Confession

Author: alienpan

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: AU, OOC, Typo(s), gaje akut yeyeye/?

A/N: yay kali ini saya datang ke fandom Naruto dan bawa chaptered sasuhina fic iyeeeyyy gomen kalo masih banyak kesalahan dan ketauan banget amatirnya. :D hehe. enjoy ^u^)b

.

.

.

Hari itu bukan hari terbaiknya. Tapi Hinata Hyuuga untuk pertama kalinya, mendapat pernyataan cinta pertamanya.

.

.

.

Prologue

"Hyuuga..."

Kepala gadis itu mendongak untuk mencari tahu siapa yang telah menyebut nama keluarganya. Iris amethyst-nya menangkap sosok lelaki yang wajahnya tidak kelihatan terlalu jelas karena ia membelakangi sinar matahari.

"Aku menyukaimu."

Sapu yang digenggam tangan pucat milik Hinata terjatuh. Bersamaan dengan kedua pipi dan telinganya yang warna putihnya telah bertransisi menjadi merah seperti tomat.

"E-etto..."Hinata membuka mulutnya, meski tidak mengetahui apa yang hendak ia katakan.

Pemuda itu menggeser sedikit posisi berdirinya, membuat wajahnya sedikit terkena cahaya sehingga Hinata bisa melihat wajahnya yang rupawan disamping ekspresi dingin yang terukir di wajahnya.

"Ya sudah." Pemuda itu akhirnya angkat bicara setelah menunggu jawaban Hinata yang tak kunjung terucap meski ia sudah menunggu selama sepuluh menit. "Yang barusan lupakan saja." Katanya tegas. Lebih mirip seperti perintah.

Hinata sudah biasa mendengar nada semacam itu dari ayahnya, oleh karena itu dengan refleks ia mengangguk patuh. Namun kepalanya tidak terangkat lagi selama beberapa saat. Ia tidak bisa menatap langsung pemuda itu dengan wajah yang kini telah merah sempurna.

Namun dari sudut matanya ia bisa melihat kaki pemuda itu yang berbalik pergi tanpa mengatakan apapun. Setelah sepasang kaki itu menghilang baru sang gadis Hyuuga memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya.

Ia telah hilang.

Hinata memegang pipinya yang masih memanas meskipun hembusan angin dingin di musim gugur menerpa pipinya. Pikirannya kosong, bahkan gadis itu melupakan daun-daun kecoklatan yang masih harus disapunya.

Hari itu bukan hari terbaik, udara mulai terasa dingin dan Hinata lupa membawa sarung tangan hingga tangannya seolah membeku. Partner piketnya memberikan tanggung jawabnya secara utuh kepada Hinata sehingga ia harus melakukan pekerjaannya untuk menyapu dedaunan di halaman sekolah sendirian. Dan daun-daun itu tidak mau menurut ketika Hinata mengumpulkannya. Di hari itu dia masih berusia empat belas dan bersiap untuk ujian masuk SMU.

Di hari itu Hinata mendapat pernyataan cinta pertamanya.

Meski itu pernyataan cinta yang terdengar aneh dan seperti main-main.

Ah...

Hinata menurunkan tangannya dari pipinya. Kini menampilkan ekspresi bingung di wajahnya.

Siapa pemuda itu?

.

.

.

dou dou? maaf kalo mengecewakan. would add chap 1 later OU)b