Hola~

Ditengah malam dingin begini. lagi stuck bikin final Uri Congcaenim lalu dapet ide buat bikin Series wkwkwk

Thanks to partner in crime Ai who always give freaking idea.

Hope u like it


Tittle : Polaroid

Sub Title : Darkness of Love

Cast : Kris x Tao


Esensi Polaroid : Sesuatu yang telah terjadi tidak dapat diubah kembali.

Paris.

Kota dengan julukan 'The Romantic Town'

Bagian mana dari kota ini yang tidak sedap dilihat?

Everything seems like paradise.

Dan pemuda bermata panda ini menyukainya.

Drrt~~drrt~~

Getaran Iphone 6 Plus nya membangunkannya dari lamunannya yang sedang mengagumi kota ini

"Yak Tao~~~ Bogoshipoyo~~~" ujar seseorang bermata rusa dan satu lagi bermata sayu.

Luhan dan Jin.

Muka kedua orang ini muncul setelah Tao meng-accept Video Call LINE dari account Baekhyun.

"Dimana Baekhyun hyung?"

"Percaya atau tidak dia sedang bertengkar hebat dengan anak didiknya"

Yang dimaksud Luhan anak didik ialah junior mereka di Seoul Of Performing Arts High School yang terdaftar di klub paduan suara.

Dan Tao hanya bisa menatap miris para hoobaenya yang akan bertemu dengan pintu neraka-read : Baekhyun-

Baekhyun paling berbahaya, mulutnya yang paling judes jika kalian berada notes dan pitch yang salah. Untunglah Tao mengikuti ekskul jurnalis yang membuatnya tidak bertegur sapa dengan Baekhyun.

Meskipun pada akhirnya mereka berdua satu kamar dan saling bersahabat satu sama lain.

"Aku hanya pergi meninggalkan kalian baru tiga belas jam yang lalu Luhan gege ku sayang. Jika Pintu Neraka itu sedang mengamuk kalian harus memanggil Kyungsoo hyung. Memangnya ada masalah apa?"

"Ada hoobae yang mengatakan bahwa ia bisa lebih jago dari Baekhyun dan sekarang mereka sedang adu high pitch percaya atau tidak kuping kami pengang dibuatnya"

Seperti biasa kekanakkan.

"Terkadang aku ingin masuk klub jurnalis saja lihat dirimu sekarang. Dirimu baru menginjak kelas 11 dan sudah mendapatkan tugas pergi ke Paris. Ah~~~ aku iri~~" ujar Jin membuat Tao terkekeh lucu.

"Aigoo~~ ini pertama kalinya kalian masuk kelas 12 hyungdeul ayo semangat uri sunbaenim bbuing bbuing~~"

"Ah aegyomu tidak mempan jika dirimu tidak membawa oleh – oleh panda~~" ujar Luhan usil

"Kalian mau apa hm?"

"Ssang Namja!"

Tut.

Dan sambungan diputuskan oleh Tao yang kesal menanggapi tingkah konyol sunbaenimnya.

Setelah mengambil barang. Ia memesan taksi menuju alamat Hotel yang telah di reservasi oleh pihak sekolahnya. Sejujurnya ia gugup, ini pertama kalinya dia harus menulis jurnal Vacation sendirian di Negri orang, dengan bahasa Inggris ala kadarnya. Ia sudah berkata pada Himchan yang notabenya merupakan Sunbae sekaligus ketua klub Jurnal untuk menolaknya. Namun Himchan tetap Himchan yang membuat ia terdampar di Hyatt Paris Madeleine. Sebuah Hotel mewah yang sangat amat dekat dengan Menara Eiffel.

"This ur room 50th Floor number 12 and this ur key with code 0205 ordered on behalf of Mr Huang. Enjoy ur holiday Mr. Huang"

"Thank you Adeline" ujarku melihat nametag resepsionis tersebut.

"If you need help you can tell it via telephone in ur room"

"I get it"

"Any problem?"

"I need trolley luggage for my baggage"

"Don't you need Caddy?"

"No for this moment" ujar Tao tersenyum.

Tao sedari dulu dididik untuk tidak bergantung pada orang lain, selagi dia punya tenaga, lift, dan troli barang-troli ala bandara- dia tidak membutuhkan caddy-pesuruh-.

Dia mendapatkan trolinya dan menaruh koper besarnya beserta tas ranselnya yang penuh kedalam troli tersebut dan masuk kedalam lift menekan tombol 50. Semua berjalan lancar sampai di lantai 15 ia menemui seorang nenek tua yang membawa banyak barang untuk dimasukkan kedalam lift. Karna hanya Tao seorang disana ia membantu membawa dua tas jinjing yang lumayan berat itu.

"Thank you darling"

"No problem Madam" ujar Tao tersenyum simpul.

"Floor?" ujar Tao membantu memencetkan tombol lift karna kebetulan posisi dirinya dekat dengan tombol lift.

"Ground Floor please?" ujar Nenek itu membuat Tao terkesiap. Nenek ini tidak membawa troli ataupun meminta Caddy membawa barangnya rasanya Tao tidak enak hati untuk membiarkan nenek ini kesusahan di lantai dasar nanti

"Would you briefly stop in my room? after that I help you to the ground floor" ujar Tao menawarkan bantuan.

"Did I bother you?"

"No Madam" ujar Tao tersenyum simpul lalu memupuk dua tas jinjing itu didalam trolinya. Setelah sampai di laintai 50. Ia mencari ruangannya dan setelah menemukannya ia mempersilahkan nenek tua itu masuk.

