-_ Ui Present _-
000 Akairo Hoshi 000
Pairing : SasuFemNaru
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : AU, OOC maybe, FemNaru, serta kekurangan kekurangan lain yang tak bisa dihindarkan
Rated : T aja
READ N RIVIEW PLEASE
DON'T LIKE READ
Malam gelap terhias di langit menaungi melengkapi kegelapan hutan kematian yang terletak dibarat daya Konoha. Sebuah tempat yang sangat jarang dikunjungi penduduk karena mitos yang menaunginya. Sebuah kediaman mewah berdiri dipuncak bukit yang di lindungi oleh hutan kematian. Dalam rumah itu tampak banyak manusia dewasa berjalan atau lebih tepatnya berjaga-jaga, alat penghubung nampak terlingkar di telinga mereka, tak lupa senjata yang bersarang di saku jika ada penyusup.
Tampak salah satu di antara mereka berjalan tergesa menyusuri ruangan mewah dengan dekorasi eropa klasik tak lupa jejeran lukisan dan barang-barang bernilai tinggi melengkapi setiap sudut rumah yang lebih mirip istana itu.
Jari-jari tegasnya merogoh kesaku, nampak mengambil sebuah kartu yang kemudian dimasukkannya kedalam alat pendeteksi canggih yang tertempel disalah satu sisi pintu megah yang dihiasi dengan ukiran rumit. Pintu itu terbuka perlahan menampakkan sebuah ruangan luas yang terdapat sebuah meja besar dengan sebuah kursi panas yang tak dapat diragukan lagi harganya terletak gagah ditengah-tengah ruangan , tak lupa beberapa rak besar berisi buku-buku entah apa yang tertata rapi. Ruangan itu tampak gelap, sumber cahaya hanya berasal dari bulan purnama yang membiaskan sebuah lambang bintang merah yang dibelit oleh darah merah yang menetes membentuk sebuah tulisan 'Akairo Hoshi' yang terpasang gagah ditembok diantara dua buah buah jendela raksasa tempat cahaya rembulan masuk.
Di atas kursi itu tampak seorang lelaki yang tampak gagah dengan setelan jas bermerk, duduk angkuh dengan kedua tangan menyatu dihadapannya. Wajah tegasnya menatap anak buah itu tajam.
"Maafkan saya Rikudou-sama, ada berita buruk, Ryu tertangkap, kemungkinan ada salah satu anak buah yang berhasil tertangkap lebih dulu dan membocor rencana yang tersusun. Namun barang yang anda inginkan telah berhasil didapatkan." Lapor anak buah bernama zetsu itu dengan berlutut dihadapan sang tuan.
"Hmm, kau boleh keluar." Suara berat itu terdengar menggema menampakkan sebuah kekuasaan besar.
"Baik Rikudou-sama." Ucap Zetsu kemudian beranjak meninggalkan ruangan mewah tersebut.
Pria bernama Rikudou itu memejamkan mata, mulai menyusun rencana matang untuk membebaskan salah satu anak emasnya yang tertangkap karena misi yang bocor, sebuah seringai licik tampak terpampang jelas dimuka pria dengan sebuah bekas luka sayat dimata kanannya disusul terbukanya sepasang mata orange gelap yang mampu membuat siapa saja gentar menatapnya.
'Saatnya menerbitkan 'bulan disenja hari', untuk membantu 'api' yang terkungkung air.'
Ia mengambil pesawat telpon yang terdapat dimeja, memencet beberapa nomor.
"Zabuza, bawa Runa menghadap padaku." Tanpa menunggu jawaban Rokkudo menutup gagang telpon. Memutar kursinya hingga menghadap lambang organisasi yang ia rintis sejak dulu 'Akairo Hoshi'.
/..
/..
Kantor polisi Konoha tampak ramai oleh para pencari berita yang ingin meliput, baru saja mereka mendapat info kepolisian khusus Konoha atau biasa dipanggil Anbu telah menangkap salah seorang anggota 'Akairo Hoshi', pada operasi terakhir.
