Title : Catch Me. If You Wanna.
Author : Sherry Kim
M. Cast : Jung Yunho
Kim Jaejoong
Other

Genre : Romance, Drama, Friend Ship, Family, Comedy, etc...

Rate : T ~ M

WARNING.

Yaoi. Don't like Don't Read. Cerita ini milik saya seorang. Alur maju mundur tidak jelas. Yang masih nekat baca jangan menyesal.

Happy Reading...!

Jaejoong 15 th

Anak haram.
Kata itu bagai tikaman belati mengarah langsung ke dada, menghujam jantung Jaejoong begitu telak sampai ia kesulitan meski hanya untuk bernafas.

Doe miliknya berkaca kaca saat menatap wajah wanita yang ia panggil dengan sebutan Mama selama lima belas tahun usianya, tepatnya sejak ia memiliki ingatan akan masa lalu.

Wanita itu mengamati Jaejoong dengan berbagai expresi dari jijik juga simpati. Dan ia benci mendapat tatapan seperti itu dari wanita yang paling ia sayangi dari seluruh wanita di Dunia.

Pandangan Jaejoong semakin memburam, hanya sosok bayangan buram yang ia lihat berdiri di hadapanya, liquit bening jatuh membasahi pipi mulus pemuda manis itu sampai suara tangis memilukan keluar dari bibir mungilnya.

"Benarkah?" Kata itu bagai bisikan angin pada musim dingin. Begitu menusuk sampai Ayah pemuda itu sendiri memalingkan wajah dari tatapan menuntut penjelasan dari Jaejoong.

Bukan karena Song Il Gook tidak menyayanginya, tentu saja bukan! Ia sangat menyayangi putranya sampai rela diam selama lima belas tahun membiarkan Jaejoong tinggal dalam kehidupan yang berbeda asalkan masih dalam jarak pandang dan satu atap bersama dirinya, meskipun ia harus menutup mata dan puas dengan setatus putra kandungnya sendiri sebagai putra seorang pelayan.

Ia tidak ingin menceritakan kenangan tragis cintanya bersama putri kepala pelayan keluarga Song di masa lalu yang telah menghadirkan buah cinta bernama Kim Jaejoong di waktu yang sangat tidak tepat.

Il Gook menyayangi Jaejoong sama seperti menyayangi keenam putri lain yang lahir dari istri yang ia nikahi karena perjodohan keluarga.

Istrinya Song Ji Hyo terlihat murka sampai mengatakan rahasia terbesar keluarga Song. Wanita yang saat ini berdiri di ruang tamu itu masih memegang majalan yang hampir saja ia gunakan untuk memukul tubuh kurus Jaejoong. Jika saja Il Gook tidak menghalangi istrinya itu.

Ya tuhan, Jaejoong baru berusia lima belas tahun. Pemuda itu masih terlalu akrif di dunia luar sampai pulang terlambat tiga jam dan istrinya begitu murka karena tidak menemukan Jaejoong di seluruh mansion dan mereka sekeluarga sudah menghubungi semua sahabatnya dan hasilnya nihil. Jaejoong juga tidak berada dimana pemuda itu biasanya berada setiap kali berkumpul dengan teman temanya.

Keenam putri pasangan Song Il Gook dan Song Ji Hyo menatap adik bungsu mereka dengan berbagai tatapan berbeda. Saudara tiri Jaejoong tidak mengatakan sepatah katapun untuk beberapa saat, sampai terdengar pertanyaan yang mewakili keenam gadis gadis muda itu. "Katakan kalau yang baru saja Mama ucapkan itu bohong. Jaejoong adik kami! Ma... " Tuntut salah satu dari keenam putri.

"Jaejoong bukan adik kandung kalian, dia tidak lahir dari rahimku, itulah sebabnya kami merahasiakan Jaejoong dari seluruh dunia bahwa dia adalah putra Song Il Gook, ibunya adalah wanita bejat yang merebut suami orang lain sampai melahirkan dia." Mrs. Song tidak menunjuk langsung Jaejoong, namun semua orang pun tau siapa yang dimaksud ibu mereka.