Kamar yang dipesan sungguh luar biasa. Ini layaknya rumah. Kamar bersatu dengan ruang TV dimana TV tertempel apik di dinding yang berhadapan dengan kasur. Ruang tamu berada disebelah kiri kasur dimana menghadap ke kaca ruangan ini yang langsung berhadapan dengan pemandangan Menara Eiffel, ruang tamu yang langsung menyatu dengan dapur. Sisanya satu pintu yang berisi satu kamar mandi yang berisi wastafel, bathup, dan shower.

"I only have honey tea" ujar Tao setelah menaruh barangnya disamping kasur dan mempersilahkan nenek tua itu duduk di ruang tamu dan memberikannya segelas teh madu hangat yang tersedia dari teh madu sachet milik hotel.

"Its okay honey. You are very warm-hearted"

"Ah~ you too praised" ujar Tao merendahkan diri.

"Your name?"

"Tao"

"I'm Jean"

"Nice to meet you Miss Jean"

"What makes you here?" ujar Nenek tua itu penasaran karna Tao sedang memasukkan beberapa lembar kertas foto-kertas foto polaroid- untuk kamera polaroidnya.

"I got an assignment to keep a journal about this city" ujar Tao menjelaskan kembali alasannya ke kota ini membuat nenek tua itu mengangguk paham.

"Its cool sweety." Ujar nenek tua itu.

"To be honest I was very nervous" ujar Tao mencurahkan sedikit kegelisahan hatinya.

"People like you are always blessed son. Do not be afraid" ujar nenek tua itu mencoba menguatkan hatinya.

"Ah! I have an ancient story about this city"ujar nenek itu mencoba menghibur Tao.

"What?"

"This ancient story that happened in the Louvre Museum" ujar nenek itu memasang wajah yang mulai serius.

"Oh Really? Looks Interesting" ujar Tao mencoba menyimak. Museum Louvre adalah museum terkenal di Paris bahkan didunia karna Lukisan Monalisa yang dipajang dengan manis di tempat itu. Dahulu bangunannya bekas Kerajaan Istana Perancis.

"Yea this is the story of a painter"

"Painter?" apa Tao tidak salah dengar? Pelukis? Ada apa dengan pelukis?

"Yes painter. Everyone knows it is a museum of art. According to the story there is a creature who painted some of the visitors who make the creature very interested. And you know what, after that if visitors see his face painted beside 'Monalisa' the next day he felt that he was having sex with these figures."

Itu membuat Tao tersedak minumnya sendiri.

Apa karna dirimu melihat lukisan wajahmu terpampang di sebelah lukisan Monalisa langsung membuatmu melakukan sex dengannya? Tao berharap itu tidak terjadi padanya karna dirinya tidak mau first time nya diambil oleh makhluk aneh seperti itu.

"Then if the visitors were back saw his paintings still exist then he mate these figures."

"Well a little unnerving but erotic romance story I ever heard" membuat nenek tua itu terkekeh pelan

"Not ancient tale name if not of myth. I bet you never do sex before rite?" ujar nenek itu membuat Tao bersemu merah.

Yayaya didunia ini sangat tabu anak umur tujuh belas tahun tidak pernah melakukan sex apalagi laki – laki yang menurut survey memikirkan yang 'ekhem – ekhem'setiap 5 menit sekali.

"Thanks for ur information Madam. Should I take you down?" ujar Tao mengingat bahwa dia berjanji mengantar nenek ini kelantai dasar.

"Sure darl." Ujar nenek itu tersenyum.

Setelah memesankan nenek itu sebuah Taksi dan mengembalikan Troli ia menyewa sepeda lalu berjalan mengelilingi Paris dan tiba ditaman menara Eiffel bagian timur. Ia memarkikan sepedanya dan memfoto menara itu dan tak lama kemudian foto itupun jadi lalu ia menulis dibawah foto itu.

'Eiffel. 15°C'

Ia langsung membuka notebook-nya dan menuliskan sesuatu setelah itu mensavenya dan kembali dan duduk di kursi taman sembari menikmati semilir angin. Waktu menunjukkan pukul empat sore membuatnya melanjutkan destinasinya ke Sungai Seine.

Sunga ini membelah perumahan satu dengan perumahan lainnya dan untuk menyambungnya dibangun berbagai jembatan yang kolong jembatan tersebut bisa dilewati kapal. Tao salah satu dari penghuni kapal itu memfoto hal – hal yang membuat ia menarik seperti graffiti dingding, rumah susun bertema vintage yang warna – warni, anak – anak yang tertawa karna terkena bubuk warna – warni, dan lain sebagainya.

Setelah berjalan dibawah Sungai Seine. Sekarang ia berdiri di salah satu jembatan dan memotret kapal yang lalu lalang dibawah kolong ini. Ah kota ini terlihat begitu cantik ketika ingin memotret pemandangan burung yang sedang berimigrasai seseorang yang mengenakan seragam hitam – hitam menabraknya hampir membua kamera polaroidnya terjatuh.

"Sorry sir, are u okay?"

"Yes I'm fine. No problem"

"good then I must back to work again. Hope ur day very well"

Dan satu lagi yang menambah kecantikan kota ini, penduduknya sangat ramah.