Sedangkan disebuah ruang dengan pengawasan ekstra ketat nampak Uchiha Itachi -komandan ANBU- tengah mengintrogasi salah satu anggota 'Akairo Hoshi' yang berhasil tertangkap.
"Siapa dalang dibalik semua ini?" Tanya Itachi.
"Hah, apa aku harus menjawab? Komandan ANBU yang terhormat." Jawab Ryu dengan nada menantang. Matanya menatap tajam disela-sela topeng hitam yang menutup separuh wajahnya.
"Baiklah tak perlu bertele-tele lagi, Natsu no Ryu atau siapapun. Cepat buka topengmu karena kau harus segera melakukan prosedur."
"Kalian bahkan tak bisa melepas topeng sekecil ini. Bagaimana kalian bisa membuatku berbicara, jangan harap." Memang sejak penangkapan tak satupun dapat melepaskan topeng yang dikenakan Ryu, bahkan sudah berbagai alat canggih telah digunakan. Tentu saja karena topeng itu telah menempel kuat dalam kulit dan hanya dapat dibuka dengan memecahkan kode yang ada disudut telinganya. Bahkan suara Ryupun tersamarkan membuat petugas sulit mendeteksi siapa Ryu sebenarnya.
Itachi menggeram kesal, segera saja ia mengambil pistol yang tadinya terkantongi rapi. Menempelkannya pada kening yang tertutupi topeng sial itu.
"Cepat lepaskan topeng sialan ini dan jawab pertanyaan kami." Ucap Itachi tajam dan penuh tekanan, matanya menatap tajam sepasang bola mata orange yang memandangnya remeh itu. Suasana ruangan tampak tegang bahkan anak buah yang berjaga-jaga pun diam tak bergerak. Baru sekali ini mereka melihat atasan mereka yang biasanya ramah dan tegas ketika misi mengeluarkan aura kemarahan yang mampu membuat setiap orang tanpa sadar menahan napas mereka.
"Tenanglah Brengsek kalau kau terbawa emosi, ia akan semakin bersemangat mempermainkanmu." Ucap seseorang yang baru saja datang dari arah pintu masuk satu-satunya. Sebuah mata merah itu menatap tajam Ryu yang memandang remeh. Ia tersenyum licik, mulai mendekati Ryu dan menarik surai merah bata itu keras.
"Jangan bermain kekerasan Kyuu." Seru Itachi.
Kyuubi tak mengindahkan teriakan Itachi, ia menatap topeng itu teliti berpindah memegang dagu Ryu kasar mendongakkanya sehingga mereka bertatapan. Kyuubi memandang mata itu tajam, bukan untuk mengintimidasi tapi untuk mencari sesuatu. Tangan Kyuubi beralih pada laring Ryu menekannya cukup keras membuat Ryu menatap tajam Kyuubi yang kini menyeringai dan mulai menjauhkan diri darinya.
"Menarik sekali, kalian memang hebat. Topeng yang mengikat pada sel kulit, contact lens dengan infrared, dan mampu melihat dalam gelap, juga penyamar suara." Kyuubi mulai melangkah menuju Itachi.
"Aku akan membuka topengnya besok, harus ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Termasuk membuatnya berbicara, jadi bersabarlah." Ucap Kyuubi kemudian beranjak meninggalkan ruangan itu.
Itachi menghela napas pelan, mungkin ia membutuhkan ketenangan sejenak untuk menenangkan diri.
"Bawa dia ke ruang khusus, jaga dia dengan baik. Perketat penjagaan disetiap jalan keluar, jangan lepaskan mata kalian darinya." Ucap Itachi sebelum mengikuti langkah Kyuubi keluar daru ruangan isolasi.
/..
/..
Seseorang dengan mantel hitam melangkah cepat tanpa suara, sepanjang jalan setiap anak buah membungkuk padanya singkat. Kepalanya tertutup kupluk mantel menyembunyikan dalam wajah yang sudah tertutup topeng hitam itu.
