"Bagaimana rasanya, Byun? Menjadi tidak berguna disaat kau bisa segalanya!" Hanya sorot mata dingin dan seringai yang tersemat pada bibir tebal. Ini terlalu cepat, ia bahkan tak mengharapkan eksistensi makhluk ini untuk berada dihadapannya sekarang. Ia hanya merotasi sepasang hazel miliknya dan mendengus kasar.

"Enyahlah Park! Kau membuat mataku iritasi."

Sosok yang menjulang dihadapannya terkekeh. Kekehan tanpa makna yang menyeramkan. "Bahkan aku bisa membuat matamu melebur menjadi lelehan lava."

Obsidian tajam itu menatapnya dingin, tepat pada hazel miliknya. Ada amarah disana, serta aura menyeramkan yang menguar dari tubuh besar itu. Ekor matanya melirik pada sepasang tangan yang mengepal membuat sudut bibirnya terangkat perlahan.

"Apa yang kau inginkan?" Itu bukan tawaran. Itu adalah pertanyaan final dari segala kekalahannya. Kekalahan yang tak ingin diakuinya.

Sosok dihadapannya tak segera menjawab, hanya membisu dengan napas memburu dan kilat mata berbahaya.

"Kehancuranmu!"

Sudut bibirnya semakin terangkat menantang. Hazelnya menatap dingin balik obsidian itu. "Kau telah melihatnya dengan kedua mata kepalamu sendiri!"

Kakinya berbalik melangkah pergi. Ia tak menjamin bisa bersabar untuk tak memberi bogaman mentah pada wajah penuh keangkuhan itu. Ia terlalu banyak bersabar sampai mati rasa, sampai tak dapat merasakan apa-apa.

"Hatimu." Tanpa berbalik, kakinya terhenti pada langkah ke-tujuh. "Dikeluarkannya kau dari silsilah keluargamu. Menjauhnya kedua sahabat yang kau percaya. Tercabutnya beasiswa yang kau pertahankan. Terasingkan dari dunia yang kau agungkan, tak pernah cukup bagiku. Tidak, sebelum hatimu mengalami hal yang sama. Hatimu, Byun Baekhyun. Aku menginginkan kehancuran hatimu!"

Suara langkah berat terdengar menjauh, meninggalkan kegamangan yang mengudara dengan rasa sesak. Pandangannya mengabur serta rasa nyeri yang menggerogoti dada.

"Kau salah Park Chanyeol." Kedua sudut bibir terangkat, kakinya melangkah dengan pertahanan yang tersisa. "Hatiku telah hancur, sesaat sebelum kau memulai semua ini."

FIN

Bacodh:

Ini bukan apa-apa kok, bukan!