Main Cast : Lee Sungmin
Cho Kyuhyun
Length : Chaptered
Disclaimer : The Story is MINE
Warning : AU, OOC, YAOI.
Someday
By
Aster Nam
~enJOY~
Sungmin menatap tidak percaya pada papan pengumuman di hadapannya. Sekali lagi ia mengamati deretan nama yang tertera di sana. Pemuda manis itu sampai harus memicingkan mata hanya untuk memastikan bahwa apa yang dilihat benar adanya.
"Cih, tidak akan ada yang berubah" sindir seorang pemuda yang baru saja datang dan ikut melihat papan pengumuman.
Sungmin menolehkan kepalanya ke kanan, sedikit mendongak. Pemuda berambut ikal kecokelatan itu berdiri dengan angkuh di sebelahnya. Bibirnya menyeringai saat menemukan namanya berada di baris pertama dalam daftar siswa kelas 3-1. Pemuda itu, Cho Kyuhyun, mengalihkan pandangannya pada Sungmin. Menatapnya sinis.
"Kau.. Bodoh" pemuda itu mengetuk-ngetukan telunjuknya pada kening Sungmin.
"Chukkae, Kyu"
Kyuhyun memutar bola matanya malas. Entah apa yang salah dengan otak pemuda manis di hadapannya itu. Setiap kali ia melontarkan sindiran bahkan kata-kata pedas, Sungmin tidak pernah menanggapinya dengan emosi. Pemuda manis itu malah tanpa ragu memperlihatkan senyumnya. Bahagia? Huh, sungguh menjengkelkan jika melihat ekspresinya itu.
"Aish, Kau selalu merusak moodku"
Senyum yang tadi menghiasi bibir Sungmin perlahan menghilang, seiring dengan semakin menjauhnya tubuh jangkung Kyuhyun.
Sungmin menundukan kepala. Tangan kanannya bergerak meremas seragam sekolah yang menutupi dada bidangnya. Rasanya masih sama. Debaran di dadanya masih sama seperti dulu, tidak pernah berubah. Selalu bergemuruh, detak jantungnya pun berpacu cepat. Hanya satu orang yang bisa mambuatnya seperti ini. Cho Kyuhyun, pemuda berwajah stoic itu selalu membuat pertahanannya runtuh. Bahkan sejak pertama kali melihatnya pun Sungmin sudah merasakan perasaan aneh seperti itu.
Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk bisa memahami perasaan seperti apa yang ia rasakan pada pemuda itu. Cinta. Satu kata yang awalnya sangat tabu perlahan mulai masuk dalam setiap detail kehidupannya. Namun yang masih belum ia mengerti, cinta seperti apa yang ia rasakan. Setiap kali ia memikirkan hal itu, selalu terbersit keraguan dalam benaknya. Apakah cintanya salah? Apakah perasaan seperti itu seharusnya tidak ada? Apakah itu bukan cinta yang sebenarnya? Disaat ia merasa semakin dekat dengan jawaban dari semua pertanyaannya, pikiran dan hatinya seakan mengabur hingga ia tidak bisa melihat jawaban itu dengan jelas.
"Satu kesempatan lagi" gumamnya.
Sungmin menghela nafas. Ia kembali menatap deretan nama di hadapannya. Menempelkan telunjuk tangan kanannya tepat di atas tulisan namanya. Lee Sungmin, namanya berada di baris ke sepuluh pada daftar siswa kelas 3-3. Cukup beruntung. Setidaknya ia tidak berada diurutan paling akhir dalam daftar itu. Meskipun tetap saja ia merasa kecewa. Karena lagi-lagi ia tidak bisa satu kelas dengan Kyuhyun. Tapi apa boleh buat, Kyuhyun memang termasuk siswa jenius. Sehingga mudah bagi pemuda itu untuk masuk dalam kelas nomor satu. Sedangkan Sungmin, otaknya yang pas-pasan membuatnya harus puas dengan kelas nomor tiga. Padahal ia selalu berusaha keras agar bisa berada di kelas yang sama dengan pemuda itu.
"Lee Sungmin, semangat!" ucapnya menyemangati diri sendiri, sedikit mengangkat kedua tangannya yang terkepal.
