_KEEP_ON_SMILING_

author : Dandy

disclaimer : Tuhan, diri mereka, n ortu mereka

main cast : Yunjae n other

genre : Angst(mb), family(mb), romance(mb) n other

warning : Gay, Yaoi, BL, Sho-ai. Gak suka jangan baca. N yang bersedia RCL qu terima, buat yg enggak.. Gak pa" c... ==V n gak tau bisa lanjut ato gak nich ff ^^V

[A/N : murni dari otakqu, gak kopas dari mana"]

summery : terus tersenyum menerima apa yang orang katakan tentangku.

_chapter 1_


Seorang namja mengayuh sepedanya dengan cepat menuju sekolahnya. Namja cantik yang memiliki kulit dan pinggang seperti yeojya itu bernafas lega, karena pintu gerbang sekolahnya masih terbuka. Namja itu menghapus peluh yang ada di pelipisnya, setelah memarkirkan sepedanya di tempat khusus parkiran sepeda di sekolahnya, Shin Ki High School.
Senyum namja cantik itu, untuk mengawali hari yang cerah ini. Namja cantik bernama lengkap KIM JAEJOONG itu baru saja memasuki gedung sekolah, memberikan senyum selamat pagi kepada semua orang yang ia lewati. Walau tidak ada yang menanggapi sapaan itu.

Di sekolah ini, Jaejoong tidak terlalu populer, otaknya juga tidak sejenius JUNG CHANGMIN yang ada di kelas 2-A, malah mungkin jauh dari Jung Changmin karena dia ada di kelas 2-D.

"Selamat pagi semuanya." sapa Jaejoong setelah memasuki kelasnya. Tapi tetap saja, tidak ada tanggapan dari orang-orang yang ada disana. Jaejoong tidak mengindahkan itu, dia berjalan kebangkunya yang ada di pojok paling belakang nomor 2.

'Semoga hari ini menyenangkan.' harap batin Jaejoong.

Bel berbunyi tanda jam pelajaran akan segera dimulai.

"Selamat pagi anak-anak, bapak punya pengumuman. Bahwa hari sabtu besok akan diadakan penanaman hutan di sekitar pegunungan yang tidak jauh dari sini. Jadi, diharapkan kalian bisa mengikutinya, karena ini untuk mengatasi perubahan cuaca yang sering berubah akhir-akhir ini," jelas songsaemin di depan kelas. "Walau tidak terlalu jauh, kalian di harapkan membawa perlengkapan ganti, karena kita akan menginap 2 hari 1 malam." lanjut songsaemin menjelaskan.

Banyak anak-anak yang mengeluh dengan apa yang songsaemin itu jelaskan, dan banyak juga yang senang akan apa yang songsaemin katakan, seperti Jaejoong. Dia tersenyum senang mengetahui itu,dia memang suka tanam menanam.

'Pasti menyenangkan.' batin Jaejoong.

"Haahhh~! Menyebalkan, kenapa harus ada acara seperti itu sih! Membuat tangan kotor saja." keluh namja tinggi kelas 2-A, Jung Changmin.

"Iya, kau benar. Padahal kemarin aku baru perawatan mingguan." keluhan lain dari namja bersuara mirip lumba-lumba di dekat Changmin.

"Apa kita bolos saja?" usul Changmin meminta dukungan dari Junsu, si suara lumba-lumba.

"Bolos? Ide bagus. Tapi Yunho hyung iku tidak?" Junsu malah balik nanya.

"Sepertinya ikut, dan besok hari pertamanya di sekolah ini. Dia pasti ingin mencari perhatin gurukan di hari pertamanya." jelas Changmin.

"Kalau gitu besok aku ikut." ucap Junsu dengan tersenyum senang.

"Yah! Kau hanya ingin bersama hyungkukan! Bukan membantu besok." teriak Changmin, dan untungnya tidak ada guru di kelasnya sekarang, jadi dia tidak dihukum.

"Terus? Masalah buatmu?" ucap Junsu ketus.

"Yah! Dasar lumba-lumba!" teriak Changmin lagi.

"Aku kira kau akan masuk besok." kata seorang namja yang tengah berjalan bersama temannya yang memiliki mata sipit seperti musang, tapi itulah yang menambah ketampananya selain bibir sexy berbentuk hati itu.

"Sebenarnya memang besok aku akan mulai berangkat, tapi aku tidak mau menghilangkan kesempatan dan kehilangan penjelasan gurukan." ucap orang bermata musang dan berbibir sexy itu aka JUNG YUNHO.

