.
.
.
Author: Runriran
Disclaimer: Runriran-sensei #plakkMasashi Kishimoto
Genre: ? Supranatural ? Fantasy ?
Language: Indonesian
Rated: M (Mungkin?)
.
.
The Sign of Guardian
.
.
.:SasuNaru:.
Warnings : AU, OOC, OC, Typos, Gajeness, Yaoi, BoysLove, boyXboy
Don't Like ? Don't Read !
.
.
.
Guardian adalah sosok pelindung sekaligus pemusnah. Guardian bertugas untuk mencari iblis yang tersesat di dunia manusia dan mengembalikan mereka ke tempat asalnya, dunia iblis. Jika iblis tersebut menolak untuk pergi dari dunia manusia atau tidak berhubungan dengan manusia maka guardian punya kewajiban untuk memusnahkan mereka, akan tetapi bila iblis tersebut takluk dan patuh dengan guardian maka sang guardian memiliki hak untuk mengklaim kepemilikan iblis tersebut.
Terlihat sebuah istana megah yang sudah berdiri bertahun-tahun tanpa seorangpun orang luar yang dapat masuk ke istana tersebut dikarenakan di sekeliling istana tersebut terdapat hutan lebat yang dihuni oleh para monster. Karena itu, bila ada seseorang yang mencoba masuk untuk menguak misteri tentang apa yang ada di balik hutan misterius tersebut, sama saja dengan ia mengantar nyawanya sendiri pada sang dewa maut. Namun, orang-orang yang tinggal di istana itu juga bukanlah orang sembarangan. Orang luar menyebut mereka The Child of God (Anak Dewa).
Mampu menyembuhkan luka dengan cepat, menghidupkan kembali orang yang telah meninggal, awet muda, dapat melihat masa depan, memiliki kekuatan seperti iblis dan mata berwarna merah semerah darah melambangkan ciri khas mereka. Anak-anak Dewa ini sebagian besar dari mereka merupakan guardian. Mereka menjaga keseimbangan di antara 3 dunia yaitu, dunia manusia, dunia iblis dan dunia setelah kematian.
Naruto adalah salah seorang anak yang tinggal di istana tersebut. Walau ia laki-laki dia memiliki wajah yang manis seperti anak perempuan. Namun hal itu dikatakan wajar karena Naruto adalah kloning dari Putri Narumi, anak dari raja yang menguasai istana tersebut.
Suatu hari Naruto di tugaskan oleh Deidara (tangan kanan Putri Narumi) untuk Mengawasi seorang iblis yang ada di suatu perguruan ninja di Selatan selama 1 minggu, bersama seorang anak perempuan yang berumur 14th bernama Ino (yang lebih tepat disebut sebagai penjaga daripada asisten. Karena, walau umur Naruto 2 tahun lebih tua dari Ino, jalan pikiran dan sifatnya jauh dari dewasa).
Letak perguruan itu berada jauh di dalam hutan, sehingga untuk memasukinya mereka harus melintasi jalan setapak. Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam penuh akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Perguruan itu terlihat sangat menakjubkan. Gerbang perguruan yang besar menjulang tinggi seperti melindungi sesuatu didalamnya. Tembok yang berdiri berdampingan dengan gerbang tersebut kokoh, layaknya benteng pertahanan. Bangunan-bangunan besar didalamnya terlihat sudah begitu tua tapi menampakkan kemegahan yang enak di pandang mata. Namun, mereka tak melihat satu orang pun di dalam perguruan itu. Ino yang selama ini selalu bersemangat untuk menyelidiki seluk-beluk perguruan itu mendadak menjadi kecewa.
"Awas !" teriak seorang anak diiringi serangan suatu benda tajam yang sedikit memotong rambut Naruto yang panjangnya sebahu. Seorang anak berkulit putih pucat dengan rambutnya yang dikuncir panjang memakai baju latihannya yang berwarna hitam dan dihiasi warna putih di sekitar lengan dan dadanya. " Ah, maaf. Kalian murid baru yang sementara akan belajar di sini bukan? Selama 1 minggu, kan?" Tanya anak itu seraya memamerkan senyumnya.
"Iya benar ! Benar !" jawab Ino antusias lupa dengan benda tajam yang tadi hampir melukai mereka.
...
"Jadi, kalian !?" seorang guru yang tampan. Perawakannya tinggi juga berkulit putih pucat, berambut panjang yang diikat seperti Kenshin dan berkacamata. Namun, kelihatanya pemarah, ia memperhatikan Naruto dan Ino dari ujung rambut sampai ujung kaki. Namanya adalah Fugaku sensei, pemilik perguruan ini. "Itachi, antar mereka ! Kita berkumpul 1 jam lagi."
