"Orangtua mereka hanya salah menafsirkan kedekatan Jimin dan Taehyung selama ini. Tidak masalah, sebenarnya, tapi bagaimana jika berakhir perjodohan diantara keduanya? MASA SEME MAKAN SEME?! Bts Bangtan Boys VMIN MINV VKOOK MINKOOK"
author : MY Yeon
"MISUNDERSTAND"
=hanya sebuah pembuktian apakah cinta bisa berawal dari kesalahpahaman=
MY Yeon hanya memiliki ceritanya, tak bisa memiliki mereka meski banyak mengharap sekalipun
Happy Reading ^^^
888
"Jim geser sedikit." bisik Taehyung.
"Yahh jangan banyak bergerak!" maki Jimin dalam bisikannya.
Di sana, di pusat pandang keduanya terdapat seorang pemuda cantik yang tengah bertelanjang dada. Dengan bawahan kolor kuning bergambar iron man yang demi apapun membuat keduanya menahan tawa. Pemuda manis itu tengah melakukan pemanasan di sisi kolam renang yang Taehyung tebak sebentar lagi ia akan berenang. Iyalah masa mau boker. Terkutuklah mulut Jimin ketika menimpali tebakan Taehyung.
Jeon Jungkook. Begitulah nama pemuda cantik yang baru beberapa bulan yang lalu menempati rumah di sisi rumah Jimin. Jungkook mengernyit, merasa ada yang memperhatikan. Yang mana ekspresi kebingungannya tak akan nampak pada penglihatan Taehyung maupun Jimin di balik dinding berjarak lebih dari sepuluh meter dari tempat Jungkook berdiri. Ditambah lagi minimnya pencahayaan malam yang menghalangi.
Tanpa diduga, Jungkook melirik ke pagar pembatas di mana kepala-kepala itu terlihat menyembul. Jimin terkejut, pun dengan Taehyung yang nyaris terjengkang. Dan saat kenyarisan itu menjadi nyata, pekik keduanya tak terelakkan lagi. Iya, plus bonus Jimin ikut terjengkang akibat Taehyung dengan kurang ajar menarik kolornya.
"ASTAGA TAEHYUNG/JIMIN!" dua pekik wanita itu turut menyelingi desah mengaduh kedua pemuda itu. Alih-alih mendekati putra mereka dan memberikan pertolongan pertama, kedua Ibu itu justru terdiam di tempat tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Taehyung menindih Jimin.
Tidak masalah.
Kolor Jimin melorot hingga pergelangan kaki, sementara kaus Taehyung robek di bagian bahu hingga tulang selangka dan sebelah puting itu menyempil.
Oke, masih dapat ditoleransi, sedikit.
Tapi posisi wajah Taehyung yang menempel di selangkangan Jimin yang hanya berlapis celana dalam dan desisan Jimin yang mengudara seakan menjelaskan banyak hal.
Lalu apa yang dapat mereka pikirkan?
"Park Jimin."
"Kim Taehyung."
"Ruang tengah. Sekarang."
Dan disinilah keduanya berada. Dibawah tatapan intimidasi tiga orang dewasa yang berada di sana. Ibu Taehyung dan Ibu Jimin beserta Ayahnya.
"Jadi," Ayah Jimin membuka suara. "Apa yang terjadi?"
Taehyung menggigit bibir. Pada dasarnya Ayah Jimin adalah ayah terbaik di dunia selain ayahnya sendiri. Ayah yang teramat baik hingga Taehyung bahkan memanggilnya ayah pula. Tak ada yang keberatan untuk itu. Jimin pun tak ragu memanggil orangtua Taehyung sama halnya dengan panggilan Taehyung pada orangtuanya. Namun sekalipun ayah Jimin sudah ia anggap seperti ayah sendiri, Taehyung tentu masih takut jika diberi tatapan penuh api seperti itu. Panas, nyaris melubangi tubuhnya bak laser.
"I-ini tidak seperti yang ayah pikirkan." sahut Taehyung. Pihak yang sebenarnya merasa bertanggung jawab akan insiden ini.
"Memang apa yang ayah pikirkan?"
"Seperti yang ibu pikirkan?" Jimin bertanya. Sebab ia pun tak begitu yakin dengan apa yang dipikirkan oleh kedua ibunya.
"Memang apa yang ibu pikirkan?" kali ini ibu Taehyung angkat bicara. Ya Tuhan, kapan pertanyaan ini berakhir? Batin Taehyung nelangsa.
"Kau tahu Jim.."
Jimin merinding mendengar suara ibunya yang tidak terdengar seperti biasanya. Begitu lembut namun penuh penekanan di tiap kata.
"Percintaan antar lelaki masih begitu tabu di sini," Taehyung mengangkat kepala berniat menyanggah bahwa mereka tak terlibat percintaan apapun meski nyatanya mereka memang menyukai lelaki, namun jemari mungil Jimin menghentikannya. Menggeleng perlahan sebagai pertanda jika ibunya tak dapat disela ketika tengah berbicara.
"Dan yang tadi itu sudah melewati batas."
"Tapi kami hanya berteman, bu. Tidak lebih." bantah Taehyung manakala yakin ibu Jimin telah mengatupkan mulut.
"Katakan itu sekali lagi dan kau akan melihat ibu berubah menjadi ayah, Taehyung. Menggantikan beliau untuk menghajarmu. Kau ini lelaki atau apa? Tidak bertanggung jawab sama sekali." Ibu Taehyung berucap sungguh-sungguh hingga Taehyung bergidik. Diam-diam bersyukur sang ayah sedang keluar kota seminggu ini.
"Tapi aku- Taetae tidak perlu bertanggung jawab untuk apapun bu, aku tidak apa-apa."
"Diam, Jim. Ibu sedang berbicara dengan Taehyung."
Taehyung menunduk. Tak pernah sekalipun ibunya semurka ini.
"Taehyung lihat ibu."
Taehyung menurut, menatap ibunya.
"Katakan kau menyukai Jimin."
"A-APA?!" pekik Taehyung bersamaan dengan Jimin.
"Katakan kau menyukai Jimin."
"Tapi aku- tidak. Apa maksud ibu?"
"Ibu tidak menyuruhmu berkata apapun selain katakan bahwa kau menyukai Jimin."
"Bu- aku-"
"Katakan."
Taehyung menghela napas. Ini tidak akan selesai sebelum Taehyung berkata, "Aku menyukai Jimin."
"Dan kau Jim?" ayah Jimin menimpali.
Taehyung menyenggol lengan Jimin. Menyuruhnya dengan kedipan mata bahwa ia haruslah menjawab hal yang sama agar semua ini cepat berakhir. "Aku menyukai Taehyung."
Satu detik, dua detik, dan detik ketiga terdengar pekik histeris dua orang wanita dari ruang tengah rumah Jimin.
Oh, sepertinya ini belum berakhir.
.
.
.
.
lanjut atau putus?
.
.
.
.
888
.
.
.
.
btw, ada yang menunggu kelanjutan v for v di sini?
