TITLE : Sunkissed
RATE: M
SYNOPSIS :Jungkook yang dingin. Jungkook yang egois. Dunianya yang gemerlap dan masa lalu yang kurang menyenangkan membuatnya demikian. Namun suatu hari ketika hidupnya terancam, seorang pria menolongnya. Pria yang hangat dan bersinar, seperti matahari.
Tak ubahnya mentari yang menyinari bumi, hidup Jungkookpun berubah secara perlahan setelah mengenal pria itu. VKOOK. GS!
WARNING : this is genderswitch. Do not bash. Don't like? Then don't read. As simple as that.
DISCLAIMER : yang saya punya cuma plot cerita. Sisanya milik Tuhan. Kesamaan alur, kejadian, beberapa kondisi, itu semua murni kebetulan. Tidak terinspirasi dari apapun meski alur cerita ini mainstream dan pasaran.
.
.
.
.
.
Langkah kaki jenjang seorang gadis yang kelihatan gusar membuat seluruh penjuru ruangan ini terdengar riuh, padahal hanya ia penghuni ruangan megah tersebut.
High heels setinggi 7cm nya menghentak lantai marmer ruangan tersebut dengan kencang.
Ia bahkan membanting pintu berbahan kayu jati yang baru saja ia buka itu secara kasar, menimbulkan debuman yang sangat keras, namun gadis cantik itu tidak peduli.
Lalu ia segera menjatuhkan tubuhnya asal keatas sofa kulit besar yang berada disana, dan melempar kedua high heels yang sedari tadi setia menjadi pelindung kaki mulusnya.
"aaaakhh! Brengsek!" maki gadis cantik itu entah pada siapa.
"cklek"
"omona! Kookie! Ada apa?" tanya seorang pria yang bertubuh sedikit pendek pada artis asuhannya, Jeon Jungkook.
"ini semua salah si pria brengsek itu! Gara-gara dia aku harus mengulang kiss scene sampai 10 kali! Bajingan! Pria mesum! Kusumpahi kau impoten seumur hidupmu!" teriak Jungkook sambil mempreteli seluruh aksesoris rambutnya, sehingga kini rambut panjangnya tergerai indah.
Park Jimin, nama pria bertubuh pendek itu menggeleng melihat tingkah Jungkook. Baginya ini adalah hal biasa.
Meskipun ia merupakan seorang aktris yang sangat cantik dan berbakat, tapi tidak seorangpun yang tahu akan kelakuan bar-bar artisnya itu jika berada di rumah.
Sebagai manajer kedua gadis itu, Jimin harus bisa bersabar menghadapi tingkah Jungkook yang terkadang sangat egois dan kekanakan.
Lagipula alasan lainnya adalah karena Jeon Jungkook adalah sepupu jauhnya, dan Jungkook juga yang sudah menafkahinya selama lima tahun terakhir ini.
Sehingga mau tidak mau yang bisa ia lakukan hanyalah bersabar dan menutupi kelakuan adik sepupunya itu.
"sudahlah, kookie. Kau tahu ia memang kurang berbakat akting. Ia baru saja terjun di dunia ini. Beri dia kesempatan, oke?" ucap Jimin lembut sambil meraih high heels Jungkook yang tercecer kesana kemari.
Namun mendengar ucapan oppa-nya itu malah membuat hati Jungkook semakin panas.
Ia melipat kedua tangannya didepan dada, lalu berdecak kencang.
"kalau tidak bisa berakting ya jangan jadi aktor! Sudah bagus ia jadi idol boygroup, punya banyak fans, digilai anak remaja labil, tapi ia malah melakukan hal yang tidak bisa ia lakukan! Huh! Membuatku semakin kesal saja!"
Akhirnya Jimin tidak tahan lagi. Ia kemudian menarik tangan Jungkook, lalu membawa gadis itu menuju kamar pribadinya.
"sudahlah. Aku pusing mendengad ocehanmu. Sekarang kau cepatlah mandi. Aku sudah menyuruh Shin ahjumma untuk menyiapkan air hangat untukmu."
Jimin oppa-nya sudah berkata demikian, itu berarti tidak ada lagi alasan bagi Jungkook untuk bisa melampiaskan amarahnya.
