramah tengah duduk dibangku penonton paling belakang seorang diri.
"Yashiro-san," pemuda berkacamata balas menyapa. "Sudah mau inning terakhir, ya…"
"Begitulah…"
"Jadi ada perlu apa memanggil kami kemari?" tanya Fushimi.
"Untuk perekrutan pemain baru di tim kami, pelatih ingin merekrut salah satu diantara Miyuki dari Seidou dan Masu dari Seiko."
"Oooh… Kalau Miyuki sih pastinya banyak yang melirik tapi Masu…?" Riko memiringkan kepalanya.
"Kau tahulah, pitcher utama muda kami seperti apa. Pelatih merasa dengan kepribadiannya, Masu yang cocok, begitu katanya. Tapi pelatih tetap ingin merekrut Miyuki dan masalahnya Bapak Pemilik tidak mau mengambil 2 chatcer sekaligus karena perusahaan sedang krisis dan khawatir tidak bisa membayar gaji nantinya."
"Merepotkan sekali…" komen Fushimi.
"Jadi aku mau minta pendapat Fushimi-san yang ahli menganalisis."
"Meski beda tim, untunglah kita berteman. Jika tidak pasti kutolak," ucap Fushimi sambil duduk disamping Yashiro diikuti Riko lalu menyalakan rokok.
"Ah, di inning ini Furuya main, ya…" Riko langsung membetulkan letak kacamatanya.
"Kadang-kadang senjata pemungkas itu harus muncul disaat terakhir bukan?"
"Pemukul ke-7, Center, Gouda-kun."
"Kurata di base 1 dan Tachibana ada di base 2," bathin Gouda langsung melirik istruksi pelatih.
Furuya yang bersiap melempar melihat sekeliling lalu memandang Miyuki.
"Jangan khawatir. Kita masih unggul 1 angka. Tenanglah…" Miyuki memberi aba-aba yang dibalas anggukan oleh Furuya.
Furuya mulai bergerak bersiap melempar. Langsung saja Tachibana dan Kurata berlari membuat semua penonton dan komentator terkejut. Namun hal yang tidak disangka kembali terjadi. Furuya melempar bola ke arah base 3, langsung saja Tachibana cepat-cepat kembali ke base 2 dan otomatis Kurata pun menuju base 1. Sayangnya Haruichi, second baseman berhasil menangkap duluan dan melemparnya ke base 1.
"OUT! OUT!"
Semua penonton langsung bersorak.
"Do-double play! Seidou berhasil meng-out Tachibana dan Kurata!"
"Whoa… Cepat sekali reaksi mereka! Tidak disangka Furuya akan melakukan pickoff! Tapi meski begitu lemparannya masih saja cepat!" seru Riko.
"Yah, dia baru main, sih. Energinya masih banyak," ujar Yashiro.
"Oh… Pantas gerakannya agak cepat," ucap Fushimi.
"Kalian berdua sama-sama keras, ya…" Riko sweatdrop.
"Karena kami beda denganmu," jawab Fushimi.
"Maksudnya?"
"Kami bukan fans-nya Furuya."
"Yups. Kami ini netral dan profesional dalam menilai pemain," Yashiro ikut menimpali dengan nada riang.
"Jadi maksudnya aku nggak profesional, begitu?! Dan aku bukan fans-nya!"
"Ah, begitu…"
"Ya, begitulah~~"
"Kalian berdua..!"
.
.
.
"Pemukul ke-8, Pitcher, Ogawa-kun."
"Ogawa-senpai tidak apa-apa kan, Masu-senpai?" tanya Tachibana.
"Maksudmu?" tanya Masu.
"Yaah… Rasanya Ogawa-senpai tensinya masih naik semenjak kena home run waktu itu…"
Mendengar hal itu, beberapa pemain cadangan segera meneriaki.
"Fokus pada pelemparnya!"
"Kau pasti bisa!"
"STRIKE!" teriak wasit ketika Ogawa terlambat mengayun.
"Bisa juga karena waktu itu…" gumam Masu.
"Waktu itu?"
"Beberapa hari lalu, ada seorang dengan topeng alien datang ke asrama kami dan menantang Ogawa satu lawan satu."
"A-alien?"
"Orang bertopeng itu dengan mudah memukul jauh semua lemparan Ogawa. Akhirnya kami berdua melawan dia dengan aku yang memberi instruksi dan Ogawa yang melempar tapi lagi-lagi dia memukulnya dengan mudah. Kami kesal tapi Ogawa jadi selalu kepikiran dan memaksa menambah jumlah latihan."