"Runa-sama, Rikudou-sama telah menunggu anda." Ucap Zetsu setelah sebelumnya menunduk singkat pada seseorang yang dipanggilnya Runa-sama itu. Mereka melangkah beriringan menuju ruang yang tadi ia masuki. Kembali Zetsu memasukkan kartu pada mesin pendeteksi dan menunggu hingga pintu terbuka.
"Rikudou-sama, Runa-sama telah tiba." Ucap Zetsu setelah sebelumnya memberi hormat.
"Kau boleh pergi." Ucap Rikudou, setelah Zetsu keluar Rikudou menatap satu lagi anak emasnya.
"Kau pasti sudah menetahuinya." Ucap Rikudou mulai melangkah mendekati Runa.
"Ya, dan apa yang kau rencanakan?" Tanya Runa membalas tatapan Rikudou dengan sepasang mata merahnya. Rikudou tertawa mendengar ucapan Runa yang sama sekali tak menunjukkan rasa hormat seperti biasa, belum lagi tatapan tanpa rasa takut sekalipun. Inilah yang membuatnya menyukai anak yang berdiri didepannya. Rikudou mulai meredam tawanya dan kembali berbicara serius.
"Kau harus menyusuplah kedalam kantor kepolisian, dan bebaskan Ryu. Untuk informasi yang kau butuhkan akan dijelaskan Zetsu nanti. Dan kau boleh memilih rekan sesukamu."
"Baiklah, aku membutuhkan Karin dan Sakon bersaudara bersamaku." Ucap Runa kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan itu, tentu saja tanpa hormat.
/..
/..
Seorang gadis dengan berpakaian glamour tampak memasuki kantor polisi, rambut merahnya ia sanggul tinggi. Matanya yang berbingkai kaca mata menatap centil pada beberapa polisi yang menatapnya. Ia melangkah menuju tempat melapor.
"Permisi, saya Mitsuko. Saya ingin menjenguk suami saya yang bernama Kogoryu, saya telah membuat janji sebelumnya." Ucap gadis itu lembut.
"Oh, baiklah. Mari silahkan, saya akan mengantar anda." Ucap sang polisi mengantar gadis itu menuju ruang untuk menjenguk narapidana.
Sesampainya diruang menjenguk, gadis yang mengaku bernama Mitsuko itu duduk dikursi yang telah disediakan.
"Tunggu sebentar, saya akan membawa Kogoryu kemari." Ucap Polisi itu melangkah menuju pintu lainnya yang menhubungkan dengan sel tempat para tahanan. Baru beberapa langkah mendadak polisi itu limbung tak sadarkan diri. Sebuah jarum menancap tepat pada lehernya.
"Sakon,Ukon waktu kalian beraksi. Naru-sama apa anda sudah selesai?" Tanya gadis itu.
'Aku selesai sebentar lagi aku akan menyusulmu Karin.'
"Baiklah aku akan terlebih dulu masuk." Ucap Karin mulai melangkahkan kakinya menuju tempat para tahanan berada.
/..
/..
Runa tampak sibuk melakukan sesuatu pada jaringan keamanan Kepolisian, ia memang tengah berada pada pusat kendali. Tak jauh darinya tampak beberapa orang tampak tak sadarkan diri dengan jarum yang menancap dimasing-masing leher mereka.
"Got It." Runa menyeringai senang karena telah berhasil merusak alarm keamanan dan system keamanan yang biasa menempel pada pintu sel kelas S.
Ia segera melangkah keluar, menuju sel menyusul Karin.
/..
/..
Karin nampak kesal menghadapi beberapa polisi yang masih sadarkan diri meski tadi ia telah melemparkan bom asap.
"Sial, mereka tak ada habisnya. Kalau saja Runa-Sama mengijinkanku memakai pistol." Gerutu Karin tanpa disadarinya seseorang datang dari arah belakang tanpa dihindarinya.