Terkadang memang Jungkook melampiaskannya pada Jimin, namun ada pula satu waktu dimana Jimin juga muak, dan menyuruh Jungkook untuk diam. Dan saat inilah waktunya.
"ne oppa." jawab Jungkook sedikit melembut.
Jimin tersenyum kecil melihat tingkah Jungkook yang sudah kembali menjadi adik sepupunya yang manis dan baik, kemudian mengusak pelan kepala gadis itu.
"begitu lebih baik. Nah, setelah mandi jangan lupa untuk segera kembali bersiap untuk mengikuti acara award tahunan itu ya! Kau tidak lupa, kan?" ucap Jimin sebelum benar-benar keluar dari kamar Jungkook.
Jungkook hanya menghela nafas lelah, kemudian menampilkan mata memohonnya
"oppa, tidak bisakah aku tidak usah mengikuti acara itu?" rengek Jungkook.
Jimin hanya memutar bola matanya malas. Mulai lagi, pikirnya.
"tidak bisa. Kookie, kau bahkan dinominasikan sebagai aktris pemeran utama terbaik! Bagaimana mungkin kau melewatkan kesempatan ini begitu saja?" Jimin berucap dengan jengah, meskipun hanya dibalas tatapan datar oleh Jungkok.
"yah, bilang saja bahwa aku sedang sakit, atau terjebak kecelakaan..." sungut Jungkook membuat Jimin benar-benar hilang kesabaran.
"pokoknya tidak! Kau tetap akan mengikuti acara itu suka maupun tidak. Sudah, cepat mandi. Aku juga akan bersiap." jimin kemudian benar-benar pergi meninggalkan kamar Jungkook, meninggalkan gadis itu kembali sendirian.
.
.
.
.
.
Jungkook menutup matanya lelah. Ia kini tengah berada diacara pemberian award yang - entahlah, ia tidak peduli sama sekali.
Kepalanya berdenyut kencang. Suara disini benar-benar bising. Ia benci. Jungkook tidak pernah menyukai kebisingan.
Sampai pada lengannya yang diguncang kuat oleh Jimin, membuat Jungkook akhirnya sadar dan membuka mata.
"eoh? Ada apa?" tanya Jungkook kebingungan, setelag menyadari bahwa kamera kini tengah menyorot padanya.
Ia segera berpura-pura untuk memasang senyuman terbaiknya, kemudian dengan bahasa isyarat kepada Jimin, Jungkook bertanya ada apa yang terjadi.
Jimin berbisik pada Jungkook,
"kau menang, gadis bodoh. Kau diberi penghargaan sebagai aktris utama terbaik. Sudah sana cepat maju kedepan, ambil tropimu!"
Jungkook hanya membulatkan mulutnya, sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan benar-benar menang.
Sejujurnya ia tidak terlalu peduli. Yah, perasaan bahagia itu sudah tidak menghinggapinya lagi.
Wajar saja, sudah sepuluh tahun sejak waktu debutnya sebagai aktris, dan segala macam penghargaan sudah ia menangkan.
Namun tentu ia tidak bisa berkata demikian, karena itu pasti akan membuat karirnya anjlok seketika.
Jadi dengan langkah seolah Jungkook ingin terbang ke amgkasa karena senang, ia berjalan menuju podium, lalu menerima tropi yang diserahkan oleh mc yang ada disana.
"uhm.. Pertama, aku sama sekali tidak tahu apa yang harus aku katakan, karena.. Aku sama sekali tidak mengira akan dinominasikan, apalagi bisa menang diacara bergengsi ini. Ini sebuah kebanggaan yang sangat dalam bagiku."
"lalu.. Aku juga ingin berterima kasih pada semua orang yang telah mendukungku, terutama para fans setia dan juga para penonton drama yang kumainkan. Sungguh, aku bukan apa-apa tanpa kalian. Itu saja yang ingin kukatakan. Terima kasih."
Pidato singkat Jungkook yang mengharukan disambut baik oleh para hadirin, terlebih dengan sedikit air mata yang menetes di pelupuk mata Jungkook, membuat aktingnya semakin mumpuni.
Segera setelah acara selesai, Jungkook merengek pada Jimin untuk segera pulamg dengan alasan sakit kepala, membuat pria itu mau tidak mau mengikuti kemauan aktris manjanya.