"BALL!" teriakan wasit terdengar lagi.
"Kejadian itu dan home run tadi membuat emosinya agak naik. Sejujurnya aku agak khawatir."
"Aku tidak tahu sama sekali… ada kejadian seperti itu…"
"Hanya beberapa orang saja yang tahu, aku, Kojima-san, Gouda, dan manager. Kami sepakat tidak memberitahu yang lain termasuk pelatih agar tak mengganggu fokus mereka."
TANG!
"Jatuhlah!" teriak para pemain yang sedari tadi fokus melihat pertandingan, membuat Tachiana dan Masu menoleh berbarengan.
"Eh? Terpukul?" ucap Tachibana.
Ogawa langsung berlari ke base secepat yang ia bisa. Bola melambung ke sisi luar lapangan dan jatuh ke tanah.
"Ogawa berhasil memukul bola hingga menuju sisi luar. Center berusaha menangkap. Aa! Ogawa langsung berlari ke base 2 dengan cepat. Center berusaha membawa bola dan melemparnya!"
Ogawa langsung melakukan sliding.
"Safe!"
Baik penonton pendukung Seiko dan pemain lainnya bersorak, kecuali Masu dan Tachibana yang diam.
"Sepertinya karena emosinya naik dia jadi fokus dari biasanya dan berhasil memukul. Larinya juga jadi lebih cepat dari biasanya," ucap Masu.
"Ogawa-senpai mungkin merasa tidak sabar. Sepertinya tak ada yang perlu dikhawatirkan, ya," Tachibana menambahkan.
"Aa…"
Furuya menghembuskan nafasnya berulang kali. Pukulan yang dilakukan Ogawa tadi sejujurnya agak mengejutkannya. Dalam menghadapi pemukul sembilan, lemparan pertamanya ball. Miyuki yang menyadari pasangan battery-nya agak tegang memberi isyarat agar Furuya fokus pada pemukul yang sekarang dan meminta lemparan fastball tinggi. Untunglah lemparan yang diminta Miyuki dihitung strike. Lemparan selanjutnya mengarah ke zona dalam dan dihitung ball. Kedudukan menjadi 1:2.
Pemukul kesembilan memutuskan untuk memukul akibatnya ia mendapat strike out. Dan Pemukul selanjutnya pun berjalan ke kotak pemukul.
"Pemukul pertama, chatcher, Masu-kun."
Para pemain kembali bersorak guna menyemangati kecuali Tachibana yang memandang was-was di belakang.
"Masu-senpai… tolong pukulah…" ucapnya dalam hati, meminta layaknya berdoa. "Huh?" gumamnya sesaat kemudian. Di bangku cadangan milik Seido, Tachibana dapat melihat dari kejauhan sosok yang tersenyum dengan pandangan lurus ke depan. Atau tepatnya padanya.
Tachibana terpaku.
Lemparan pertama, Masu langsung memukul. Bola melambung jauh namun foul. Furuya sekali lagi menarik dan menghembuskan nafasnya panjang. Kemudian leparan kedua pun foul mengarah ke sisi kanan.
"Oh!" seru Tachibana membuat pemain yang didekatnya menoleh.
"Ada apa, Tachibana?"
"A-ano…"
.
.
.
Masu yang sudah foul 2 kali melirik bangku cadangan. Melihat apakah ada isyarat dari pelatih.
"He?"
Furuya memasang kuda-kuda, bersiap melempar.
"OGAWA-SENPAI LARI!" teriak Tachibana sekencang-kencangnya membuat semua orang di lapangan dan bangku cadangan terkejut.
Ogawa yang sempat terkejut juga akhirnya berlari menuju base 3. Furuya yang ikut kaget sudah terlanjur melempar.
TANG!
Masu melakukan bunt dan langsung berlari. Pemain Seidou kembali kaget dibuatnya khususnya Miyuki dan Furuya. Segera saja Furuya langsung berlari mengejar bola.
"Dasar Tachibana. Berteriak tiba-tiba begitu…" Masu menggerutu dalam hati karena tak menyangka Tachibana akan menyuruh Ogawa mencuri base. Bisa ia lihat teman serta pelatih dibangku cadangan memasang ekspresi sama terkejutnya namun kagum secara bersamaan. Senyum pun tak lepas dari bibirnya. "Jadi begitu… Ini rencananya, ya?"