"Cukup Ji Hyo! Kau sudah keterlaluan." Suara Il Gook menggelegar di ruang tamu mansion.

Jaejoong masih berdiri dengan tubuh gemetar karena kehujanan. Ia mengatakan pada diri sendiri bahwa semua itu bohong, ibunya hanya terlalu marah karena ia nakal dan pulang terlambat sampai mengatakan bahwa ia bukan putra wanita yang ia anggap sebagai ibu kandungnya selama ini. Ya, Wanita itu adalah ibunya!

"Aku minta maaf, Mama..." Suara pemuda berumur lima belas tahun itu bergetar saat berucap. "Jongie nakal, Jongie pantas dihukum karena pulang terlambat, Jongie tidak akan mengulangi hal itu lagi.. jadi Jongie mohon..." Isakan Jaejoong sungguh memilukan sampai Il Gook memalingkan wajah kemanapun asal tidak kearah Jaejoong yang berlutut di hadapan Istrinya. "...katakan jika Jongie putra Mama dan Papa. Jongie bukan anak haram."

"Jangan panggil aku Mama karena aku bukan ibumu." Song Ji Hyo mundur dan berjalan meninggalkan ruang tamu dengan seluruh keterkejutan penghuni disana. Belum pernah sebelum ini mereka melihat Ibu mereka semarah dan semurka seperti saat ini.

"Mama," Song Taeyeon. Putri pertama Il Gook mengikuti Ibu mereka yang sudah di ujung tangga teratas.

Masih duduk di lantai yang dingin. Jaejoong bangkit dengan bantuan kakak kedua, Song Jessica. "Kuharap Papa mau menjelaskan kepada kami apa yang terjadi."

"Dan bagaimana mungkin Jaejoong bukan adik kami? Jaejoong hanya bersembunyi dari dunia demi keselamatanya sampai berganti marga dengan marga Paman Kim, bukankah itu yang Kakek katakan kepada kita selama ini?" Saudara lain bertanya.

Il Gook tau hari ini akan datang, hanya saja ia tidak menduga akan secepat ini dan demi Tuhan, Jaejoong masih cukup muda untuk mengetahui kenyataan yang menyakitkan antara cinta kedua orang tuanya yang terpisahkan karena takdir.

"Bawa Jaejoong ke kamar. Aku akan bicara kepada Mama kalian,," Jessica sudah akan berkata saat Il Gook menambahkan dengan suara yang lebih tinggi. ",,,setelahnya aku akan menjelaskan kepada kalian semua."

Langkah panjang Il Gook membawa pria itu menaiki tangga mansion menuju kamar dan menenukan sang istri menangis histeris di sisi ranjang.

Taeyeon menatap IlGook khawatir. "Keluarlah, beritahu pelayan untuk menyiapkan sup hangat untuk Jongie."

Usai pintu tertutup, meninggalkan sepasang suami istri itu di dalam kamar, IlGook menghampiri sang istri untuk menarik Ji Hyo kedalam pelukanya. "Kau sudah keterlaluan, Yeobo (panggilan suami istri)"

Tangisan Ji Hyo semakin terdengar pilu dengan cengkraman pada kemeja depan suaminya. "Apa yang telah aku lakukan," ia berkata di sela sela tangisan," aku mencoba menahan amarah karena menghawatirkan anak itu sampai berniat memukul Jaejoongie, Oh Tuhan, apa yang sudah aku lakukan kepada putra kita."

Lengan IlGook memeluk Istrinya erat penuh sayang. Ia tahu istrinya hanya marah karena menghawatirkan Jaejoong yang tidak juga kembali sampai usai makan malam di hari yang tidak bersahabat. Dimana hujan badai dengan angin kencang mengguyur Seoul sejak siang tadi. Ji Hyo semakin menghawatirkan Jaejoong saat tidak dapat menghubungi serta menemukan putranya itu dimana mana, bahkan tidak juga di kediaman keluarga Shim, satu satunya kemungkinan putra mereka berada.