"0sh !" jawabnya.
"0h, ya ! Jangan lupa rambutnya !" tambah Fugaku sensei.
"0sh !".
"Rambut ? Apa maksudnya ?" tanya Ino.
"Semua anak baru rambutnya harus dipotong pendek, karena itu melambangkan kesenioritasan." Jawabnya.
"Ap…Apa !? Yang benar saja !?" protes Naruto tidak setuju, karena dia sangat menyayangi rambut panjangnya itu.
"Maaf tentang rambutmu Naruto…" katanya.
'Tenang saja… Kau tetap imut, kok.' Batin Ino
'Aargh ! Yang benar saja ! Aku benci perguruan ini ! Kita harus cepat menangkapnya, Ino !'
'Yaah, mudah-mudahan saja.' Sistem telepathy yang digunakan Ino dan Naruto sebagai salah satu kelebihan mereka yang sangat membantu.
-Naruto POV's-
Beberapa menit kemudian aku sudah tidak tau, bagaimana aku terlihat dengan rambut pendek seperti laki-laki ini (tapi, kamu kan memang laki-laki, Nar). Setelah selesai, kami memperkenalkan diri pada beberapa anggota khusus yang masuk di liburan musim panas ini. Hanya ada beberapa orang murid saja di liburan musim panas ini dan beberapa senior, ada juga guru-guru yang ikut serta di sini. Fugaku sensei dan seorang wanita muda yang cantik,
"Dia terlambat lagi. . . Apa dia tidak menghargaiku di sini…?" kata sang wanita muda itu dengan wajah yang hampir menangis.
Lalu, datang seorang laki-laki berperawakan cantik dengan rambut hitam sebahunya, berkata, "Maaf terlambat… Jangan menangis sensei."
"Sai, kau seharusnya sebagai senior memberi contoh yang baik!" kata Fugaku Sensei.
Lalu anak laki-laki itu menghampiriku dan Ino, dia ingin memperkenalkan dirinya. Entah kenapa kakinya tersandung dan… 'chup' tanpa sengaja bibir Sai mendarat mulus dibibirku, dengan sepontan aku berlari meninggalkan lapangan dengan bercucuran air mata,
Ciuman Pertamaku…
-Naruto POV's End-
"Ini semua salahmu Sai, dia jadi lari tuh." kata Itachi.
"Sai, kau dan Sasuke adalah pembimbing anak itu !" ucap Fugaku sensei menunjuk Ino dan Naruto yang sudah tidak terlihat oleh mata.
"Baik, sensei !" jawab Sai.
Beberapa menit kemudian muncullah sosok anak lelaki di tempat di mana Naruto sedang menangis. "Ternyata kau di sini. Pasti sedang menangisi ciuman itu." Dia berkata dengan cueknya seraya menghampiri Naruto.
"SUDAH DIAM SAJA ! KAU TIDAK TAU PERASAANKU !" bentak Naruto.
Dengan hitungan satu detik anak itu sudah berada di samping Naruto. Lalu ia memegang dagu Naruto dengan paksa, Naruto menyadari ada yang berbeda dari tatapan anak itu yang sekarang berdiri di depannya, dengan saat dia pertama kali bertemu di lapangan. Anak itu tiba-tiba menempelkan bibirnya dengan agresif ke bibir Naruto. Sepontan Naruto terkejut. Ia ingin berontak tapi, entah mengapa saat ia melihat kedua mata anak itu ia tidak bisa berbuat apa-apa, seolah ada yang menariknya untuk tidak berontak. Ciumannya sangat agresif tetapi, terkesan lembut. Entah kenapa Naruto menikmatinya.
Lalu, sekelebat bayangan seseorang datang. Ia sadar dan menghempaskan tubuh Naruto menjauh. "Naruto?" Sai datang dengan wajah khawatir mendekati Naruto, "Kau menangis ?" tanyanya.
"Tidak, mataku kemasukan debu." Jawabnya.
"Maafkan aku Naruto, itu sungguh kecelakaan" matanya menyiratkan rasa bersalah.
"Tidak apa-apa kok." Naruto memaksakan diri tersenyum.
"Baiklah, kalu begitu ayo kita kembali. Fugaku Sensei menunggu" ajak Sai.
"Iya."
'Ino, kau lihat tadi… Matanya…' .
'Iya, aku tau… Ternyata dia…'
...
Setelah bel istirahat, Sai menggantar Naruto ke asrama Putra, tempat Naruto akan tinggal. Sai hanya mengantar Naruto sampai di depan asrama karena dia ada urusan mendadak dengan Fugaku sensei. Alangkah terkejutnya Naruto saat sampai di depan pintu kamarnya, karena yang membuka pintu kamar yang akan dia tempati adalah 'anak itu'. "Sasuke". Laki-laki berambut raven dan bermata onyx itu.