"Sepertinya ada yang berubah setelah dikirim ke Jepang." canda orang di samping Yunho, yaitu PARK YOOCHUN.

"Kau meremehkanku?" tanya Yunho menyeringai.

"A... Aniyo.. Hehe, piss." ucap Yoochun membentuk 2 jarinya menjadi huruf 'V'.

"Lebih baik kau tunjukkan tempat-tempat disekolah ini." kata Yunho tak memperdulikan Yoochun.

Dua namja itu berjalan berkeliling sekolah dan Yoochun seperti seorang pemandu wisata.

"Ini lapangan basket, nanti kita bisa bertanding bola disini, seperti dulu." senyum Yoochun menjelaskan.

Tapi, sepertinya Yunho tidak mendengarkan apa yang Yoochun katakan. Pandangannya terfokus pada seorang namja yang duduk di samping lapangan, tersenyum memperhatikan teman-temannya yang sedang asik bermain basket.

"Yah! Kau tidak mendengarkan apa yang aku katakan!" pekik Yoochun pada Yunho yang tetap tidak mendengarkannya. "WOI!" teriak Yoochun di telinga Yunho.

"Aku dengar Park Yoochun!" balas Yunho berteriak.

"Kau memperhatikan apa?" tanya Yoochun mengikuti arah pandangan Yunho. "Kau memperhatikan Kim Jaejoong ya?" tanya Yoochun lagi masih menatap Jaejoong.

"Namanya Kim Jaejoong?" Yunho malah balik bertanya ke Yoochun yang melirik Yunho sekilas.

"Kau terlihat tertarik padanya." ucap Yoochun datar.

"..." Yunho hanya menatap Yoochun sekilas, lalu memperhatikan Jaejoong lagi.

"Sebaiknya urungkan niatmu untuk tertarik padanya." ucap Yoochun memperingatkan.

"Wae?"

"Seluruh siswa siswi di sekolah ini tau, kalau dia itu anak dari seorang pelacur. Dan kabar yang tersebar, dia itu anak dari pelanggan ibunya entah yang keberapa dan orang itu meninggalkan ibunya Jaejoong tanpa mau bertanggung jawab, dan terlahirlah Jaejoong." jelas Yoochun datar lalu mengmbil nafas untuk meneruskan ceritanya. "Dan kau tau, ada anak yang pernah melihatnya sedang melayani seorang pria di sebuah Pub," lagi-lagi Yoochun menghentikan ceritanya, Yunho diam mendengarkan apa yang Yoochun katakan.
"Dan lagi, kenapa dia hanya duduk saja disana, tidak bermain bersama yang lain?"

"Apa?" tanya Yunho yang mulai tidak sabar dengan apa yang Yoochun katakan.

"Anak-anak mengucilkannya, dan juga kabar yang tersebar kalau anak itu juga mengidap penyakit yang kau taulah... Penyakit hubungan kelamin yang terkenal." ujar Yoochun.

"Maksudnya, dia punya penyakit HIV?" tanya Yunho mengangkat alisnya sebelah.

Yoochun mengangguk mengiyakan. "Jadi, sebaiknya jangan dekat-dekat dengannya." ujar Yoochun.

Yunho memperhatikan Jaejoong yang memang memiliki wajah pucat dan kuras dan lagi, dia sepertinya tidak pernah terkena sinar matahari, tidak seperti anak-anak lain.

"Ayo lanjutkan kelilingnya." lamunan Yunho di pecahkan oleh suara Yoochun.

"Ah.. N..ne.." Yunho hanya mengikuti Yoochun, sesekali Yunho menoleh dan memperhatikan Jaejoong, yang tersenyum lembut. Yunho pun ikut tersenyum melihatnya.

Sekolah mulai sepi karena jam pulang sekolah telah lewat cukup lama, tapi sepertinya Yunho masih belum cukup puas berkeliling dengan Yoochun, dia pun berkeliling sendiri. Saat ini dia sedang berkeliling taman belakang sekolah, disana terlihat tenang dan membuatnya nyaman, angin semilir membuatnya betah berlama-lama disana dan harum bunga-bunga yang bermekaran menjadikan terapi di sore hari untuknya.