Ia menuju Museum Louvre, seketika saja ia teringat akan cerita dari Nenek Jean tadi. Ia berkeliling dan sampailah dirinya di hadapan Lukisan Monalisa. Lukisan itu terbingkai apik dan digantungkan didinding lalu dinging itu diberi kaca dan sebuah meja yang menyatu dengan kaca tersebut. Lalu lengkungan kayu membatasi pengunjung untuk dekat dengan Lukisan itu.

Tao memfoto lukisan tersebut dari luar lengkungan kayu itu dan meniup – niup kertas fotonya lalu setelah gambar itu muncul Tao memberi caption di kertas foto tersebut menggunakan spidol.

'Smile with a million meanings'

Dan tiba – tiba saja seorang pengunjung atau bahkan mungkin staff –karna dia berpakaian layaknya wanita kantoran, mempunyai id card di sakunya, HT (Hand Talky), dan map yang ternyata berisi foto – foto yang Tao tahu hasilnya dari kamera handphone menabrak dirinya hingga map berisi foto itu tercecer. Tapi yang membuat Tao tertarik ketika mengumpulkan semua foto itu ternyata foto itu berisi sebuah lukisan yang digantung didingding yang sama dengan lukisan Monalisa yang dindingnya telah diberi kaca.

"I'm sorry for ruin ur document." Ujar Tao lalu mengembalikan foto – foto itu kepada perempuan berambut coklat tersebut.

"I should be the one apologizing beforehand. sorry to disturb your comfort"

"No problem. If I may know that what painting photo?" ujar Tao menanyakan foto lukisan tersebut.

"Oh this? The only photos of the visitors who are looking for paintings that are in this photo. What you have heard the legend?" ujar pegawai museum itu. Membuat Tao mengangguk karna dia sudah pernah mendengar legenda itu dari Nenek Jean. Jadi kisah itu benar – benar nyata?

"Yes, that is so. They are obsessed with being strange creatures mate and accused the museum who took it. They stupid or what? it was clear the walls were glass. we've got to break the glass in advance to be able to take his paintings. paintings who arrived - suddenly disappeared itself"ujar perempuan itu menggerutu yang dibenarkan Tao dalam pikirannya.

Memang benar. Jika pihak museum ingin mengambil lukisan – lukisan itu seharusnya ia memecahkan kacanya, namun buktinya dari berates – ratus lukisan yang tiba – tiba terpajang disamping lukisan Monalisa itu tidak pernah dipecahkan sekalipun oleh pihak Museum. Lukisan itu menghilang sendiri.

"Oh look now! The painting appeared again! I had to call security immediately, wait here!" membuat Tao terperangah.

Bukan.

Bukan karna tiba – tiba lukisan itu ada setelah ia berbincang dengan pegawai tadi hanya dalam beberapa menit. Tapi karna gambaran Lukisan itu.

Itu adalah gambaran dirinya yang sedang memotret Lukisan Monalisa itu tadi

Blitz!

Tao memfoto Lukisan itu untuk memastikannya sekali lagi dan menunggu hasilnya sampai benar – benar muncul.

Benar itu lukisannya.

Ia tidak buta

Ia juga tidak berhalusinasi.

Ia memandang keseliling dan itu membuat bulu kuduknya merinding

Oke! Dia akui dia penakut terserah orang ingin menertawakannya atau tidak.

But Seriously dia merasa dirinya diperhatikan!

Dan benar saja saat ia kembali mengawasi dinding kaca tersebut ia melihat pantulan orang lain dibelakangnya.

Semakin lama semakin dekat…

'Astaga Tuhan!'

PUK!

Seseorang menepuk pundaknya dari belakang membuat ia berbalik kaget dan secara reflek ia memfoto wajah orang itu lalu menghela nafas lega mengetahui yang menepuknya adalah security.

'Wu Yi Fan'

Itu yang tertera di nametag nya.

Dan dia baru menyadari orang ini yang menabraknya di Sungai Seine tadi.

"Oh My God…you really scare me!" ujar Tao kesal.

"Sorry before but where that painting?" ujar pemuda ini membuat Tao menengok ke Lukisan Monalisa itu dan voila~ yang berada disitu tinggalah lukisan Monalisa.

"Maldo andwae…" ujar Tao lirih didengar oleh Yifan.

"Oh dirimu orang Korea?" ujar Yifan menggunakan bahasa Korea yang membuat Tao terpaksa harus mendongak untuk melihat wajahnya.

Dibanding menjadi security dia lebih pantas menjadi model.

"Chinesee tapi tumbuh di Seoul"

"Oh itu bagus. Jadi dimana lukisan tadi"

"Mollayo…" ujar Tao masih shock dengan yang dia lihat membuat Yifan terkekeh geli.

"Hey Tao…"

"Nde…?" ujar Tao mendongak kembali agar bisa melihat wajah pemuda itu lebih jelas.

"Hati – hati dengan kota ini, pemuda manis sepertimu adalah santapan lezat bagi 'mereka'" ujar Yifan mendekatkan wajahnya pada Tao.

Tunggu darimana orang ini Tau namanya?

"Mister, are u allright?" ujar perempuan tadi menemukan Tao melongo.

"Where that painting? Only Monalisa here" ujar security yang berada dibelakang perempuan tadi. Membuat Tao menyerngit, bukannya Yifan sudah datang.

Seketika dia menyadari satu hal.

Yifan sudah tidak ada.

Ia kembali mengecek hasil foto yang ia jepret tadi namun tidak ada beserta foto lukisannya tadi.

Whats going on here!?

"Miss, did u know staff who named Wu Yi Fan?"