Jaejoong kembali dengan tubuh basah kuyup serta noda lumpur di seragam sekolah dan sekujur badan yang masih pemuda itu kenakan sampai menyisakan selembar kesabaran Jihyo sampai pada titik terendah dan mengatakan sesuatu hal yang tidak seharusnya wanita itu ucapkan.

"Jaejoong tidak akan memaafkanku, putra kita tidak akan menganggap aku sebagai ibunya lagi."

"Tidak," IlGook menyangkal. "Jaejoong masih sangat muda dan dia akan menerima hal ini secepat ia melupakan semua hal buruk dalam hidupnya, anak itu begitu hidup dan hiperactif dan aku yakin Jaejoong akan menerima kenyataan ini sebaik yang kita harapkan."

JiHyo berhenti menangis dan mendongak untuk menatap wajah suaminya yang juga sama berantakan seperti dirinya. "Kau yakin?"

"Ya! Seyakin bagaimana kau bisa menerima Jaejoong sebagai putra kandungmu selama lima belas tahun ini dan menjadi ibu yang baik untuknya."

"Sampai pada hari ini." Lagi, Ji Hyo menyurukan wajahnya pada dada bidang suaminya untuk mencari ketenangan yang ia inginkan sampai wanita itu terlelap karena lelah.

"Apa kau masih mau berteman denganku?"

.

.

.

Shim Changmin menatap tubuh Jaejoong yang terbungkus selimut tebal di atas ranjang kamar pemuda itu. Ia merinding kedinginan akibat pendingin ruangan yang di nyalakan sampai ia merasa berasa di kutub utara saat memasuki kamar pemuda yang sudah dua hari tidak masuk sekolah itu.

"Tentu saja bodoh!" Ia mendaratkan jitakan pada kening Jaejoong. Wajah pemuda itu terlihat sepenuhnya setelah Jaejoong menurunkan selimut untuk duduk dan bersandar pada punggung ranjang.

"Lihatlah diri dan wajahmu seperti baru tersengat lebah, matamu seperti mata panda yang akan hibernasi dan sangat cocok dengan suasana kamarmu melebihi dinginya kulkas."

Bibir chery Jaejoong tersenyum dan berkata. "Panda tidak hibernasi setahuku, beruang juga tidak memiliki mata yang sama seperti panda, bodoh!"

"Syukurlah kau masih bisa memarahiku, atau aku akan mengira kau mayat hidup dengan wajah pucatmu itu." Tangan Changmin menyentuh wajah Jaejoong. Panas itu terasa di bawah telapak tangan Changmin. "Mau makan sesuatu, aku sedang baik hati dengan membagi makanan favotiteku untukmu. Hanya untuk hari ini tentu saja, tidak ada lain kali." Keduanya tertawa.

"Dasar pelit." Jaejoong tersenyum begitu lebar, beberapa detik berikutnya senyuman itu sirna dan digantikan tangisan sebelum ia memeluk Changmin untuk mencegah sahabatnya itu melihat ia berurai air mata.

"Aku beritahu kau, aku tidak menangis" Jaejoong berbisik.

"Aku tahu!" ujar Changmin meyakinkan.

"Aku beritahu kau sebuah rahasia."

"Aku sangat tersanjung untuk itu."

"Aku tidak bercanda."

"Aku juga tidak."

Hening untuk sesaat.
Changmin membiarkan Jaejoong menangis sampai sahabatnya itu tenang beberapa menit kemudian. "Ibuku bernama Kim Ji Young. Wanita cantik yang sangat cantik yang menjalin kisah cinta diam diam dengan Ayahku. Kau kenal ayahku, Song IlGook."

"Ya."

