Hai minna.. *peluk readers satu-satu*

Readers : hii.. sapa lo ?

Aku newbie di sini… yah, mungkin sudah agak lama aku di fandom ini tapi aku hanya sekedar baca dan review. Sekarang aku akan membuat ceritaku sendiri ! *berkoar-koar* jangan lupa OOC, typo(s) dan ke-gajeness-an pasti sudah membumbui fict ini *meratapi matahari tenggelam di pantai dengan sound effect ombak*

Aku akan mengambil Natsu X Lucy. Bersediakah minna-sama ini membaca dan mereview fict abal ini ? *nangisdipojokan*

Happy Reading ~~~

Disclaimer : Fairy Tail milik Hiro Masahima pholepheellll~

Lucy's Confusion

.

.

.


(Third Person's POV)

Setelah kasus edolas, semuanya kembali berjalan dengan semestinya. Para anggota guild yang menjelma menjadi lacrima sudah kembali seperti semula. Dan para exceed juga beranjak mencari majikannya(?) masing-masing.

Dan begitulah, Fairy Tail kembali. Ramai, ricuh, bising, dan onar. Ada yang bertarung, makan-makan, melihat misi, bercerita, dan lain-lainnya. Sebagian anggota guild tertawa-tawa setelah salah seorang menceritakan bagaimana wujud mereka di edolas, sebagian juga merasa aneh. Dan semua anggota Fairy Tail juga menyambut gembira kedatangan Lisanna kembali. Eits, ternyata tidak semuanya. Ada satu orang gadis berambut pirang yang agak sedih. Ia hanya duduk di kursi bar dan menidurkan diri di meja bar.

Sudah seminggu ini Lisanna kembali, dan sudah seminggu ini gadis yang duduk itu bertambah murung. Dia selalu berkata bahwa dia tidak apa-apa. Tapi, kata-kata itu tidak dianggap oleh gadis berambut biru dan berbandana.

"Lu-chan, kenapa kau akhir-akhir ini murung ? Apa ada masalah ?" Kata Levy sambil menepuk lembut pundak gadis yang murung itu.

"Aku tidak apa-apa kok, Levy-chan. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Jawab Lucy dengan senyum yang dipaksakan.

"Kau tidak pandai berbohong. Aku tahu kau punya masalah. Apa kau tidak punya uang untuk bayar sewa rumah?" Ujar Levy berusaha menebak apa yang dipermasalahkan mage stellar spirit ini.

"Hmm.. ah benar juga ! Aku harus segera mengambil pekerjaan sebelum aku ditendang keluar dari rumah sewa. Maaf ya Levy-chan, aku mau mengambil misi dulu."

"Kau tidak menjalankan misi dengan—"

"Tidak. Aku ingin sendiri. Jaa ne !" Potong Lucy lalu dia beranjak ke papan misi.

"Eh ! Lu-chan ! Aku kan belum selesai ngomong…" Ujar Levy mengernyitkan dahinya.

Sementara di papan request, Lucy menjumpai seorang dragon slayer api yang mengusik hatinya akhir-akhir ini. Dia tidak sendiri. Dia sedang bercanda tawa dengan seorang gadis berambut pendek yang tiba-tiba 'hidup kembali'. Lucy yang melihat itu berura-pura tidak melihat apa pun.

"Oh, hei Luce ! Kau mau menjalankan misi ?" Sapa sang salamander yang tiba-tiba mendekat padanya. Lucy tidak menjawab, matanya tertuju pada misi-misi yang tertera.

"Hei Luce, apa kau butuh bantu—"

"Tidak terima kasih" Jawab Lucy dengan dingin dan langsung ke bar untuk menyerahkan kertas misi itu kepada Mirajane.

"Luce.. ! Oii ! Ada apa sih di akhir-akhir ini ? Aneh."

"Ah, mungkin Lucy-san lagi nggak mood hari ini, Papa". Ucap Lisanna sambil tersenyum.

"Sudah kubilang berhenti memanggilku Papa," jawab Natsu sambil menggembungkan pipinya.

"Kenapa ? Kita kan orang tuanya Happy. Apa jangan-jangan kau mau jadi Mama nya ? Okelah tidak buruk. Mama~"

"Bukan itu maksudku bodoh !"

Dan mereka bercanda seperti dulu lagi.


~NaLu 4ever~


Lucy pulang ke rumahnya dengan bonus kaki pincang karena diserang musuh saat misi kemarin. Kakinya; khususnya di bagian tulang kering, terkena sambitan cambuk musuhnya. Untung client yang ada di sana mau bertanggung jawab dan mengobati lukanya. Yah walaupun tidak sampai sembuh 100%.

Lucy berjalan pelan-pelan. Sudah 3 hari dia meninggalkan Magnolia untuk menjalankan misi.