Flashback On: Beberapa menit yang lalu…
Masu yang sudah foul 2 kali melirik bangku cadangan. Melihat apakah ada isyarat dari pelatih. Disana Tachibana memberi isyarat, dibelakangnya pelatih hanya diam. Berarti pelatih setuju saja pada pesan yang disampaikan Tachibana.
"Saat ini Furuya pasti ingin membuat srike. Dan karena kondisinya akibat foul tadi aku yakin chatcher akan menyuruhnya melempar lemparan favoritnya untuk membuatnya rileks. Jadi lemparan selanjutnya kemungkinan lemparan lurus tinggi. Jadi−"
"He? Bunt?"
Flashback Off
"Heh… Biarpun foul, pitcher tetap tak suka bolanya kena pukul. Dan kau mengetahuinya dengan baik karena kau juga pitcher eh, Tachibana?"
Furuya bersiap melempar ke base ke base 1 namun Masu lebih dahulu sudah disana lalu melirik base 3, Ogawa sudah sangat dekat dengan base 3 sehingga tak sempat.
"Fokus Furuya sempat ke base 3 sebelum siap melempar ke base1 membuat reaksinya agak lambat akibat aba-aba pencurian base yang tiba-tiba─Huh?" perkataan Fushimi berhenti tiba-tiba.
"Fushimi-san?" Yashiro dan Riko menoleh bingung.
"Tunggu! Ogawa-senpai!" teriak Tachibana lagi tepat setelah itu Ogawa langsung berlari menuju home plate.
"Baka! Itu nggak akan sempat!" teriak pelatih.
"Dia malah berusaha menambah kecepatan larinya," gumam Fushimi.
"Dia berniat melakukan home steal?!" seru Owada. Mine tak berkomentar tapi ekspresinya sama dengan assistennya.
Miyuki yang menyadari hal itu segera berteriak, "Furuya!"
Furuya pun mulai melempar.
"Ogawa! Kembali ke base!" teriak Masu dari base 1.
"Gawat! Meski larinya cepat tetap tak akan sempat…" Tachibana panik dan wajahnya memucat.
"BAKA! HENTIKAN! KEMBALI KE BASE, SIALAN!" para pemain Seiko berteriak hampir berbarengan.
Dalam sekejap Ogawa semakin dekat dengan home base. Bola dengan mulus ditangkap Miyuki namun Ogawa tetap berlari dengan kencang. Sedari tadi wajahnya menunduk. Kemungkinan ia tak memperhatikan bola yang sudah di tangan Miyuki.
"Ogawa-senpai, jangaaan! Turunkan kecepatan larimu! Kumohon, senpai!" Tachibana berteriak sekencang-kencangnya.
"Gawat. Bisa-bisa terulang lagi seperti tahun lalu…" pikir para pemain Seiko.
BUAK!
Sebuah sarung tangan bisbol melayang atau tepatnya melesat ke wajah Ogawa saat ia hampir menabrak Miyuki. Semua orang menganga melihatnya. Dan Ogawa jatuh dengan pantat menyentuh tanah terlebih dahulu.
Dilihatnya di depan seorang pemuda bertopi dan berjersey Seidou berjalan mendekati area pertandingan. Kepalanya menunduk.
"Kau…" ucapnya sambil berjalan, "KAU MAU MENGULANGI KESALAHANMU YANG KETIGA KALINYA, HAH!?" sebuah ekspresi murka tercetak jelas membuat semua terpaku.
"Sa-Sawamura?" gumam Kariba di bangku penonton.
"Kenapa dia disana?"
"Apa yang si bodoh itu lakukan?"
Para supporter Seidou akhirnya ikut membisikan hal yang serupa.
"Cachter kami sudah pernah cedera akibat ulahmu yang menabraknya. Kau bermaksud membuatnya cedera lagi begitu? Kau mau balas dendam karena ia telah memukul lemparanmu dengan jauh?"
Ogawa terpaku memandang Sawamura yang menatapnya dingin. Kuramochi, Miyuki, Furuya dan beberapa pemain Seidou lainnya yang dekat dari tempat Sawamura berada baru kali ini melihat Sawamura dengan tatapan seperti itu. Dingin dan menusuk namun kekesalan masih terlihat dari ekspesinya.
"Berisik…" gumam Ogawa mengertakan giginya lalu bangkit berdiri dengan perlahan. "Memangnya apa yang kau tahu?"
"Hah?"
"Kau tak bertanding! Jangan ikut campur!" teriak Ogawa mendekati Sawamura namun akhirnya terhenti. Tachibana tiba-tiba berdiri di depan Ogawa dengan tangan membentang seperti hendak melindungi Sawamura. Tentu saja semua terkejut khususnya Ogawa.
