Disclaimer : Punya Masashi Kishimoto
Pairing : SasuSaku
Warning(s) : AU, OOC, Typo(s) dll.
Rate : K
-Beloved Rival-
Malam itu, SMA-ku sedang mengadakan pesta ulang tahun yang ke 66. Suasana ramai diiringi nyanyian vokalis band yang merdu dan menyenangkan. Aku pun hanya duduk bersama teman-temanku dan memainkan handphone-ku. Semua menyengkan saja. Tapi satu hal membuatnya menjadi berbeda,
"Apa maksudmumu mendorong-dorong seperti itu hah?"
Satu teriakan yang disusul oleh hadiah hujaman pukulan, ya, ada yang berkelahi. Hal seperti inilah yang kunanti sejak tadi. Bagaimana tidak, sekolahku ini terkenal dengan para siswanya yang hebat dalam hal berkelahi dan tentu saja pasti ada saja hal yang akan membuat masalah pada saat sekolahku ini.
Tapi apa kalian tidak heran, mengapa sekolah yang penuh dengan siswa seperti ini bisa mengadakan pesta ulang tahun sekolah yang bahkan mengundang alumni-alumni. Tentu saja, karena sekolahku ini sekolah terbaik di kota ini dan para alumni yang lulus adalah seorang pemimpin.
Contoh saja, Namikaze Minato yang sekarang ini pemilik perusahaan besar Rasengan corp. lalu, Uchiha Fugaku pemilik perusahaan terbesar kedua, Sharingan corp. dan banyak lagi. Kembali ke kerusuhan tadi. Awalnya aku tak mau mengambil pusing dan hanya duduk diam memainkan handphoneku, hingga satu suara teriakan tertangkap telingaku.
"Kau tidak tahu? Aku ini tangan kanan kepercayaan Hanabi dan dia memerintahkanku untuk menghancurkan kalian!"
Semua orang terdiam mendengar kalimat itu. Hanabi adalah sebutan bagi seorang wanita dengan rambut kuning panjang serta poni yang menutupi sebelah matanya yang merupakan ketua dari kelompok pembantai yang ditakuti, kabarnya ia memiliki kemampuan menggerakan tubuh lawannya yang dikenal dengan Shintenshin. Tentu saja semua pasti terdiam mendengar nama orang yang ditakuti itu.
Kkrrraaakkk…..
Saat ku buka mataku aku pun tersadar. "Sepertinya aku harus membeli handphone baru lagi," ucapku yang kemudian berdiri dan membuang handphone yang sudah tak berbentuk itu ketempat sampah. Kulangkahkan kakiku menuju lelaki yang berteriak tadi,
"Heh perempuan, mau apa kau kesini?" Tanya sang pemilik suara.
Ku tak peduli dan tetap berjalan menuju orang itu. Ketika sampai ke dirinya dan segera ku tarik kerah bajunya hingga dirinya terangkat.
"Tadi kau bilang siapa? Hanabi? Memang kau tau seperti apa dia, hah?" tanyaku yang langsung melemparnya hingga tersungkur. Kuikat rambut pink-ku dan kulepas kacamataku.
"Ha… Hanabi.."
Itulah yang mereka ucapku ketika melihatku menguncir rambutku.
"Ta.. tapi Hanabi, 'kan, tidak berarmbut pink dan warna matanya juga berbeda…" ucap salah seorang dari kerumunan itu ketika memperhatikanku dengan baik.
"Ping-pong… kau benar. Aku ini memang bukan Hanabi, hahaha… sebegitu miripkah diriku hingga kalian sekilas menyangka ku sebagai Hanabi," ucapku tertawa.
"Tapi… tadi itu kau begitu mirip dengannya, apalagi gerak-gerik serta cara biacaramu itu yang membuatnya benar-benar mirip, bagus sekali!" jawab seorang lelaki berambut bob dan beralis tebal dengan mangacungkan ibu jarinya.
"Tentu saja dai mirip, dia itu, 'kan, kakaknya si Hanabi, dasar bodoh," ucap seorang lelaki lagi yang diketahui bernama Neji.
"Tapi aktingku bagus 'kan?" tanyaku riang.