"Wu Yi Fan? I never heard that name before"

Tunggu dulu…

Sosok bernama Wu Yi Fan itu datang dengan bersamanya muncul lukisan bergambarkan dirinya…

Apakah Yifan sosok itu?

Sosok yang diceritakan oleh nenek Jean?

Seketika itu membuat bulu kuduknya berdiri.

Setelah kejadian kemarin Tao kurang berminat untuk pergi kemanapun ia mendekam di Hotel hari ini ia berminat untuk berjalan didaerah hotel itu untuk membeli merchandise yang dia bawa pulang untuk oleh – oleh.

Drrt~~ drrt~

Free call dari Baekhyun menghentikan acara memilih – milih barang bawaannya.

"Bogoshipoyo~~~"

"Nado~~~kkkk" ujar Tao terkekeh.

"Heish. Aku serius merindukanmu anak panda!"

"Yea miss u too gnome"

"Aku tidak sependek itu bodoh!"

"Arraseoyeo bacon hyung"

"Yak!"

"Aku hanya bercanda hyung" ujar Tao lalu menatap salah satu barang yang digantung apik didalam.

Dream Catcher.

Mungkin dia akan membelikan itu untuk dijadikan oleh – oleh.

"Apa kabar dengan Paris"

"Baik – baik saja disini membuatku kangen suasana Seoul"

"Dasar anak mami,bilang saja dirimu disana tidak ada yang mengurus kan?"

Setelah membayar barang belian-nya Tao keluar sambil berjalan santai berbicara dengan hyungnya yang paling cerewet ini.

"Well begitulah… aku merasa tidak aman disini" ujar Tao sambil memandang langit sore di Paris ini.

"Eoh suaramu kelihatan sedih, ada apa baby panda?"

Tao pun masuk kedalam salah satu café dan memesan sacher torte dan cappuccino latte.

"Aku mendengar sebuah mitos aneh. Jika dirimu melihat lukisan dirimu disamping Monalisa. Sesosok Makhluk akan datang kepadamu dan melakukan sex kepadamu" ujar Tao

"Well itu bagus. Kau bisa mengakhiri keperjakaannmu pada cowok tampan. Apalagi dia tinggi, berambut hitam, bermata setajam elang, mancung, dadanya bidang, otot bisep dan trisepnya pas, abs dan-"

"Aigo hyung..drtt…suara hyung…drtt…putus…putus…tut..tut..tut"

"Yak! Huang Zi Tao! Neo neomu mi-"

Tut.

Setelah berpura-pura sinyal hilang ia mematikan telephonenya dan mengubahnya menjadi airplane mode.

Butuh waktu setahun untuk mendengar cerocos hyungnya tentang seme idamannya.

Percayalah itu membuat kepala Tao sakit kepala.

Setelah itu pesanannya datang. Ia memfoto makanan itu lalu salah satu dream catcher berwarna putih yang ia beli sambil menunggu fotonya muncul ia memakan pesanannya dengan khikmad. Sambil melihat sekeliling luar Café. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya tiga pemuda sedang berjongkok di taman menara Eiffel dan seperti sedang membongkar sesuatu didalam tas berwarna hitam tersebut,lalu ia mengambil polaroidnya dan memfoto ketiga pemuda itu.

Blitz!

Selembar kertas putih tersebut keluar dari kamera itu dan gambarnya mulai muncul.

Pemandangan tiga orang pemuda itu yang mengeluarkan bom

DUAR!~

SRET~

Dan semua tidak bisa dicerna oleh Tao. Bersamaan dengan ledakan itu seseorang mendorongnya menerobos kaca café tersebut lalu seketika membentangkan sepasang sayap hitam untuk melingkupi tubuhnya.

Pemuda berambut Raven dengan mata setajam elang.

Wu Yi Fan.

Tao keluar dari kantor polisi sebagai satu – satunya saksi yang masih hidup. Dan berkat foto hasil jepretannya yang masih ia pegang sewaktu bom itu terjadi menjadi alat untuk melacak salah satu tersangka yang memasang bom disemua titik yang ada.

Kota cantik ini berubah mencekam.

Tao berjalan lunglai ia masih ingat bahwa sosok bersayap hitam tadi adalah Yifan

"Yifan…" ujar Tao kaget setengah mati.

Yifan segera menghilangkan sayapnya lalu memeluk Tao.

"Aku tak akan habis pikir jika sesuatu terjadi padamu…Tao" dan itu membuat Tao menangis entah karna apa.

"Aku akan menghabisi siapapun yang membuatmu celaka"

Dan setelah mengucapkan ituYifan menghilang dengan kedua sayapnya.

Siapa Yifan sebenarnya?

Tao terduduk lemas di taman depan kantor polisi tadi. Ia merogoh sakunya namun ia tidak menemukan handphonenya.

Ah dia lupa handphone, cameranya, barang belanjaanya mungkin sudah hancur menjadi satu dengan café itu tadi.

Dan untuk kesekian kalinya ia menangis tanpa alasan yang jelas.

Ini hari ketiga ia disini sekaligus hari pertama setelah kejadian pengoboman di Paris tersebut. Seluruh dunia gonjang - ganjing akan hal ini. Sebenarnya Hotelnya juga terkena dampak namun itu hanya lantai 1 – 5 dan area basement lebih dari itu semuanya aman. Setelah mandi ia menghidupkan TV-nya dan betapa terkejutnya ia akan headline berita utama yang ada di TV.