"Aku mohon senpai. Tolong tenangkan dirimu."
"Kau… mau melawanku juga?!"
"Bukan begitu!" teriak Tachibana cepat.
"Aku sudah dengar tentang senpai yang tahun lalu. Senpai memukul seorang pemain lain sampai pelatih sebelumnya keluar, dan senpai juga pernah sengaja menabrak pemain lain dengan brutal sampai mendapat peringatan. Sawamura-senpai benar. Tolong senpai, jangan sakiti siapapun lagi karena emosi semata," ucapnya lagi kali ini dengan nada normal.
"Kau lebih membela tim lawan dibanding senpai dari timmu sendiri."
"Ini bukan masalah tim lawan atau tim sendiri. Aku hanya melakukan apa yang memang menurutku benar. Malahan, karena senpai adalah rekan timku, wajar jika aku memperingatkanmu kalau kau berbuat keliru."
"Berisik!"
"Se-senpai?"
"Kau sama sekali tidak tahu perasaanku. Aku diinjak-injak. Harga diriku sebagai pelempar…"
"Oi, Ogawa! Kau ini bicara apa?" seru Masu.
"A-apa yang senpai bicarakan?"
"Aku… bertemu dengannya lagi… lelaki beropeng itu…"
"Jangan-jangan orang bertopeng alien itu…"
"Kemarin malam tepatnya ketika aku berlari keliling… aku melihatnya di lapangan basket kota…" Ogawa mulai bercerita sambil mengingat kejadian hari itu dengan wajah menunduk dan tangan terkepal erat.
"Semenjak kalah darinya aku jadi sadar kalau kemampuanku belum cukup, makanya aku meminta latihan lebih pada pelatih. Saat aku melihatnya di lapangan basket, aku melihat ia menatang beberapa anak bermain bisbol 1 lawan 1. Saat itu kupikir ini kesempatanku membalasnya lalu aku mendatanginya. Tapi orang itu malah menyuruh salah satu anak preman itu untuk memukul dan membuat taruhan. Jika dia berhasil memukul bolaku 3 kali berturut-turut maka aku kalah dan memberinya uang."
"Jadi dia kalah…"
Semua orang telah bisa menebak dari gelagatnya.
"Aku kalah. Dan aku kesal. Tapi yang menyebalkan… orang bertopeng itu…"
"Kau lemah. Jangankan menjadi ace, kau bahkan kalah melawan seorang sampah."
"…dan orang-orang itu menertawakanku dan merendahkanku! Makanya, dipertandingan ini aku ingin menunjukan padanya… Aku akan menjadi ace! Aku akan menjadi pemain andalah tim! Karena itu aku ingin membuat tim menang! Mencetak angka dan mengalahkan pemukul seperti seorang ace."
"Ano…" Sawamura garuk-garuk kepala, "Tampaknya kau salah paham tentang menjadi ace."
"Ha?"
"Memang benar ace punya pengertian pemain andalah tapi dalam baseball tidak seperti itu."
"Ma-maksudnya?" tanya Tachibana.
"Dalam olahraga lain seperti basket atau voli misalnya, ace diperuntukan untuk orang yang punya skill bagus dan sering menjadi pondasi tim dalam permainan. Tapi baseball berbeda. Tidak peduli seberapa bagus dan hebat dirimu, selama posisimu bukan pitcher, kau tak akan disebut ace."
Semua membelakakan matanya. Jika dipikir lagi memang benar. Tapi…
"Kau tahu kenapa sebutan dan nomor ace untuk pitcher utama?"
"…"
"Karena pither utama selalu menjadi pusat perhatian. Karena tidak seperti posisi lainnya, pitcher saat berada di mound dia tidak bisa sembunyi dan permainan selalu dimulai oleh pitcher ketika melempar. Ketika bola terpukul atau ketika catcher gagal menangkap bola, kebanyakan orang akan langsung melirik pitcher-nya karena setiap lemparan yang dilakukan adalah penentuan apakah lawan gagal mencetak angka atau berhasil mendapat angka. Setiap lemparan yang dilakukan, orang-orang sekitar akan mulai berharap. Meskipun rekannya berusaha menenangkan sang pitcher, harapan itu tetap ada. Dan itu adalah tanggung jawab yang sangat besar."
Semua masih diam terpaku.
"Apalagi baseball itu ibarat main judi. Dimana kau harus berfikir dan menerka-nerka apa yang akan dilakukan musuhmu seperti saat bermain kartu dimana pemainnya menerka-nerka yang manakah kartu setannya."