"Dor." Tapi sebelum itu polisi itu limbung terkena tembakan dikakinya. Runa datang dan mulai membantu Karin menghadapi para polisi itu. Ia mengeluarkan pedang dari pinggangnya dan mulai menyerang. Menebas setiap polisi dengan gerakan indah bagai penari, tapi mencoba sebisa mungkin untuk tidak membuat luka yang terlalu parah apalagi hingga membunuh.
Runa melangkah maju, salah satu kakinya memanjat pada terali besi dan mengangkat tubuhnya, menendang keras kepala polisi yang mencoba menembaknya. Ia melangkah cepat menekuk kedua kakinya dan melucur disela-sela kaki salah satu polisi dan menebasnya dari belakang. Ia segera melangkahkan kakinya cepat menuju sel tempat Ryu ditahan. Sesampainya ia segera membuka terali itu dengan mudah, ia mendekati Ryu.
"Kau baik?"
"Ya, tapi alat ini sepertinya tidak baik." Jawab Ryu seraya menunjukkan benda yang mengikat tangan bersambung pada kakinya.
"Karin, perintahkan Sakon dan Ukon mundur, dan suruh mereka menghubungi Zetsu untuk menyiapkan Helikopter."
"Baiklah, setelah ini kita harus sedikit berkeringat nampaknya." Ucap Runa setelah merasa putus asa mencari jalan keluar aman untuk melepaskan rantai itu. Runa menempelkan sebuah cip kecil pada pusat rantai dan menekan pemacu yang ada di tangannya, seketika bunyi alarm berbunyi diseluruh kepolisian.
"Kita pergi." Mereka bertiga mulai melangkah pergi meninggalkan sel menuju atap gedung. Para polisi mulai berdatangan dari arah belakang mereka. Runa menyeringai sebentar dan mulai menghitung mundur.
"Lari secepat yang kalian bisa ok." Perintah Runa kepada kedua orang yang ad disampingnya.
"Tiga, dua, satu." Mereka lari sekencang mungkin karena dari arah belakang bom-bom asap berdosis tinggi telah dipasang Runa sebelumnya nampak mulai meledak disusul yang mulai menyebar membuat jumlah para polisi yang mengejar mereka berkurang.
Mereka baru saja sampai dilantai tiga, namun disana telah menunggu dua orang yang tampaknya sejak tadi telah memperkirakan tempat mereka akan kabur.
"Diselamatkan oleh saudara kembar eh." Ucap Kyuubi menatap Runa yang memiliki topeng identic dengan Ryu hanya saja mata Runa berwarna merah bukan orange seperti Ryu.
"Jangan harap kalian bisa kabur." Ucap Itachi mengacungkan pistolnya.
"Heh." Dan secepat kilat pistol yang dipegang Itachi berpindah ke tangan Runa setela pengambilan paksa dengan cambuk yang mengejutkan Itachi dan Kyuubi. Dan pertarungan dimulai.
Runa mengeluarkan pedangnya dan mulai mengayunkannya kearah Kyuubi, Kyuubi yang menhadapi itu mengeluarkan sebuah tongkat dari bahan besi terlapis tembaga yang dapat dipanjang pendekkan. Runa mulai menggerakkan pedangnya, kembali sebuah tarian indah ditunjukkan Runa. Ia memutar pedangnya ke arah atas yang dihindari Kyuubi dengan memutar kepalanya. Dibalas dengan sodokkan pada perut Runa namun sebelum itu Runa merendahkan tubuhnya mencoba menyapu kaki Kyuubi.
Itachi mulai menghadapi Karin dan Ryu, mereka bertarung dengan tangan kosong. Pukulan dan tendangan mereka coba berusaha menjatuhkan lawan. Ryu mencoba memukul wajah Itachi namun gagal, Itachi mencoba membalas namun sebelum itu tebasan Karin mengarah pada kakinya membuat Itachi harus melangkah mundur dan hamper terkena pukulan dari Ryu jika bukan karena refleknya yang bagus.
Setiap serangan masing-masing dapat diatasi dengan baik membuat keadaan menjadi imbang. Runa melangkahkan kakinya pada tangga menjadikannya tolakan untuk mengarahkan pedangnya pada Kyuubi disaat bersamaan Kyuubi memanjangkan tongkatnya hingga menenai perut Runa.