Pelaku pengeboman di titik ia berada kemarin ditemukan tewas dengan keadaan mengenaskan. Tubuhnya mati kering dengan bola mata yang melotot tajam.

TING NONG~

Tao membuka pintunya namun tidak ada satupun orang disana ketika ia ingin berbalik ia menyadari satu hal.

Paperbag khas toko tempat ia membeli oleh – oleh sudah berdiri manis dilantai pintunya. Tao mengambilnya dan melihat isinya yang merupakan barang yang ia beli, handphone, cameranya, bahkan hasil jepretan fotonya di café dan dua foto yang hilang sewaktu ia ambil di Museum Louvre kemarin dan semua dalam keadaan utuh.

"Aku akan menghabisi siapapun yang membuatmu celaka"

Seketika ia teringat Yifan.

"Ini perbuatanmu kan? Yifan?"

Hening.

Ia melihat keseliling lorong yang sepi tersebut.

"Aku tahu dirimu masih disini, muncullah aku ingin berterima kasih padamu"

Masih hening.

"Aku tidak tahu dimana dirimu berada…tapi aku yakin dirimu masih disekitar sini. Khamsahamnida telah menyelamatkanku…"

Dan tetap hening.

Tao menyerah.

Ia memutuskan berbalik masuk kedalam sampai suara menginstrupsinya.

"Apa dirimu terluka? Aku sempat melihat luka bekas goresan beling kaca di punggungmu"

Seketika membuat Tao berbalik.

Dihadapannya ada seorang Yifan.

Setelah Yifan masuk dan memberikan chrysant tea. Tao mendadak kelu dengan apa yang ingin dia bicarakan.

"Apa dirimu yang membunuh teroris tadi…?" Tao bertanya to the point.

"Ya…" ujar Yifan tenang sambil meminum tehnya santai.

"Mengapa…?"

"Karna dia menyakitimu"

Oke Huang Zi Tao, engkau tidak boleh salting akan hal ini.

"Apa dirimu makhluk yang sering diceritakan dalam mitos museum Louvre?"

"Ya…?"

"Berarti dirimu benar sudah meniduri ratusan perempuan…?" tanya Tao menghentikan sebentar acara mengesap teh ala Yifan lalu dia meneguknya sampai habis dan menuangkan teh itu kembali ke gelasnya.

"Ya. Ralat. Ribuan"

Sudah kubilang bukan Huang Zi Tao? Engkau tidak boleh salting karna makhluk satu ini.

"Lalu siapa dirimu sebenarnya"

"Apapun yang ada dipikiranmu itulah aku"

"Iblis." Jawaban Tao membuat Yifan terkekeh lucu.

"Ya bolehlah. Iblis tampan, rite?" ujar Yifan nakal, yang sayang tidak berefek apapun pada Tao.

"Darimana dirimu tahu namaku?"

"Dasar bocah, dirimu penuh dengan keingin tahuan. Ya tentu saja aku tahu semua informasi dari 'seseorang yang menarik perhatianku'" ujar Yifan kini menatap mata Tao lurus dan tersenyum culas.

Tao benar – benar ekstra hati – hati dengan makhluk seperti Yifan.

"Mengapa dirimu tertarik padaku?"

"Karna dirimu sulit ditaklukkan"

"Mwo?"

Hey alasan konyol macam apa itu?

"Biasanya target ku jika bertemu denganku pertama kali. Mereka akan langsung jatuh hati padaku bahkan merelakan dirinya untukku…tapi dirimu…"ujar Yifan lalu berdiri membuat Tao juga ikut berdiri.

Ia harus hati - hati dengan makhluk satu ini.

"Dirimu tidak berfek apapun, bahkan setelah dirimu melihat lukisan dirimu sendiri dan merupakan pertemuan kedua kita engkau tidak berefek apapun bahkan sampai pertemuan ketiga dan sekarang…" ujar Yifan membuat sambil berjalan membuat Tao harus mundur agar bisa menjaga jarak dengan makhluk satu ini.

"Dirimu adalah laki – laki pertama yang menarik perhatianku. Auramu, wangimu. Tenang sangat amat tenang…tapi tenang yang memabukkan dan diriku menyukainya"

"Terima kasih atas pujiannya" ujar Tao berhenti mundur karna dirinya sudah menyentuh kasur sedangkan Yifan masih terus berjalan dan berhenti ketika jarak mereka hanya satu langkah saja.

"Jadi hal itu membuatku penasaran akankah dirimu mateku atau bukan…"

"Mwoya…?" pertanyaan Tao dijawab ketika dengan lincahnya Yifan menidurkan Tao dikasur.

"Yak! Ige Mwoya!? Punggungku masih sak-" ucapan Tao terhenti ketika dia timenyadari dirinya tidak merasakan sakit apapun dipunggungnya. Bahkan saat mandi tadi luka baret beling itu masih ada, mengapa tidak berefek sama sekali sekarang?

"Aku sudah bilang berapa kali padamu, bahwa aku tidak akan membiarkan dirimu terluka sedikitpun" ujar Yifan yang kini tengah berada diatas tubuhnya bertopang pada kedua tangannya yang mengapit kepala Tao.

Yifan mendekatkan bibirnya perlahan dan entah karna dorongan apa Tao menutup matanya kala ia merasakan nafas hangat dimukanya.