"Ayo masuk…" ajaknya.
"I, iya…"
Naruto POV's
Aku tidak mengerti, padahal dia cowok, kok bisa ? Walaupun aku seorang Guardian tapi, aku cowok ! kan tidak etis. Tapi, dia terlihat keren dengan jeans selutut dan baju santainya di tambah lagi ia mengenakan headset. STOP! STOP! Kenapa aku jadi seperti ini, sih !?
"Maafkan aku atas kejadian tadi…"
Aku tersentak kaget, tiba–tiba dia bicara seperti itu. Aku tidak menjawab. Aku mengerti, sangat mengerti… Karena memang ada orang lain yang hidup di dalam tubuhmu, Sasuke.
"Tidak apa apa…"
Kubalas dia dengan senyuman. Lalu, dia memalingkan wajahnya. Ternyata wajahnya bersemu merah. Hihi, lucu sekali tapi, pasti menurutnya ini malah aneh. Karena, pertama kalinya dia mengalami hal seperti itu dengan seorang laki–laki. Sasuke sangat tampan, kulit putih pucatnya, bodynya juga bagus. Panjang rambut hitamnya sebahu menandakan dia adalah senior seperti Sai. Namun, tatapannya padaku membuatku hatiku luluh, apa ini karena aku kurang latihan...
.
.
.
Cit cit cit…
Sudah pagi… Eh, lho? Kok… Sasuke… Tidur di sampingku…?
"Sasuke, bangun… Sudah pagi…" kubangunkan dia pelan–pelan. Tangannya masih memeluk pinggangku dengan erat membuat wajahku panas.
"Mmmh… A…pa?" gumannya.
"Sudah pagi." Tegurku.
"Iya, sebentar lagi…" jawabnya. Lalu, tiba–tiba dia menarikku ke pelukannya. Aku berusaha melepaskannya tapi, tidak bisa. Bagaimana ini?
"Jangan berontak... Menurut saja..." Dia melihatku dengan tatapan matanya. Matanya sama seperti waktu itu berwarna merah terang.
"Siapa kau !?" tanyaku.
"Alex… Perkenalkan" jawabnya.
Lalu, ia menempelkan bibirnya di dahiku, berlanjut ke pipi, bibir, leher dan berakhir di dadaku. Aku hanya bisa diam tak bergeming. Aku harus bisa menaklukannya. Karena, iblis selalu terpesona pada guardian dan pesona itulah yang membuat Alex tertarik padaku. Tetapi, yang aku tau tidak semua iblis tertarik pada setiap guardian. Pupil matanya menyempit, taring kecilnya muncul dan juga tanduknya. Lucu… Aku seperti punya peliharaan, manis sekali, aku jadi ingin menciumnya. 'chup'. Tanpa kusadari aku sudah menempelkan bibirku pada bibirnya. Lalu, dia tersenyum jahil dan dengan cepat menciumku. Lidahnya bermain meliuk-liuk di dalam mulutku. Entah kenapa aku menyukainya.
Lalu, aku tersadar.
"Alex ! Sekolah !" pekikku.
"Dasar bodoh, hari ini kita masuk jam 11:00, kau ini bagaimana sih." Dia mengejekku sambil tersenyum jahil.
Aduh, mati aku…
Tok tok tok…
Ada seseorang yang mengetuk pintu.
"Siapa !?" Tanya Alex dengan nada sebal.
"Sai" jawab orang itu.
"Cih, dasar Sai menggangu!" kata Alex sebal.
Aku hanya tertawa kecil mendengarnya. Aku selamat...
"Kalian lagi ngapain ?" Tanya Sai yang baru saja masuk.
"Memangnya kami harus selalu memberitahumu apa yang sedang kami lakukan." Jawabnya jutek. Ternyata Sasuke sudah kembali ke dirinya sendiri.
"Aku menggangu ya ?" Sai bertanya dengan wajah sedih.
"Tidak kok, Hehe." Jawabku sambil merangkul Sai.
.
.
.
20:13
Aku lelah sekali hari ini. Tapi, senang. Entah kenapa.
"Naruto …"
Tiba–tiba Ino muncul berteleport tanpa aba–aba dulu. Sepontan aku kaget.
"Huwaaaa…" pekikku.
"Ehehe…" cengirnya.
"Kau mau buat aku kena penyakit jantung ! Kenapa tidak bilang dulu kalau mau muncul ! Ini asrama putra tau !" omelku.
"Iya iya… Maaf" jawabnya sambil menjulurkan lidahnya.