"Kau kena anak kecil." Remeh Kyuubi merasa menang telah menjatuhkan Runa.
"Benar, lalu apa yang menetes dari pipimu itu." Balas Runa, Kyuubi menyentuhnya pipinya. Dari sana menetes darah yang berasal dari luka gores tak terlalu dalam dipipinya.
"Kau." Geram Kyuubi, baru kali ini ada orang yang berhasil melukai wajahnya.
"Dan kau harus tahu, di sepanjang pedangku mengandung racun lho." Ucap Runa dengan nada manis yang dibuat-buat.
"Kau." Kyuubi mulai merasa pandangannya semakin kabur dan badannya tak lagi bisa seimbang.
"Senang bertemu denganmu Kyuubi. Dan ingat namaku Akemi no Runa." Ucap Runa sebelum Kyuubi benar-benar jatuh dan tak sadarkan diri.
Runa melihat Karin dan Ryu yang belum juga menyelesaikan pertarungannya, segera saja ia mengambil pistol biusnya dan mengarahkannya pada Itachi.
Itachi merasakan sesuatu menancap di lehernya, ia mengambil benda itu, sebuah jarum. Mata Itachi semakin memberat hingga akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
"Kita pergi." Ucap Runa, mereka melangkahn kaki menuju atap tempat sebuah helicopter menunggu mereka.
/..
/..
"Hah, akhirnya aku bisa melepaskan topeng ini." Ucap Ryu pelan setelah melepaskan topeng hitamnya dan meletakkannya dikotak yang telah disediakan, tak lupa contact lens dan alat penyamar suaranya. Sekarang terlihat jelas wajah Ryu tampan dengan kulit seputih susu, mata merah hati yang sewarna dengan rambutnya dan semakin sempurna dengan tampang baby face yang tercetak manis diwajahnya.
"Hah, kau ini." Ucap Runa yang heran dengan sifat kakanakan Ryu.
"Hei cepat lepas topeng itu. Apa kau meu memakainya seharian." Perintahi Ryu kesal melihat adiknya itu tak juga melepas perlengkapan mereka.
"Baiklah, baiklah." Ucap Runa mulai mengikuti jejak Ryu melepaskan peralatan mereka hingga menampakkan wajah cantik, dengan pipi putih agak cubby yang membuatnya manis tak lupa surai keemasan yang tak lagi tertutupi dengan sepasang mata merah tadi telah berganti menjadi warna biru indah yang mampu membuat siapa saja terpesona.
"Runa-sama menurut sekali pada Ryu-sama padahal dengan Rikudou-sama tak senurut ini." Celetuk Karin yang tengah duduk disamping Sakon, didepannya ada Ukon dan Zetsu yang tengah menjalankan Helikopter.
"Benarkah?" ucap Runa, dari dulu ia memang selalu menurut pada Ryu. Mungkin karena mereka dibesarkan bersama-sama dan menjalani semua sakit semasa pelatihan bersama dan tak lupa mereka sama-sama anak emas. Ia menyayangi Ryu seperti saudara kandung, dan tak ingin kehilangan satu-satunya keluarganya ini.
"Baiklah sebagai ucapan terima kasih, aku akan mentraktir kalian makan. Bagaimana?" tawar Ryu.
"Tentu, aku mau makan ramen Ichiraku." Ucap Runa sebelum yang lainya berbicara. Sedangkan yang lain hanya bisa pasrah, padahal mereka ingin makan sesuatu yang mewah namun karena Runa telah berkata apa yang bisa mereka lakukan.
TBC_-
Ini dia fic kedua Ui, aku dari dulu pengen banget bikin cerita action tapi baru kesampaian sekarang. Maaf banget ya kalau actionnya garing kayak krupuk. Aku gak bisa sih buatnya, ini aja udah buat dengan memeras otak banget.
Ok, RIVIEW PLEASEā¦!
-_Uichan