"Maa… Benar juga, sih…" komen Yashiro yang masih setia duduk manis dibangku penonton.
"Sebenanya−"
"Jadi apa?" Tachibana memotong perkataan Ogawa sambil menatap Sawamura lurus, "Apa arti ace yang sebenarnya?"
Sawamura yang membalas tatapan Tachibana berkedip lalu menjawab, "Ace itu artinya… mampu menanggung beban."
"!"
"Itu benar, kan? Harapan dan pusat perhatian yang tertuju pada 1 orang ditambah tekanan dari hal yang tak pasti punya beban tersendiri. Meski bukan berarti pemain dengan posisi lain tak punya beban tetap saja beban pitcher berbeda, meski punya kekurangan, pitcher yang menjadi ace harus menutup kelemahannya. Bahkan dalam catatan bisbol hampir semua pemain yang berhenti akibat trauma adalah pitcher."
Didalam hati beberapa orang membenarkan. Wasit yang mendengarnya pun menunduk, dalam hati ikut membenarkan.
"Dapat menanggung beban adalah salah satu syarat mutlak tak tertulis seorang ace. Kalaupun tak dapat melakukannya tapi nomor 1 ada di punggung, artinya gelar ace dan angka 1 itu tak lebih hanya pajangan semata tanpa benar-benar menjadi ace yang sesungguhnya."
"!"
Ucapan yang memukul telak para pitcher yang mendengarnya.
"Ogawa," panggil Sawamura, "Dengan dirimu yang sekarang, kau belum mampu menjadi ace. Hatimu masih lemah. Jika seperti itu, beban yang dipikul ace tak akan bisa kau emban dan berakhir menghancurkan dirimu sendiri dan tim. Sejujurnya aku bisa mengerti perasaanmu. Dan sebagai sesama pitcher yang mengerti perasaan itu hal inilah yang ingin kusampaikan padamu."
Ogawa menunduk. Sekilas ia mengingat kembali pertandingan hari ini. "Aku masih terlalu lemah… Tapi…"
"Aku cuma bilang 'belum' bukan 'tidak', ya."
"He..?"
"Belum bukan berarti tak bisa. Meskipun itu tidak sampai 100% setidaknya bukan 0%."
Ogawa memandang Sawamura dengan mata menyala. "Kalau begitu, aku pasti akan menjadi kuat demi menanggung beban itu…"
Sawamura tersenyum. "Kalau begitu ini juga berlaku untukmu, kelas satu!" seru Sawamura dengan senyum lebar biasanya sambil menepuk bahu Tachibana yang lebih tinggi darinya.
"Ah! He? Haik!"
"Yaah… Tapi bukan berarti beban itu tidak kau bagi, sih…" ucap Sawamura lagi sambil mengambil sarung tangan bisbol yang ia lempar tadi.
"He?"
"Bisbol itu… olahraga tim, bukan?" ucap Sawamura lagi lalu berjalan ke bangku cadangan sambil menarik topinya, menghalau pemandangan atas dan depannya tertangkap mata.
"Anak itu menasihati Ogawa bahkan menghiburnya. Kenapa?" Masu bertanya-tanya dalam hati.
"Huhu…Hahahaha…"
Ogawa, Miyuki, Furuya dan yang kebetulan melihat Tachibana yang tertawa merasa bingung. Suaranya tidak keras tapi ekspresi dan kedutan dibahunya telah jelas ia tertawa atau berusaha tidak tertawa keras.
Disisi lain Sawamura dengan suara cempreng dan keras khas miliknya meminta maaf pada pelatih sambil memungkuk sedalam-dalamnya lalu diakhiri dengan kuncian gulat yang dilakukan salah seorang senpai-nya dan bahkan terlihat beberapa orang menceramahinya.
"Wasit, permainannya bisa tolong dilanjutkan?" ucap Tachibana dengan senyuman ramah. Senyuman yang menawan yang penuh dengan aura kegembiraan. Bahkan para pemain baik Seiko maupun Seidou yang notabenenya laki-laki berfikir demikian meski tak ingin mengakuinya.
Dan pertandinganpun dilanjutkan hingga akhir.
.
.
.
Bersambung…
.
.
.
A/N: Saya masih sangat awam olahraga ini. Saya tidak tahu apa istilah-istilah baseball serta jalan pertandingannya yang saya tulis ini benar atau salah. Kalau ada kesalahan dan saran-saran yang ingin disampaikan, tolong beritahu saya. Terutama tentang baseball.
.
.