Semua orang yang mendengar percakapan kami hanya bisa terdiam. Kemudian Neji pun berbicara dengan lantang,
"Kita sudahi kerusuhan ini, aku sebagai ketua pelaksana sekaligus ketua osis tidak akan segan-segan mengirim mereka yang mengacau ke tangan polisi, apa kalian mengerti?" gertak Neji.
Kemudian semua pun menurut dan keadaan berangsur kembali seperti semula. Dan… oh ya, aku belum memperkenalkan diriku ya.
Perkenalkan namaku Haruno Sakura, memiliku rambut pink yang panjang (panjang rambutnya sama denga Sakura sewaktu masih menjadi genin dan belum memotong rambutnya) dan mata yang ber-iriskan warna emerald. Aku adalah seorang ketua klub drama. Walaupun seorang seorang wanita, aku memiliki tenaga yang cukup kuat. Oleh sebab itu aku juga hebat dalam soal berkelahi.
Oh ya, soal Hanabi, itu adalah julukan bagi adikku. Dia bernama Yamanaka Ino. Kenapa marga kami berbeda? Itu karena sebenarnya kami berbeda ayah walaupun ibu kami sama. Jadi Ino lebih memilih menggunakan marga ayahnya. Yah… walaupun begitu kami tetap akur-akur saja. Baiklah, sekian perkenalan diriku ini.
~o0o~
Hari masuk sekolah pun tiba, aku masuk kelas dan disambut sapaan sahabatku yang bisa dibilang suaranya kencang sekali.
"Pagi Sakura…. Ne, apa kau sudah membeli handphone baru?" Tanya sahabatku, seorang pemuda berambut pirang cerah, serta tiga garis tipis di masing-masing pipinya yang sangat serasi dengan kulit tan-nya yang sangat halus, ditambah lagi dengan iris biru matanya yang membuat langit iri akan warna itu, pemuda manis ini adalah sahabatku, Uzumaki Naruto.
"Dari pada memikirkan handphone-ku, bagaimana urusanmu dengan si pria berkulit pucat yang selalu tersenyum itu?" tanyaku pada Naruto.
"Maksudmu Sai? Memangnya aku punya urusan apa dengan paman itu?" Tanya Naruto dengan mengembungkan pipinya memberi kesan semakin imut.
"Jangan kira aku tak tahu, kemarin sewaktu pesta sekolah dia nembak kamu 'kan?"
"Da… da… darimana kau tahu?" tanyanya gugup.
"Jangan remehkan jaringan informasiku, Na. Ru. To," ucapku dengan mengeja dan memberikan penekanan pada namanya.
"Tentu saja aku menolak, aku ini masih cowok tulen! Lagi pula aku sudah punya Hinata," teriak Naruto dengan wajah memerah.
"Makanya kalau punya wajah jangan terlalu manis sampai-sampai para seme di sini mengincarmu hm," ucapku dengan mencubit pipi Naruto gemas.
"Hampun hahura…" ucapnya berusaha melepas tanganku.
Aku pun melepas cubitanku dan memandangnya yang masih mengelus-elus pipinya yang memerah.
"Wajahku begini karena dari lahir, lagi pula aku juga tak begitu kenal dengan paman yang bernama Sai itu," ucap Naruto dengan masih mengelus pipinya.
"Yang aku tahu, si Sai itu bekerja sebagai manager artis terkenal, umur 23 thn dan punya hobi melukis. Padahal kau sangat akrab padanya beberapa bulan ini Naruto… tapi kenapa kau tidak tahu hal sepele seperti itu..?" tanyaku.
"Aku tak tertarik dengan kehidupan pribadinya, yang penting dia orang baik yang selalu mentraktirku makan ramen…" jawabnya riang.
"Jadi menurutmu orang yang mentraktirmu makan ramen itu adalah orang baik meski orang itu seorang mafia hah?" ucapku yang ingin mencubit pipinya lagi.
"Jangan cubit lagi…" teriaknya.
Drrtt Drrtt Ddrtt…
"Naruto, handphone-mu bergetar tuh," ucapku.
"Hinata…." Ucapnya riang setelah melihat siapa yang menelponnya.