"Kau tidat apa-apakan?" sebuah suara membuat Yunho yang sedang menikmati ciptaan Tuhan itu membuatnya mencari asal suara. Dan dia melihat seorang namja cantik tengah berjongkok mengangkat seekor kucing abu-abu dan kaki depan kucing itu terlihat terluka.

Meong~

"Pasti sakit ya, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menabrakmu, kau mau aku obati?" tanya namja itu terlihat menyesal dan bersalah.

Meong~

"Kalau begitu, kau maukan pulang bersamaku?" tanya Jaejoong lagi, namja cantik yang mengangkat kucing itu.

Meong~
kucing itu seakan mengerti dengan apa yang Jaejoong katakan, dan eongan itu yang kucing keluarkan sebagai semua jawaban pertanyaan Jaejoong.

"Semoga umma tidak melarangku untuk memelihara kau, aku takut jika nanti umma melakukan hal buruk padamu." kata Jaejoong sedih. Seolah mengerti, kucing itu mengapai-ngapaikan kaki depannya yang tidak terluka ke wajah Jaejoong.

"Tapi, walau umma tidak setuju, aku akan tetap memelihara kau. Aku akan melindungimu. Jadi, sekarang kau butuh nama, apa nama yang cocok untukmu?" ucap Jaejoong berfikir.

"Jiji." suara yang tak jauh dari Jaejoong membuatnya kaget dan menoleh ke asal suara.

"A..ah? N..ne?" tanya Jaejoong gugup.

"Jiji nama yang cocok untuknya, menurutku." Yunho namja yang bersuara itu, agak canggung berbicara dengan Jaejoong.

"Baiklah, namamu Jiji sekarang, kau suka?" tanya Jaejoong pada kucing yang ada ditangannya.

Meong~
kucing itu sepertinya senang mendapatkan nama baru.

"Gomawo." senyum Jaejoong pada Yunho dan wajah Yunho pun memerah langsung.

"Che..cheon..," gugup Yunho.

"Kalau gitu, kami pamit dulu." kata Jaejoong membungkukkan badannya lalu berjalan ke sepeda yang ada disebelahnya.

"Kim.. Kim Jaejoong..," ucap Yunho, masih dengan nada gugupnya.

Jaejoong menghadap ke Yunho dengan raut binggung, karena orang yang baru saja ia temui bisa tau namanya.

"Kau tau namaku?" tanya Jaejoong, heran.

"Aku tau dari temanku?" kata Yunho mulai biasa.

"Hem," Jaejoong tersenyum, tapi bukan senyum seperti biasa menurut Yunho, senyum yang tidak bisa Yunho artikan.

"Kau sudah tau aku dari temanmukan? Jadi tolong biarkan aku tenang bersekolah disini. Kau boleh bersikap seperti yang lain. Itu lebih baik." kata Jaejoong datar dan diakhiri sebuah bisikan. Dada Yunho terasa sakit saat Jaejoong mengatakan itu. Secara tak langsung Jaejoong mengatakan pada Yunho untuk menjauhinya.

"Apa benar kalau..," ucap Yunho, tapi langsung di sela Jaejoong.

"Kau boleh percaya dengan cerita yang kau dengar." ucap Jaejoong enteng.

"Aku ingin tau darimu langsung." ujar Yunho tiba-tiba.
Jaejoong yang sejak tadi tidak menatap Yunho, sekarang menatap mata sipit itu.
"Aku inigin kau yang memberitauku tentangmu, bukan dari orang lain." tambah Yunho.

"Hem, aku pernah mengalami ini, dan ujung-ujungnya juga sama, seperti yang lain." senyum Jaejoong agak di paksakan, matanya juga berkaca-kaca saat mengatakan itu. Lalu ia beranjak pergi dari sana tanpa mengatakan apa-apa lagi pada Yunho.

"Aku ingin menjadi temanmu!" ucap Yunho lantang. Jaejoong berhenti untuk menaiki sepedanya. "Aku ingin teman Jaejoong, Kim Jaejoong." kata Yunho lagi.

"Haahh~... Apa kau tidak takut jika penyakitku menularimu?" tanya Jaejoong datar setelah menghela nafas.

Yunho diam, binggung mendengar apa yang baru saja ia dengar.

"Pikirkan sebelum kau mengatakan sesuatu yang belum kau pikirkan sebelumnya." kata-kata Jaejoong membuat Yunho membeku. Jaejoong pun sekarang benar-benar pergi dari taman belakang sekolah itu.
Yunho sendiri masih diam disana, memikirkan perkataan Jaejoong barusan padanya.