Sendiri.

Lucy memandang langit yang masih berkabut itu. Apa dia mengkhawatirkanku ? Apa dia merindukanku ? Tetapi Lucy menjawab pertanyaannya sendiri; tidak mungkin. Dia sudah tidak mengunjungiku selama seminggu terakhir ini. Dia terlalu asyik dengan temannya yang selama ini hilang. Tunggu, mungkin baginya gadis berambut putih itu lebih dari sekedar teman.

(Lucy's POV)

Kenapa pikiranku tetap melayang kepadanya ? Apa gunanya aku menjalankan misi solo tapi akhir-akhirnya berujung padanya. Aku tidak ingin berpura-pura ceria; bukan tidak ingin tapi aku tidak sanggup. Berdiri di depannya dengan ceria dan seperti tidak ada apa-apa. Aku tidak bisa.

Haha… Bodohnya aku. Aku sampai segalau ini hanya gara-gara orang bodoh berwarna rambut aneh yang polos dan tidak mengerti apa-apa selain bertarung. Aku ini benar-benar gila. Jujur aku ingin menumpahkan semua beban yang ada di pikiran dan hatiku ini. Tapi aku tidak mau menceritakannya pada siapapun. Aku tidak mau menambah masalah.

Aku berjalan pelan dan akhirnya sampai di rumahku. Kubuka pintu rumah, kosong. Lalu kubuka pintu kamar tidur. Aku tidak berharap dia akan menyapa ku dengan cengirannya. Tapi, setelah aku buka, dia terlihat. Dia ada di kamarku. Dan tak lupa bersama partner sejatinya.

"Lucy… ! Lama sekali kau dalam misimu ! … Eh ! Kau kenapa ? Kenapa kakimu ?" Ucap Natsu dan terlihat kaget saat melihat luka di kakiku. Oh, seharusnya kau juga harus melihat luka di hatiku, Natsu. Sementara partnernya; Happy, menubruk dadaku dan memelukkku erat-erat. Aku hanya diam di tempat. Berfikir sebentar, lalu aku memutuskan untuk keluar dari rumah, tanpa mengatakan sepatah kata pun dan tanpa menghiraukan suara-suara panggilan dari sang 'Papa' dan 'anak'nya itu. Karena kakiku tidak bisa digunakan untuk berlari, dengan mudahnya mereka menyusulku. Dia pun menarik lenganku saat aku berada di depan pintu rumah.

"Hei Luce ! Kau kenapa sih ? Kenapa misi terakhir ini tidak mengajak kami ? Lihat dirimu sekarang, menyedihkan tau" ucap Natsu bertubi-tubi.

"Aye !" sahut Happy setuju. Aku hanya diam. Perlahan-lahan mataku mulai mengeluarkan butiran-butiran Kristal dari sudut-sudutnya.

"Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku sangat tidak ingin diganggu oleh siapapun saat ini." Ucapku sambil setengah terisak. Natsu, yang berada di belakangku, langsung membalikkan badanku dan memegang pundakku.

"Siapa yang membuatmu jadi pemurung seperti ini ?"

Kau.

"Siapa yang membuatmu tidak ceria seperti dulu lagi ?"

Kau.

"Siapa yang—"

"Cukup, Natsu. Kumohon sekarang pulanglah ke rumah kalian sendiri." Ucapku sambil mengusap air mataku.

"Luce…" Aku berjalan masuk ke rumahku dan mendorong dia untuk keluar.

*BRAKK*

Kuhempaskan pintu rumahku kuat-kuat tepat di depan mukanya. Aku langsung menghamburkan diri di tempat tidur dan segera berangkat ke alam mimpi; berusaha melupakan semua yang telah terjadi walaupun itu tidak mungkin.


~NaLu 4ever~


Aku memperlihatkan iris coklatku kepada dunia. Kulihat di jendela, matahari sudah berada di atas, tetapi lebih condong. Kulirik jam wekerku, ah ternyata masih jam 3 sore. Aku yang memang tidak ingin ke guild hari ini, segera membersihkan diri dan menyeret kaki-kaki malasku keluar untuk sekedar menghirup udara.

Setelah mandi, aku keluar rumah. Kulangkahkan kakiku ke mana saja, tanpa arah. Hingga sampai di suatu taman yang lumayan sepi. Aku tidak begitu mengerti kenapa taman bisa sesepi ini walaupun pada sore hari. Aku datangi taman itu dan berjalan-jalan di sana. Hanya ada beberapa anak dan beberapa pasang remaja yang saling memadu kasih.

Sedang enak-enaknya menghirup udara dan menikmati suasana, aku melihat seseorang yang sangat familiar di depan sana. Di bawah pohon yang lumayan rindang itu.

Gray.