CUP

Yifan berhasil mencium bibir kitten itu dan sesuai dugaannya, bibir itu kenyal, manis, dan lembut. Membuat Yifan tergoda untuk menggodanya lebih lagi. Ia melumat bibir itu atas dan bawah.

"Eumhh…" desah pendek Tao mengawali pekerjaan Yifan. Ia menanggalkan pakaiannya sehingga dirinya full naked sekarang. Ia menggigit bibir bawah Tao membuat Tao membuka mulutnya dan membuat lidah Yifan meng-invasi seluruh isi mulut Tao. Dan demi Dewi Fortuna semua yang ada pada diri Tao sangat manis sekali.

Ia menanggalkan seluruh pakaian Tao hingga keduanya sama – sama full naked. Yifan menurunkan ciumannya keleher Tao meninggalkan bitemark disana lalu turun kedada. Sesampai didada ia memelintir nipple Tao.

"Eunghh…Yi…Fanh..jangan…disituh…ugh"

Bingo

Itu titik sensitive milik Tao. Ia melancarkan aksinya memelintir nipple Tao dan menghisap nipple satunya lagi sementara itu tangan satunya. Mengusap pelan kepala penis Tao yang telah mengeluarkan precum.

"Eungh…kumohon…jangan…hah…meng..hh…godaku…ughh….Ahh~~" ujar Tao tak kuasa menahan desahannya ketika Yifan mengigit nipplenya bergantian dan kedua tangan Yifan sibuk mengocok penis kecilnya yang berubah menjadi kemerahan.

"Eunghh…Yifan…ughh…aku…ingin..hhh..ugh…"

"Keluarkan saja darling"

CROT

Dan cairan sperma milik Tao tumpah di tangganya dan mengalir kebawah….kearea belahan buttnya. Yifan melihat 'hasil karyanya', tubuh Tao yang dibasahi peluh dan sperma benar – benar menggoda imannya. Ia menuju kearea belahan butt Tao menjilat sisa sperma Tao 'manis' pikirnya. Ia membasahi lubang itu dengan air liurnya,dan lidahnya yang menggoda masuk kedalam lubang pink yang masih rapat tersebut.

Ia mengangkat Tao untuk duduk dipangkuannya, membuat belahan butt Tao sangat amat pas dengan posisi 'adiknya' yang sudah 'tegang menantang'.

"Tao lihat kearah cermin lemarimu" ujar suara Yifan berat, membuat Tao menolehkan kepalanya kearah cermin. Memalukan menurutnya karna dirinya memasang ekspresi sayu 'sejelek' itu. Namun ada satu yang menarik perhatiannya. Tato Naga yang terukir indah dipunggung milik Kris. Tato itu berbentuk naga yang melingkar ditengah punggungnya menambah poin plus untuk makhluk ini.

"Arghhh~" Tao mendesah kesakitan, rupanya dari tadi Yifan memasukkan jarinya untuk melonggarkan jalan masuknya nanti. Ia melakukan gerakan zig zag hingga ketika ia memasukkan tiga jarinya sekaligus Tao mengerang kesakitan seperti tadi.

Yifan mengecup dahi pemuda itu pelan lalu turun ke hidung dan yang terakhir mata. Ia memandangi Tao sebentar membuat Tao membuka matanya untuk berhadapan dengan wajah Yifan. Kali ini tidak perlu mendongak untuk melihat lebih jelas wajah Yifan.

"Tao…dirimu makhluk satu – satunya dibumi ini yang memilik pheromone tak tertahankan. Dirimu begitu indah sampai diriku tidak bisa melepaskanmu"ujar Yifan menatap dalam kedalam mata panda itu hingga ia mencium kembali bibir kitten milik pemuda yang lebih muda.

"Eunghh…" desahan Tao menandakan bahwa Yifan telah menemukan prostat milik Tao. Segera saja ia menidurkan pemuda itu kembali dan dalam sekali hentakYifan memasukkan penisnya kedalam hole milik Tao.

"Eumhh!~" ujar Tao mengerang tertahan karna bibirnya masih dibungkam oleh bibir milik Yifan. Sesuatu mengalir disana yang Yifan yakini bahwa itu adalah darah. Yifan mengalihkan kesakitan Tao dengan memelintir dan mencubit sesekali kedua nipplenya dan meremas lembut junior milik Tao. Setelah Tao dirasa tenang ia mengeluarkan penisnya hingga tersisa kepalanya didalam lubang milik Tao dan menghujamnya kembali.

"Eunghh…"dan desahan Tao membuat Yifan menetahui titik prostat milik Tao. Ia memaju mundurkan itu secara perlahan hingga mempercepat kembali genjotannya.

"Eunghh…yih…yih..fanhh…fas..terh…ughh" ujar Tao tidak kuat dengan nikmat yang Yifan suguhkan karna selain penis Yifan yang memenuhi holenya tangan Yifan yang bergerilya pada twins ballnya dan bibir Yifan yang sedang mengulum penisnya.

"Ugh…ak…akuh…ak..kuh…inginhh…."

"Bersama sayang~~"ujar Yifan mempercepat dan memperdalam tusukannya.

"Yifannh..!~"

"Tao!"

Tao mengeluarkan spermanya hingga membasahi tubuhnya dan sperma Yifan yang memenuhi holenya hingga mengalir kepahanya.

Tao tertidur pulas akibat kelelahan.

Tao mengerjab matanya perlahan dan melihat bayangan seseorang yang sedang melukis diatas kanvas, ketika Tao mengerjab untuk kedua kalinya bayangan itu menghilang.