Akhirnya Jimin dan Jungkook segera pulang menuju apartemen Jungkook.
Kini sudah pukul satu malam, jalanan kota Seoul sudah sepi meskipun terkadang masih ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.
"oppa, kenapa kita lewat sini? Ini bukan jalan yang biasa kita lewati." ucap Jungkook merasa heran setelah memperhatikan jalanan sekitar.
Ini bukan jalanan yang biasa lewati menuju apartemennya. Biasa mereka akan melewati toko kelontong Jung Ahjussi, tapi ia tidak melihat toko itu sama sekali.
Jungkook sedikit ngeri sekarang, terlebih semakin Jimin membawa mobilnya maju, keadaan jalan semakin sepi.
"astaga! Kookie! Aku salah jalan! Bagaimana ini? Aku tidak tahu daerah sini sama sekali.." ucap Jimin dengan nada serius membuat Jungkook merasa semakin takut.
"kau jangan bercanda, oppa! Ini sudah jam satu!" kesal Jungkook
"aku tidak bercanda! Tadi aku sedikit mengantuk, jadi lupa untuk berbelok. Tenanglah, kita hanya perlu berputar balik."
"tapi ini jalanan satu arah! Mau dimana kau memutar balik?" tanya Jungkook kesal, takut, dan merasa ngeri sekaligus.
Entahlah, tiba-tiba saja perasaannya tidak enak.
Ia pernah mengalami hal tidak mengenakkan pada malam hari, sendirian, dan ia tidak mau jika sampai hal itu terjadi lagi.
Jimin terus mengucapkan mantra penenang untuk Jungkook, namun sepertinya itu percuma.
Hingga tiba-tiba mobil mereka dicegat oleh beberapa pria yang menaiki motor, membuat Jimin ngerem mendadak.
"CKIIIIITTT"
"BRUK"
"oppa! Ada apa?!" tanya Jungkook kaget.
"i-itu.. Kookie. Gawat.." jimin baru akan menjelaskan masalahnya pada Jungkook, namun tiba-tiba dua orang pria sudah berada didepan mobil mereka.
Sedangkan satu orang lagi berada didepan pintu tempat Jungkook duduk, menyuruh agar gadis itu keluar.
"cepat keluar!"
Jimin malah mengunci pintu mobilnya, membuat para preman itu semakin marah, dan memukuli kaca depan mobil.
"brengsek! Kubilang buka ya buka!" teriak para preman itu.
"BRUK! BRUK!"
Kaca mobilnya sudah retak, membuat Jungkook menangis histeris.
Tidak ingin memperparah keadaan, Jimin akhirnya membuka kunci mobilnya, dan segera ditarik oleh kedua preman tersebut.
Jimin segera dipukuli begitu ia berhasil keluar dari mobil, membuat Jungkook semakin ketakutan.
Kakak sepupunya itu kini sudah bersimbah darah di trotoar jalanan.
Meninggalkan perhatian ketiga preman itu tertuju padanya seorang diri.
Mereka membuka pintu mobil dengan kasar, lalu segera menarik tangan Jungkook begitu saja, membuat gadis itu berteriak kencang.
"kyaaaaaa! Mau apa kalian?!"
"kumohon, jangan sakiti aku, aku akan memberikan kalian uang berapapun yang kalian inginkan." mohon Jungkook sambil menatap ngeri ketiga preman tersebut.
Tangannya dicekal begitu kencang hingga menimbulkan ruam merah. Pipinya juga sudah merah dan sudut bibirnya berdarah karena salah satu preman tersebut baru saja menamparnya.
"gadis manis, kau pikir kami hanya ingin uangmu?" tanya salah satu preman itu.
"aku tau kau. Kau adalah aktris cantik pemain drama itu, kan? Wah, tubuhmu boleh juga.." ucap preman lainnya sambil mencolek dagu Jungkook.
Sedangkan preman terakhir sudah menggerayangkan tangannya diatas pinggang Jungkook, membuat gadis itu terisak kencang, memohon diampuni.
"jebal, lepaskan aku! Salah apa yang pernah kulakukan pada kalian?!" pekik Jungkook.