"Keluarga Papa menentang hubungan mereka sampai menjodohkan Papa dengan Mama Jihyo, ah..."Jaejoong teringat sesuatu. "Mulai saat ini aku harus memanggilnya Imo, atau Mrs. Song." Ia menarik nafas panjang, lalu melanjutkan. "Mama kandungku putri kepala pelayan, dan mereka masih menjalin hubungan diam diam meski Papa sudah menikah. Kakek nenek tidak akan tahu jika saja aku tidak hadir dan Mama kandungku berniat pergi sampai Papa mengatakan hal yang sesungguhnya kepada Mama Ji Hye yang saat itu sudah memiliki enam putri. Kakek marah dan berniat mengugurkan kandungan Mama jika saja Mama Ji Hyo juga Papa tidak membuat perjanjian kepada kedua belah pihak kekuarga. Yaitu merahasiakan aku dari dunia asal aku di bolehkan tinggal bersama Papa. Sesuai janji Mama akan pergi setelah aku lahir dan Mama benar benar pergi." Changmin menepuk punggung Jaejoong yang mulai bergetar, lagi. "Dia meninggal saat melahirkanku. Dan dia benar benar pergi tanpa melihatku barang sekalipun."

"Sudah." Changmin bertanya setelah Jaejoong menyelesaikan ceritanya. "Pizzaku menunggu dan mungkin sudah dingin karena suhu kamarmu yang gila ini," Dengan sedikit paksaan Changmin mendorong tubuh Jaejoong dan menarik selimut yang membungkus tubuh pemuda tersebut sampai tubuh Jaejoong beguling turun dari ranjang.

"Ya!" Bantak Jaejoong. Demi Tuhan, bokongnya terasa sakit karena jatuh dari ranjang. Changmin sialan! ia akan mencekik bocah itu jika ia sudah bisa bangun setelah rasa sakit yang ia rasakan pada bokongnya hilang.

Cengiran Changmin semakin lebar dengan kedua tangan menangkup minta maaf. "Maafkan aku." Ia melompat keluar kamar Jaejoong dengan pemuda itu mengejar di belakang.

"Berhenti kau tiang, atau akau akan menghabiskan semua Pizzamu."

Ji Hyo memperhatikan Jaejoong yang berlari menuruni tangga untuk mengejar Changmin. Keduanya berputar putar di sekeliling sofa lantai dasar sampai Jaejoong naiki ke atas meja untuk melompat dan mencekik Changmin dan keduanya tertawa. Changmin berteriak meminta maaf dan Jaejoong luluh, pemuda yang tidak lebih tinggi dari Changmin itug melompat ke punggung Changmin dan mereka berdua menghilang di pintu dapur.

Tanpa tarasa air mata membasahi kedua pipi wanita yang sudah hampir kepala lima tersebut. Jaejoong mendiamkanya sampai hari ini sejak saat ia memarahi pemuda itu. bahkan Jaejoong selalu menghindari satu ruangan denganya. Oh ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan kasih sayang Jaejoong.

~TBC~

Hadir lagi dengan FF terbaru yang entah kalian sukai atau tidak. Aku tidak peduli karena menulis adalah hobiku. Aku menulis bukan untuk kalian. ~di getok centong nasi.

Don't Like Don't Read.

Jika kalian datang untuk membandingkan tulisan ku dengan tulisan Author lain yang lebih keren menjauhlah, aku bukan Author besar seperti Author yang kalian banggakan. Aku hanya manusia biasa yang menyalurkan Hobiku sendiri disini. Masih nekat baca menyesal tanggung sendiri.

Menerima masukan yang membangun, dan aku akan sangat senang jika reader dan aku saling menghormati satu sama lain tanpa ada sindir menyindir. Bebas tapi sopan. ~macam tamu aja~

Tinggalkan jejak jika kalian baca. Silent reader gak masalah asal Vote. Kkkkk *ngakak bareng Changmin*

#Kabur

follow wattpad : Sherry Kim sulis kim