=oOo=
Sungmin melangkahkan kakinya dengan santai di sepanjang koridor lantai tiga. Kelasnya yang berada di ujung koridor mengharuskannya melewati kelas 3-1 dan 3-2. Tentu saja ia tidak akan membuang kesempatan emas itu begitu saja. Langkahnya berhenti di depan pintu ruang kelas 3-1. Sedikit mengintip keadaan ruang kelas melalui jendela kaca. Mata foxy indahnya melihat kesana kemari. Tentu saja tujuan utamanya adalah menemukan sosok Kyuhyun.
Ketemu. Sungmin tersenyum kecil saat ia berhasil menemukan Kyuhyun di antara siswa lainnya. Seperti biasa, pemuda itu selalu memilih duduk di kursi paling pojok belakang.
"Tempat yang strategis"
Sungmin tahu betul alasan pemuda itu memilih duduk di sana. Tempat yang jauh dari gangguan dan pastinya sangat nyaman untuk melakukan kegiatan sakralnya, bermain game.
"Ehm"
Tubuh Sungmin sedikit terlonjak ketika mendengar suara dehaman seseorang di belakangnya.
"Omo" ucap Sungmin sambil memegangi dadanya karena kaget.
"Apa yang Kau lakukan?" orang itu ikut mengintip dari jendela, ingin tahu apa yang sebenarnya sedang Sungmin lihat.
"Aah, Cho Kyuhyun. Kau masih mengikutinya?" tanya orang itu setelah kembali menatap Sungmin.
Sungmin hanya mengangguk lemah. Jujur saja sekarang ia merasa sangat malu karena ketahuan sedang mengamati Kyuhyun dari luar kelas.
"Jangan beri tahu dia"
Sungmin menangkupkan kedua tangannya sebagai tanda permohonan.
"Kenapa?"
"Kau tahu 'kan, Hae. Dia pasti akan marah jika tahu aku terus mengikutinya"
Pemuda yang bersama Sungmin, Lee Donghae, tampak berpikir. Benar apa yang dikatakan Sungmin, ia kerap melihat raut kesal di wajah Kyuhyun setiap kali pemuda manis itu berada di sekitarnya.
"Arraseo" Donghae menganggukan kepalanya seakan bersedia untuk tutup mulut.
"Kau yang terbaik, Hae"
Sungmin bersorak senang. Ia beruntung bisa mengenal pemuda seperti Donghae. Awalnya ia sempat mengira sikap Donghae tidak berbeda jauh dengan Kyuhyun yang dingin dan arogan. Bukan tanpa alasan Sungmin berpikir seperti itu, pasalnya Kyuhyun dan Donghae sudah berteman sejak masuk Senior High School. Dan lagi mereka seperti tidak terpisahkan. Tapi setelah mengenalnya lebih jauh, ternyata Donghae pemuda yang hangat dan menyenangkan. Bahkan selama ini Donghae selalu membelanya ketika sikap Kyuhyun mulai keterlaluan.
"Kau tidak ke kelas?" tanya Donghae saat Sungmin kembali melakukan kegiatan awalnya. Mengintip.
Ia selalu berpikir, apakah Sungmin tidak bosan melakukan itu setiap hari. Sudah seperti sebuah rutinitas yang tidak boleh dilewatkan. Ia terkadang merasa kasihan pada pemuda manis itu, sedikit banyak ia tahu bagaimana sikap Kyuhyun yang terlalu berlebihan jika sedang marah. Ingin rasanya ia menutup kedua telinga Sungmin agar tidak mendengar umpatan serta makian yang Kyuhyun lontarkan. Tapi Sungmin bukanlah pemuda yang lemah, ia justru sangat kuat dan sabar dalam menghadapi sikap dingin Kyuhyun.
"Eum.. baiklah aku akan ke kelas. Sampai jumpa, Hae"
Sungmin melambaikan tangannya. Kemudian beranjak pergi dengan senyum cerah di bibirnya.
"Kau harus semangat, Min" gumam Donghae. Ia tahu Sungmin tidak akan mendengarnya.