"salahmu, manis? Salahmu adalah, kenapa tubuhmu begitu indah? Membuat kami ingin mencicipinya secara bergiliran." ucap salah satu preman tersebut, lalu menjulurkan lidahnya, menjilat pipi Jungkook secara menjijikan.
Jungkook hanya bisa pasrah. Didalam hatinya ia berdoa. Jika sampai terjadi sesuatu pada dirinya dan Jimin oppa, maka Jungkook benar-benar akan bunuh diri.
Ia sama sekali tidak sudi disentuh oleh para bajingan keparat ini.
Namun saat ketiga preman itu baru saja akan membawa Jungkook masuk kembali kedalam mobilnya untuk dibawa pergi, terdengar dengungan sebuah motor kencang, mengganggu pendengaran mereka.
Tiba-tiba diujung jalan muncul seseorang menaiki motor, lalu mengendarai motornya kencang menuju para preman tersebut.
Pria bermotor itu menabrak salah seorang preman, meninggalkan preman itu kini tersisa dua orang.
"brengsek! Siapa kau?! Jangan mengganggh kesenangan kami, bajingan!" teriak salah satu preman tersebut.
Jungkook tidak bisa melihat pria bermotor yang telah membantunya, karena ia mengenakan sebuah helm full face. Tapi dilihat dari pergerakkannya, Jungkook tahu bahwa pria itu sangat lincah.
Perkelahian tidak bisa terelakkan, dua orang lawan satu. Meskipun begitu, pria bermotor itu tetap lebih unggul. Ia kelihatan memahami medan perangnya dengan baik.
Salah seorang preman jatuh terjerembab akibat dipukul oleh sang pria bermotor, dan kini hanya tinggal pria itu dengan preman yang tadi menjilat pipi Jungkook.
Namun tanpa pria itu sadari, preman yang baru saja ia pukul itu tengah bersiap untuk memukul bagian belakangnya dengan botol bir bekas, membuat Jungkook tidak bisa tinggal diam lagi.
Jungkook meraih payung yang berada didalam mobilnya, lalu memukul preman dengan botol itu secara kencang tepat dikepala, membuat pria itu kembali jatuh, lalu pingsan.
Melihat kedua temannya pingsan, preman yang tersisa itu kini lari ketakutan. Ia memohon ampun, lalu lari terbirit-birit menuju tempat dia datang.
Sambil terengah-engah, pria bermotor itu berjalan dengan pelan mendekati Jungkook.
"aggashi. Kau baik-baik saja?" suara berat pria itu seolah menyihir Jungkook.
Meskipun belum melihat wajahnya secara langsung, tapi belum pernah Jungkook merasa se-terpesona ini pada siapapun.
Jungkook menganggukan kepalanya kencang, lalu membungkukkan tubuhnya dalam, berusaha berterima kasih pada pria tersebut.
"terima kasih tuan, terima kasih banyak. Aku sangat berhutang budi pada tuan." ucap Jungkook.
"tuan, saya akan membalas budi baik anda. Tolong katakan siapa nama anda. Nama saya Jeon Jungkook, dan saya berhutang nyawa pada anda."
Pria itu yang masih mengenakan helmnya hanya menganggukan kepala pelan, lalu berucap bahwa itu terlalu berlebihan. Ia hanya menjalankan tugasnya membantu yang lemah.
Pria itu kembali berjalan untuk mengambil motornya, namun Jungkook segera berlari menahannya.
"tuan, setidaknya bisakah anda katakan siapa nama anda?" tanya jungkook sedikit memaksa.
setelah berpikir beberapa saat, pria itu menganggukan kepalanya lagi.
"namaku Kim Taehyung."
TBC
Hai gais. Oke aku tau aku salah. Maapin aku.
Seharusnya aku apdet ff yg ada sebeluknya, tapi aku malah publish ff baru.
Tapi mau gimana lagi. Ide ide baru muncul dan merasuk kedalam sukma, sehingga aku gabisa tahan untuk segera menuangkannya kedalam sebuah ff :(((
Oiya aku juga baru bikin akun wattpad, aku masih newbie banget, masih blom kenal siapa2. bagi kalian yang main wp juga, jangan lupa follow aku yaa. Aku udah up ff ini ampe chap 2.
Udah ah gamau kebanyakan cincong. Nikmatin aja. Have a good weekens my good friends!