Kemana Yifan?

Ah bodohnya Tao termakan mulut manis Yifan.

Ia hanya akan menjadi korban keseribu seratus makhluk itu.

Drrt~~ drrt~

Ah handphonenya berbunyi, ketika ia mencoba bangkit seketika itu pula dirinya terjatuh. Ia merasakan sakit dibagian bawahnya. Lalu ia melihat kearah seprainya.

Darah.

"Hiks…yeobeoseyo…" ujar Tao menatap dirinya miris dibalutan selimut.

"Taonie!? Gweanchana? Tao apakah hari ini kamu bisa balik ke Korea? Aku dengar ada pengeboman di Paris dan sudah beberapa hari ini kamu lost contact pihak sekolah Takut kamu kenapa – napa….Tao kamu menangis?" Tao melihat namanya.

'Himchan Hyung'

"Hyung…aku siap untuk pergi…"

Dan sambungan dimatikan oleh Tao.

Untuk apa ia tetap tinggal disini?

Dia sudah menitipkan hatinya pada orang yang salah.

Yifan hanya ingin mencicipi tubuhnya saja. Semalam dia hanyalah sebatas one night stand.

Tapi entah kenapa Tao ingin berharap lebih?

Dia terdiri diam di depan pintu.

Ada satu hal mencengangkan .

Saat dirinya membilas tubuhnya bersih ia melihat punggungnya bertatokan Naga yang melingkar ditengah punggun-nya. Persis dengan milik Yifan dan jika digabungkan kedua Tato tersebut akan membentuk ying & yang.

Apakah dia mate Yifan?

Bolehkah ia berharap sekarang?

Destinasinya sebelum kebandara adalah mengunjungi Museum Louvre, dan langsung mengunjungi lukisan Monalisa.

Tidak ada apapun disana.

Hanya Lukisan Monalisa yang tersenyum seakan meremehkan dirinya.

Benar juga jika memang Tao matenya Yifan seharusnya disaat ia kembali lukisan itu masih ada.

Bye – bye Paris.

Terima kasih atas kenangan yang engkau buat…

One Month Later

"Tao!"

"Ya, Krystal?" ujar Tao saat ingin masuk kedalam kelas terhenti karena panggilan Krystal. Teman satu klubnya.

"Kita berdua disuruh membuat Review tentang Gallery Guest tahun ini" ujar Krystal.

Gallery Guest adalah event besar SOPA dimana mereka mendatangkan pelukis – pelukis professional untuk membuka Galeri Lukisan mereka di SOPA. Seluruh anak SOPA wajib mengunjungi Galeri ini dan biasanya klub jurnal akan memasukkan event ini kedalam majalah sekolah.

"Kenapa harus aku? Cari yang lain aja ah, Juniel misalnya?"

"Himchan bilang jurnal Vacationmu kemarin keren. Gak kayak jurnal tentang Paris kebanyakan kamu mengambil sisi 'darknya' apalagi pas bagian kisah tentang lukisan yang dipajang di sebelah Monalisa itu keren banget jadi untuk Tahun ini tim Jurnal aku, kamu, dan Hongbin oppa. Kamu yang jadi review dan aku sama Hongbin oppa yang mewawancarai eotte?"

"Arraseo. Kapan acaranya?"

"Setelah pulang sekolah di Hall Utama"

"Sip"

Tao menyiapkan polaroid-nya dan mengisi full kertas fotonya dan membawa dua pack cadangan, notebooknya serta binder.

Tao hanya memfoto para chingu,hoobae, dan sunbaenya yang berpose di Galeri ini. Dan tentu saja yang paling semarak Jimin dan J-Hope serta Taehyung dengan pose yang acak adul.

"Oy Tao, kira – kira siapa ya nama pelukisnya? Dia melukis dengan amat sangat nyata" ujar Jin yang tertarik dengan lukisan seorang pemuda yang tengah memfoto menara Eiffel dari kursi taman pada senja hari.

'Ini pertama kali-nya aku melihatnya'

Begitulah tulisan yang tertera dibawah lukisan tersebut. Entah mengapa Tao merasa terhanyut dengan Lukisan itu dan memfotonya.

"Kudengar namanya Kris" ujar Youngmin setelah selfie dengan kembarannya Kwangmin.

Tao hanya mengangguk - anguk saja laluberjalan semakin masuk kedalam. Ia melihat sebuah Lukisan lagi ketika seorang pemuda duduk disebuah kapal sedang memfoto anak – anak yang sedang melempar bubuk warna – warni di pinggir sungai.

Tao hapal betul backgroundnya.

Ini sungai Seine.

'Ini pertama kalinya ketika shutter itu memfotoku'

Tao kebingungan, memfoto? Kris adalah seorang anak kecil.

Lalu jika diperhatikan lebih detil ternyata ada seorang pemuda yang sedang melukis disana.

Tapi kenapa rasanya Tao familiar ya?

Lalu ia berlanjut lagi dan menemukan sebuah Lukisan yang membekukan dirinya.

Seorang pemuda yang sedang memfoto Monalisa yang tanpa disadarinya dibelakang pemuda itu ada sesosok pemuda bersayap hitam sedang memeluknya.

'Ini pertama kalinya aku memeluknya hangat'

Ini semua mengingatkan Tao pada Yifan.

Tidak tidak tidak.

Yifan sudah meninggalkannya.

Yifan sudah membuangnya.

Yifan tidak menginginkannya.