Kemudian dia pun berjalan menuju jendela kelas dan mulai bicara dengan Hinata. Hinata adalah seorang artis model majalah yang sekarang ini sedang naik daun dan dia adalah kekasih Naruto. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah laku sahabatku yang lucu bila dia bersama dengan Hinata. Tidak beberapa lama kemudian dia menutup telepon dan kembali ke bangkuku.
"Ne, Sakura, apa kau mau ikut denganku? Kumohon…" pinta Naruto padaku.
"Untuk apa dan kemana?" tanyaku.
"Ke tempat syuting-nya Hinata, kata Hinata, manager Hinata ingin bertemu denganku. Aku iseng kalau perginya sendirian, ikut ya, ya?" ucapnya dengan mata memelas seperti anak kucing yang minta dipungut.
"Huh.. baiklah, kapan kita pergi?"
"Sekarang…" ucap Naruto yang langsung menarik tanganku dan keluar gerbang sekolah.
Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti dan Naruto langsung menarikku untuk ikut masuk ke dalam mobil itu. Mobil itu pun berhenti di depan sebuah gedung tinggi, dengan cepat Naruto menarikku lagi masuk kedalam gedung.
"Hinata…" teriak Naruto senang dengan melambaikan tangannya ketika melihat seorang gadis berambut panjang indigo dengan iris mata lavendernya yang memandang Naruto.
Dengan cepat Naruto menarikku ke café tempat gadis itu duduk bersama dengan seorang pemuda berambut panjang hitam kecoklatan.
"Neji? Sedang apa kau disini?" tanyaku pada pemuda itu.
"Sakura tidak tahu ya? Neji itu 'kan managernya Hinata," jawab Naruto.
Saat itu Neji hanya meminum kopi yang ada di meja, Hinata pun mulai bicara,
"Ayo silakan duduk…"
"Hinata, ada apa tiba-tiba kau memanggilku?" Tanya Naruto yang mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata.
"Ano.. itu… hm… itu.. anu.."
"Ada majalah yang ingin mewawancarai kalian berdua," potong Neji melihat keadaan Hinata yang berwajah memerah karena Naruto.
"Baiklah, kapan wawancaranya?" Tanya Naruto pada Neji yang saat itu sudah berdiri.
"Sekarang!" ucap Neji yang langsung menarik tangan Naruto dan Hinata.
Sekarang ini sering sekali main tarik-tarikkan ya… ah, lupakan. Dengan segera aku pun bangkit dari dudukku dan bertanya,
"Bagaimana denganku? Aku pulang saja ya, Naruto?" tanyaku pada Naruto yang saat itu masih di tarik-tarik Neji.
"Jangan… aku tidak tahu jalan pulang, tungguin ak…" teriakan Naruto pun terputus saat pintu lift yang ditaikinya menutup.
"Hm… ya sudah, kutungguin sajalah lagipula kasihan Naruto kalau kutinggal," ucapku sambil duduk kembali dan memesan beberapa minuman dan makanan di café itu.
Kyyaa… Sasuke-kun… lihat kemari… kya..kyaa…
'Ramai sekali sih gadis-gadis disana itu? Hm… Sasuke? Dia 'kan artis yang sedang sangat terkenal saat ini,' pikir ku dengan melahap kue yang tadi ku pesan.
Kulihat tidak jauh dari tempatku duduk, seorang pemuda berkulit putih bagai salju dengan model rambut yang melawan gravitasi itu, iris matanya yang hitam seakan bisa membuat semua wanita dan para uke tunduk di hadapannya. Sempurna, itulah kata yang tepat untuk pemuda bernama Uchiha Sasuke itu.
"hm… aku punya ide bagus untuk si artis itu, lagipula sekalian aku bisa mencoba seberapa hebat aktingku ini," ucap ku setelah tiba-tiba saja terlintas ide cemerlang.
Aku pun bangkit dari dudukku dan berjalan tepat disebalah pemuda itu,
"Bersiaplah, Sa. Su. Ke," bisikku tepat di telinganya dan segera melangkah pergi untuk bersiap-siap.
Tbc
Apa ceritanya bagus? Atau buruk?
Terimakasih sudah mau membaca…
Mohon di review ^0^/
Pintu terbuka lebar juga untuk kritik & saran yang membangun… ^,^