"Ada apa ? Tumben…" tanyaku
"Aku inggin membicarakan tentang 'itu'" ha ?
"'Itu?' maksudmu dia ?" Alex ?
"Ya" Ino mengangkat bahu dan melanjutkan, "Siapa lagi selain dia..."
Naruto mengangguk lalu melanjutkan percakapan mereka melalui telepathy, 'Jadi ?' Ino berjalan menuju pintu kamar dan mengkuncinya setelah itu ia menyamankan diri duduk di sebelahku di atas kasur. 'Bagaimana menurutmu ?' Ino bertanya seraya memainkan karet gelang ditanggannya membuatnya mejadi berbagai macam bentuk.
Aku hanya mengangkat bahuku, 'Tidak tahu. Tapi, sepertinya Sasuke sadar dengan adanya Iblis itu buktinya pada saat itu dia bisa merubah wujud dan juga matanya pada saat Sai datang dan menjadi Sasuke yang biasanya.'
'Begitukah ? Hmm... Lalu ? Apa dia tertarik padamu ?' Ino menghentikan aktivitasnya lalu duduk dengan memeluk kakinya dan menolehkan wajahnya ke arahku.
'Ya, sangat agresif...' Ino memperbaiki cara duduknya lalu menggeluarkan buku yang entah darimana ia dapatkan begitu pula dengan pena bulu tanpa tintanya lalu mulai menulis sesuatu.
'Jadi, apa yang Alex sudah lakukan padamu ?' tanya Ino tanpa melihat ke arahku, wajahku sukses memerah mendengar pertanyaannya, 'Sudah sampai tahap mana ?' aku menundukkan wajahku, 'Apa dia hebat dalam bermain di ran-'
"STOOOOOOOP !" Ino mendongakkan wajahnya untuk melihat ekspresiku, masih dengan wajah datar,
'Kenapa kau jadi menanyakan hal-hal semacam itu, heh ! Kenapa kau jadi seperti mangintrogasiku begini !?' aku kesal, wajahku masih bersemu merah. Aku tidak peduli ! Apa-apaan pertanyaan seperti itu !
Aku hanya melihat Ino dengan wajah heran, dia menulis laporan seperti menganalisa orientasi sex saja, 'Jadi, sudah jauh ya... Hemm, tapi belum sampai tahap lemon... Sayang sekali, ckckck' Ino tidak menghiraukanku dan melanjutkan sesi tulis menulisnya. Masih dengan wajah datar pastinya.
"KAU !" Aku sudah tidak tahan lagi ! Akan kuhajar anak tengil satu ini !
CKLEK
CKLEK CKLEK
Pintu ? Siapa ?
Dok Dok Dok !
"Naruto, ada apa ? Kau di dalam ? Naruto ? Buka pintunya !" Sasuke ? Sasuke datang !
'Ino, Sasuke da-' Hilang... Saat aku menoleh ia sudah tidak ada... Akupun bergegas menuju pintu dan mengatur nafas sebelum membukanya...
Cklek
Kubuat ekspresi wajahku seperti orang yang habis bangun tidur, aku yakin actingku ini menyakinkan, surely. "Maafkan aku, aku tadi ketiduran dan lupa kalau pintunya aku kunci,"
Sasuke tersenyum lembut lalu membelai rambutku. "Lebih baik istirahat saja, kau pasti capek sampai mengigau seperti itu." Aku mengangguk mengiyakan, lalu aku berjalan menuju kasurku dan duduk di pinggirnya,
"Sasuke ?" panggilku,
Sasuke berjalan menuju lemari baju lalu membuka kancing bajunya perlahan, "Hn," jawabnya tanpa melihat ke arahku, "Kenapa, Naruto ?" ia melepas bajunya dan melemparnya ke ember di kamar mandi lalu berjalan ke arahku dan duduk disampingku. Melihat Sasuke yang setengah telanjang membuat wajahku panas,
Tubuhnya bagus, sixpack,
Aku menggeleng-gelangkan kepalaku, mengusir pikiran-pikiran aneh di kepalaku dan menunduk, "Kau kenapa, dobe ?" tanya Sasuke mengarahkan wajahnya ke depan wajahku, "Kau demam ?" tanyanya,
Aku tidak bisa menatapnya ! Jauhkan wajahmu dari wajahku Sasuke teme !
"Aaakh !" Sasuke tiba-tiba memegang kepalanya seperti kesakitan, aku memegang bahunya khawatir,
"Sasuke! Kau kenapa ?" Tubuhnya jatuh terbaring di kasur, "Sasuke !? Sasuke !? Sasukeee !"
Naruto POV's End
°• Chap 1 End •°
•°Mind to Review Minna°•
°•(̯^o^)•°