Setelah bayangan tubuh Sungmin sudah tidak terlihat lagi, ia pun masuk ke dalam kelas. Matanya melihat sekeliling. Mengamati setiap siswa yang berada di dalam. Ia menatap jengah mereka yang menjadi teman sekelasnya sekarang. Tidak ada yang berbeda. Lagi-lagi ia harus menghabiskan satu tahun bersama orang-orang yang membosankan. Bukannya ia tidak bersyukur bisa menempati kelas 3-1 bersama siswa pintar lainnya. Ya, Donghae memang termasuk siswa yang pintar di sekolah, meskipun peringkatnya masih di bawah sahabatnya, Cho Kyuhyun. Tapi, ia selalu merasa kelas itu membosankan. Kelas yang berisi siswa-siswa pintar, yang selalu bersikap serius. Donghae yakin yang mereka pikirkan hanya nilai, nilai, dan nilai. Tidak ada keakraban sedikitpun, mereka lebih sibuk bersaing daripada menjalin pertemanan. Sekalipun ada, pertemanan hanyalah sebuah label bagi mereka untuk saling memanfaatkan kelebihan masing-masing. Tapi bukan berarti persahabatannya dengan Kyuhyun juga seperti itu. Tidak, ia tulus melakukannya. Ia benar-benar menganggap Kyuhyun sebagai sahabat, bukan saingan apalagi seseorang yang bisa ia manfaatkan. Kalau ia memang berpikiran picik, sudah dari dulu ia memanfaatkan Kyuhyun. Ayolah, banyak yang bisa dimanfaatkan dari pemuda itu. Pintar, kaya, populer, memiliki banyak koneksi di mana-mana, ditambah wajahnya yang tampan. Namun justru semua itulah yang membuat sikap pemuda itu terlihat dingin dan arogan. Kyuhyun selalu beranggapan orang-orang mendekatinya hanya untuk memanfaatkannya. Tidak ada yang tulus menurutnya. Donghae sendiri tidak tahu apakah Kyuhyun juga menilai persahabatan mereka seperti itu atau tidak.
"Selalu saja di belakang"
Kyuhyun mempause gamenya, kemudian menatap Donghae yang baru saja duduk di sebelahnya.
"Apa Kau ada masalah dengan itu?"
Ekspresi itu lagi. Donghae bosan melihatnya. Ia memutar bola matanya, jika ia sampai menanggapi pertanyaan itu sudah pasti akan terjadi perdebatan yang panjang. Lihat saja, belum apa-apa Kyuhyun sudah menyambutnya dengan tatapan mengintimidasi.
"Lupakan"
Melihat Donghae yang menyerah tanpa perlawanan, membuat Kyuhyun tersenyum puas. Sahabatnya itu tidak akan pernah membuang waktu untuk berdebat, apalagi ini menyangkut keputusannya.
"Kyu"
"Hmm"
Donghae mengubah posisi duduknya menghadap Kyuhyun. Tangan kirinya bertengger pada sandaran kursi. Sedangkan tangan yang satu lagi berada di atas meja. Membuat ketukan-ketukan kecil dengan jarinya.
"Apa Kau pernah merasa kelas ini membosankan?"
Donghae tidak tahu kenapa, ia ingin menanyakannya pada Kyuhyun. Matanya menerawang, menatap langit dari balik jendela yang berada di samping Kyuhyun.
"Bagiku semuanya membosankan, bukan hanya kelas ini. Tapi aku tidak peduli"
Sudah ia duga jawaban seperti itu yang akan keluar dari bibir Kyuhyun. Pemuda itu memang tidak mau peduli dengan sekitarnya.
"Apa Kau tahu, Kyu? Tahun lalu, saat aku kembali dari perpustakaan. Aku melewati kelas 2-3, suasana di kelas itu terasa menyenangkan. Siswanya juga terlihat sangat akrab satu sama lain, mereka bisa tertawa lepas seperti tidak ada beban" senyum menghiasi bibir Donghae saat menceritakan pengalamannya pada Kyuhyun.
"Kau bilang kelas 2-3?! Kelasnya Lee Sungmin?!"
Donghae hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Jelas saja, mereka hanya sekumpulan orang-orang yang tidak punya otak. Dan Kau ingin kelas yang seperti itu?! Kau gila, Hae!"