Tao segera berjalan cepat kedalam dan dia berhenti sebentar dia melihat sesuatu.

Lukisan pemuda itu yang tengah menangis lalu dipeluk oleh seorang pemuda bersayap hitam tadi belatarkan sebuah café yang hancur.

'Ini pertama kalinya ia menangis dihadapanku'

Kenapa semakin kesini semua Lukisan itu mengarah pada kenangannya bersama Yifan?

Dan yang terakhir adalah yang membuat air matanya mengalir.

Di altar itu sebuah kanvas besar terpajang apik didinding, berlukiskan seorang pemuda yang tertidur lelap selimutnya terbuka sedikit menampakkan tato naganya dan kupu – kupu yang hinggap di bahu pemuda itu

'Ini pertama kalinya aku melihat makhluk sesempurna ini'

Itu dirinya.

Ia hapal betul dengan Tato dan latar belakang kamar hotelnya.

Kenapa kenangan yang ingin Tao buang jauh – jauh muncul lagi?

Siapa pelukis jahanam itu?

"Tao mengapa menangis?" ujar Hongbin yang menemukan dirinya menangis dalam diam. Ia mengusap air matanya cepat dan terkekeh pelan.

"Entah kenapa nuansa lukisan ini terlihat sedih membuatku ingin menangis. Sudah selesai wawancaranya hyung?"

"Ah ternyata berasa ya…iya aku sudah selesai dengan wawancara dengannya. Ini lukisan dirinya yang terakhir. Katanya ia meninggalkan pemuda itu dalam kondisi seperti itu"

DEG

Jantung Tao berpacu cepat.

"Sebenarnya dia tidak ingin meninggalkannya matenya"

Lidah Tao mendadak kelu.

"Dia bilang, dia terpaksa meninggalkan pemuda itu karna dia tahu, dia terlalu hina untuk pemuda itu, katanya ia masih ingat betul ekspresi benci pemuda itu mengetahui dirinya sering tidur dengan perempuan. Namun ia sadar ia begitu mencintai pemuda itu dan merasakan kesakitan matenya membuatnya dihantui perasaan bersalah"

Sekarang tubuh Tao yang membeku.

"Dia mencari pemuda itu kemana – mana dengan lukisan ini. Oh ya Tao pemuda yang tertidur itu kalau dilihat mirip denganmu… ya Tao?"

Tao hanya terpekur diam.

"Ah iya! Satu lagi, aku masih ingat kalimatnya yang terakhir 'Jika aku bertemu dengannya lagi, aku tak akan melepaskannya' begitu katanya sweet ya? Aku berharap mereka cepat dipertemukan" ujar Hongbin tersenyum tulus

"OY SAATNYA MAKAN – MAKAN~" ujar Krystal muncul lalu merangkul Tao dan Hongbin.

"Kalian berdua duluan saja, aku masih banyak yang harus direview. Nanti aku menyusul" ujar Tao menolak dengan halus.

Disamping kanvas besar itu ada kanvas kecil berisi sepasang naga berwarna hitam dan putih membentuk lingkaran ying & yang.

'Aku tidak mengulangi kesalahan kedua kalinya'.

Tao memandang kanvas itu lekat – lekat.

Benarkah itu dirinya?

Dirinya…terlalu…hina…untuk dilukis seindah itu…

"Sepertinya lukisan itu terlalu jelek dibandingkan dengan figur aslinya" suara baritone itu membuatnya terpekur

Ia hapal suara itu…

Ia berbalik dengan diam yang menghampiri.

Itu Yifan.

Pemuda yang telah mencuri hatinya

Pemuda yang telah memporak – porandakan hatinya.

Pemuda yang tak pernah ia harapkan untuk bersamanya.

Kini tengah berdiri gagah dengan setelan jas Hitam dengan Kemeja putih berkacamata yang justru menambah pesonanya.

Pemuda itu berjalan mendekat kearahnya yang membeku diam, hingga jarak selangkah lagi ia berhenti.

"Sekarang, aku sudah bisa memastikan engkau adalah mate ku"

Dan Yifan menuntaskan kalimatnya dengan mencium bibir dari pemuda yang sanggup membuatnya tidak berfikir kemanapun selain dirinya

Epilog

Tao saat ini sedang menggoreng bacon kesukaan Baekhyun terpaksa berhenti karena seseorang menyelonong masuk dan mengusir Baekhyun yang tengah duduk dipantry kamarnya.

"Yak Tao, ajarkan namjachingu ini sopan santun" ujar Baekhyun kesal karna dirinya selalu menjadi obat nyamuk diantara Tao dan Kris.

Ya, yang selama ini mereka tahu Kris adalah seorang pelukis dan kekasih Tao bukannya seorang makhluk bersayap Hitam bernama Wu Yi Fan.

"Tao saja tidak pernah memanggilku dengan sebutan gege" ujar Yifan acuh dan langsung melumat bibir yang menjadi candunya.

"YAK JANGAN UMBAR KEMESRAAN DIDEPANKU TIANG LISTRIK BERJALAN!"

"Eumh~gege~eumh…masa..kanku…go..song…"

Esensi Lukisan : Sebuah kenangan dapat diabadikan dengan sudut pandang sendiri


Well, mau bikin romance gitu but fail sepertinya wkwkw

Who's next? EXO? BAP? BTS? VIXX? BOYFRIEND? SEVENTEEN?

Sebutkan couple kalian dan request paling banyak dijadikan series selanjutnya

Bye - bye~