Dia sedang tidur dengan berbantalkan tangannya sendiri. Dan hei, dia masih memakai bajunya. Jarang sekali bagi seorang Gray. Aku langsung menghampirinya. Kulihat dia masih tertidur. Tapi setelah aku duduk di sampingnya tiba-tiba dia membuka kelopak matanya.

"Lucy ! Kau mengagetkanku," ucap Gray setengah ngantuk dan menguap.

"Aku tidak membangunkanmu. Aku kan hanya duduk di sini," jawabku yang juga agak bingung kenapa dia bisa tiba-tiba bangun.

"Entahlah. Aku merasa seperti ada hawa kehadiran seseorang. Aku pikir musuh," balas Gray sambil beranjak duduk dari posisinya yang tidur tadi. Aku hanya tertawa kecil mendengar tanggapan Gray.

"…Heh… Kenapa kakimu itu ?" ucap Gray tampak kaget.

"Oh.. ini.. Hadiah dari misi soloku kemarin." Jawabku sambil tersenyum pahit.

"Kau ? Misi solo ?" ucap Gray tidak percaya. Aku hanya mengangguk.

"Dasar bodoh. Kenapa tidak ada yang menahanmu sih ? Kau kan baru beberapa bulan di Fairy Tail, setidaknya kau harus ditemani seseorang. Aku saat itu ada misi dengan Erza, jadi aku tidak bisa menahanmu; dan bahkan aku tidak tahu kalau kau mengambil misi sendiri. Apa si Salaman—"

"Dia sedang asyik dengan Lisanna" Potongku cepat. Mataku mulai terasa panas karena mengingat adegan-adegan mereka. Gray hanya diam saja. Ku akui, Gray memang lebih pengertian jika dibandingkan dengan sang 'Papa' yang tidak tahu apa-apa.

Tiba-tiba Gray memelukku. Aku kaget. Tapi lebih kaget lagi karena pipiku langsung menyentuh dada Gray tanpa pembatas. Oh, sejak kapan orang ini membuka bajunya ? Mungkin lain kali dia harus mencoba untuk menjadi pesulap tangan cepat.

"Gray.. Bajumu,"

"Lupakan bajuku. Sekarang sebagai sahabatmu, aku ingin kau mencurahkan semua yang kau rasakan pada si api-bodoh itu padaku." Gray berkata lembut sambil memelukku erat.

"Gray.. aku tidak apa-ap—"

"Jangan katakan itu lagi. Jadi ini semua gara-gara si idiot itu heh ? Aku tidak percaya kau yang seceria itu bisa menjadi pemurung hanya gara-gara dia. Aku tahu kau sekarang sedang bingung, apalagi dengan datangnya Lisanna. Ceritakan semua padaku, Lucy. Sebagai sahabatmu aku akan berusaha juga untuk menyelesaikan masalahmu," Ujar Gray panjang lebar sambil mengelus-elus rambut pirangku.

Aku yang mendengar kata-kata bijak darinya, seperti sihir aku langsung terisak keras di dalam dadanya. Mungkin aku butuh waktu untuk terisak seperti ini sebelum aku menceritakan semuanya. Dan Gray sabar menunggu.

(Third Person's POV)

Seorang gadis berbaju biru sedang berjalan dengan ceria sambil membawa dua buah es krim di sebuah taman. Dia tampak sedikit nervous karena ini adalah kali pertamanya mengajak pujaan hatinya jalan-jalan. Sebelum ke tempat perjanjian yaitu di taman, dia mampir dulu ke sebuah toko es krim untuk menambah kesan ceria dan manis di dalam dirinya.

Sesampai di taman, dia segera mencari pujaan hatinya yang berambut hitam legam. Begitu matanya mencari, dia langsung menemukannya. Tapi senyum cerianya langsung luntur ketika dia melihat pujaan hatinya sedang berpelukan erat dengan seorang gadis yang ia juga kenal.

"Juvia … Shock …"


~To Be Continued~


Waaa… Gaje banget sih ini fic… *nangisgulinguling*

Tapi aku sudah berusaha yang terbaik..

Readers : Jadi cuman ini kemampuanmu ?

Ampuun.. *sujudsujud*

Ohya, bagian yang masih gak jelas di fic ini adalah perasaan Lucy sebenarnya. Itu akan aku ceritakan di chapter berikutnya… :3

Tapi, aku nggak akan melanjutkan cerita ini kalau nggak ada yang ngeripiuw *ngorek ngorek tanah*

Minimal 5 review dan aku akan melanjutkan cerita ini dengan senang hati ! ^^

Readers : Idiih nih anak, masih newbie tapi udah maksa-maksa ripiuw !

Waa… ampuun… kasihanilah aku… *puppy eyes no jutsu*

RnR ?