Aku tidak percaya takdir.

Mereka bilang kami ditakdirkan bersama karena wajah kami mirip. Kalau wajahnya mirip, berarti jodoh. Aku tidak ambil pusing karena bagiku, itu konyol. Ya, meskipun tidak memliki hubungan darah apapun, wajah kami mirip. Lalu apa? Tidak ada hubungan antara bentuk wajah dan jodoh. Itu hanya mitos yang diada-adakan oleh orang-orang putus asa.

Mereka bilang kami ditakdirkan bersama karena kami selalu bersama sejak kecil. Kami bertetangga, orang tua kami saling mengenal. Kami masuk ke sekolah yang sama sejak TK. Ya, itu benar, lalu apa? Lalu itu berarti kami harus pacaran? Tidak masuk akal.

Mereka bilang kami pasti pacaran karena kami selalu bersama. Saat berangkat sekolah, saat makan siang. Kami akan pulang bersama, saling menunggu saat aku atau Len ada kegiatan klub. Mereka bilang kami nyaman berada di samping satu sama lain, kaget setengah mati saat kubilang kami tidak pacaran sama sekali. Mereka bilang kami harusnya pacaran. Kenapa? Atas dasar apa? Kenapa mereka bisa dengan sok tahu mengatakan bahwa kami pasti cocok?

Aku tidak percaya takdir. Aku tidak percaya bahwa kami harus, pasti, dan akan berpacaran hanya karena semua alasan itu. Hanya karena wajah kami mirip, hanya karena saling mengenal sejak kecil, hanya karena orang tua kami saling mengenal, hanya karena kami selalu bersama. Aku sudah berkali-kali meyakinkan bahwa hubungan kami tidak seperti itu pada mereka.

Tapi mereka manusia. Mereka hanya ingin mendengar hal yang ingin mereka dengar. Mereka begitu sok tahu. Mereka bilang aku mengatakan itu hanya karena aku menyangkal. Karena aku belum menyadari perasaanku sendiri atau apalah itu. Mereka bilang kami kurang menyadari situasi, kami belum pacaran karena kami butuh waktu lebih lama untuk berdua. Lalu mereka akan seenaknya mengatur situasi sehingga kami berduaan, sehingga kami bisa "berbicara dari hati ke hati." Kenapa? Kenapa mereka begitu seenaknya? Memutuskan bahwa kami harus pacaran, memutuskan bahwa kami butuh waktu berduaan, bagaimana mereka bisa menjadi begitu sok tahu?

Apa maksud mereka? Apa mereka menganggap mereka tahu aku lebih dari bagaimana aku mengetahui diriku sendiri? Tentu saja aku menyadari perasaanku sendiri. Maksudku, ini perasaanku, mana mungkin aku tidak sadar? Tentu saja aku tahu, aku memang menyukai Len. Aku memang ingin jadi pacar Len. Tapi mau bagaimana? Kenyataannya, aku bukan pacarnya. Kenyataannya, hubungan kami memang tidak seperti itu. Kami hanya teman.

Aku tidak percaya takdir. Aku tidak percaya bahwa kami pasti akan berakhir sebagai pacar. Aku tidak percaya bahwa kami berjodoh hanya karena Len menghabiskan waktunya lebih banyak bersamaku dibandingkan bersama orang lain. Hanya karena Len selalu bersemangat berbicara denganku, selalu mencariku. Aku tidak percaya kami akan berpacaran.

Karena saat ini, kekasih Len adalah Miku. Bukan aku.

Karena Len hanya bersemangat saat dia sedang membicarakan Miku. Karena Len selalu mencariku saat dia bertengkar dengan Miku, meminta pendapatku mengenai apa yang harus dia lakukan. Karena Len meskipun Len lebih banyak menghabiskan waktunya denganku, itu hanya karena rumah kami bersebelahan. Hanya kami sudah saling mengenal sejak lama. Hanya karena orang tua kami saling mengenal sehingga kami sering mengunjungi rumah satu sama lain.

Aku tidak percaya takdir. Aku hanya percaya intuisi. Intuisiku yang tumpul, yang tidak bisa dipercaya karena meskipun intuisiku berkali-kali mengatakan bahwa Len akan jadi milikku, Len tidak jadi milikku.

Aku Tidak Percaya Takdir

By

chounojou

disclaimer

VOCALOID (c) YAMAHA

Len & Rin Kagamine (c) Crypton Future Media

"Dasar sok tahu."

A/N : Lagunya Yura Yunita, Intuisi, memberi inspirasi ini buat saya OwO