Meong~
Suara kucing yang Jaejoong pungut terus mengeong, melihat majikan barunya yang sedang dipukuli seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

"Untuk makan saja sulit! Dan sekarang kau membawa kucing ini pulang! Mau kasih makan apa, hah!" bentak wanita itu yang diketahui ibunya Jaejoong.

"Umma, dia kasihan. Kakinya tertabrak sepedaku dan terluka, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja." ucap Jaejoong lirih, menahan sakit di wajahnya yang terkena pukulan ibunya.

"Kau berani membantah!" teriak dan lagi-lagi memukul Jaejoong.

"Sa..kit..," rintih Jaejoong lirih, meringis kesakitan dan wajahnya yang memang pucat bertambah pucat.

"Buang kucing itu atau kau tidak akan mendapat makanan sampai kau singkirkan kucing itu!" setelah membentak Jaejoong, pergi meninggalkan Jaejoong yang masih merinis kesakitan, lalu tiba-tiba dia berlari kekamar mandi.

"Hoek...uhuk..uhuk..hoek," Jaejoong muntah di sertai batuk-batuk di kamar mandi kamarnya.

Meong~
Suara Jiji membuat Jaejoong tersenyum, setelah membersihkan mulutnya yang ada bercak kemerahan disekitar mulutnya, akibat terkena muntahannxa. Ya, Jaejoong baru saja memutahkan darahnya.

"Gwenchana Jiji-ya, aku akan tetap merawatmu, tenang saja." senyum Jaejoong lembut.

Seakan mengerti, raut wajah kucing itu seakan berbicara 'Minhae.'.

"Sekarang makan, akan aku ambilkan. Beharap umma sudah pergi ne." ujar Jaejoong tanpa mengubah mimik wajahnya.

#Keesokan harinya.

Benar yang katakan, dia tega tidak memberi Jaejoong makan sampai pagi tiba. Jaejoong dengan lemas bersiap berangkat kesekolahnya, Jiji ia letakkan di keranjang depan sepeda. Sekarang Jaejoong mengenakan syal dilehernya untuk menghangatkan tubuhnya yang terasa mengigil, padahal belum memasuki musim gugur atau musim dingin.

"Jiji-ya, semangat! Kita awali hari ini dengan senyuman ne." ucap Jaejoong bersemangat. Walau tidak bisa dipungkiri wajahnya pucat, dan beberapa lebam terlihat diwajah cantiknya, tapi beberapa lebamnya ia tutupi dengan poninya yang agak panjang.

"Jiji-ya, tunggu sebentar ne." Jaejoong buru-buru kembali ke dalam rumahnya, berlari ke kamar mandi rumahnya.

"Hoek...hoek...uhuk..," Jaejoong memutahkan darahnya. "Jae, be strong. Kau kuat!" semangat Jaejoong pada dirinya sendiri, lalu pergi setelah membersihkan mulutnya.

.

.

.
Jaejoong tidak seperti biasa selalu tersenyum dan memberi salam selamat pagi pada orang yang ia lewati, dia menunduk, mungkin karena lebam yang ada di wajahnya, ia malu. Dia menunduk agar tidak ada yang melihat luka-lukanya.

_/DR/_

Jam 8 siswa siswi Shin Ki berangkat ke tempat yang akan dijadikan tempat reboisasi, disana sudah disediakan kamar untuk masing-masing kelas di Villa yang ada disana.

"Songsaemin, aku tidak mau sekamar dengannya! Aku tidak mau ketularan penyakitnya!" kata seorang siswa pada gurunya dan menunjuk Jaejoong yang memeluk Jiji, erat. Jaejoong menundukkan wajahnya.

"Haahh~," guru itu menghela nafas, binggung harus mengatakan apa. "Donghae, Jaejoong tidak punya penyakit." jelas songsaemin.

"Anda tidak tau songsaemin! Lihat wajahnya dan lagi, aku pernah lihat dia muntah darah, apa lagi kalau dia tidak penyakitan. Pokoknya aku tidak mau sekamar dengannya!" kata siswa yang bernama Donghae itu keras.

"Tidak apa songsaemin, saya bisa sendiri." ucap Jaejoong tersenyum.

"Saya belum dapat kamar, boleh saya sekamar dengannya?" tanya suara seseorang membuat tiga orang itu menoleh keasal suara.

Chapter 1 END~~

RCL? ^^v