"Pelankan suaramu itu, Cho"
Donghae menutup kedua telinganya dengan tangan. Setelah tadi mengintimidasinya, sekarang pemuda itu juga ingin membuatnya tuli rupanya. Huh, ia tidak ingin repot-repot pergi ke dokter karena mendengar suara Kyuhyun yang terdengar seperti petir itu.
"Lupakan impian konyolmu itu"
Kyuhyun kembali melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat terhenti. Namun belum sampai lima menit, lagi-lagi ia harus menghentikan permainan game yang sudah berada di level tertinggi.
"Kyuhyun-ah"
Mendengar panggilan itu, ia mengalihkan pandangannya ke asal suara. Ia menatap pemuda yang sedang berdiri di dekat papan tulis. Tangan pemuda itu terlihat memainkan ujung seragam sekolahnya. Mungkin gugup, karena sekarang semua orang menatap ke arahnya.
"Kyuhyun-ah, saranghae. Maukah Kau menjadi kekasihku?"
Rasa malunya seakan sudah menguap dan hilang tanpa bekas. Dengan lantang ia mengucapkan kata demi kata yang membuat orang tercengang. Terlebih Kyuhyun yang saat itu menjadi target utama pernyataan cintanya.
'Apa-apaan ini? Dia sudah gila, eoh?' batin Kyuhyun.
Ia menelan salivanya dengan susah payah. Pernyataan cinta barusan membuatnya terkejut. Ini kali kedua ada pemuda yang menyatakan cinta padanya dengan cara seperti itu. Ia masih ingat, lima tahun lalu seorang pemuda manis juga melakukan hal yang sama. Tidak, saat itu lebih ekstrim. Pemuda manis itu mengatakannya di lapangan saat jam istirahat. Benar-benar memalukan. Sejak saat itu Kyuhyun tidak ingin terlibat urusan apapun dengannya. Lee Sungmin.
"Kyu" bisik Donghae.
Ia menyikut pelan perut Kyuhyun untuk menyadarkan sahabatnya itu dari lamunannya. Ia tahu Kyuhyun terkejut mendengarnya. Namun pemuda berambut ikal itu sangat pandai bersembunyi di balik ekspresi datarnya. Kyuhyun kembali fokus pada PSP di tangannya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Meski sebenarnya benda berwarna hitam itu sudah ia matikan dari tadi. Ia hanya tidak berniat untuk menjawab pertanyaan, ataupun menanggapi pemuda yang masih berdiri di depan itu.
"Aku akan menunggu. Kau bisa menjawabnya kapanpun Kau mau"
Pantang menyerah juga pemuda itu. Menarik. Kyuhyun ingin melihat sampai berapa lama pemuda itu bisa menunggu. Bukan berarti ia akan menerima pernyataan cinta itu. Hanya ingin bermain-main saja.
=oOo=
"Ya! Kangin-ah, berhenti memukuli meja itu! bisa-bisa Kau merusaknya"
Kangin menatap tajam pemuda yang sudah membuyarkan konsentrasinya.
"Ya! Kim Heechul, aku sedang latihan. Jadi, tutup mulutmu!" ucap Kangin penuh emosi. Jarinya menunjuk-nunjuk ke arah Heechul yang juga terlihat kesal.
"Kau pikir itu drum, heh?! Dasar pabo"
"Aish, bosan hidup rupanya"
Kangin berusaha melempari Heechul dengan benda apa saja yang berada dalam jangkauannya.
"Andwae.. Aku baru membelinya"
Kangin menatap pemuda yang menjadi teman sebangkunya. Mata pemuda itu sudah berkaca-kaca karena ponsel barunya hampir saja menjadi korban dari tindakan brutal Kangin
"M-mianhae, Leeteuk-ah"
Meski tubuhnya terbilang besar dan sering marah. Tapi sebagai manusia biasa, Kangin juga memiliki kelemahan. Park Jungsoo, atau yang lebih sering mereka panggil Leeteuk adalah salah satu kelemahannya. Ia selalu tidak bisa berkutik. Sikapnya pun berubah lembut jika melihat pemuda pemilik senyum malaikat itu.
"Mereka berdua selalu saja.. aish" cibir Heechul.
"Hwaaa manis sekali"
"Lee Sungmin!" geram Hyukjae, pemuda yang juga berada di dalam kelas itu.
Tangannya mengelus dada. Pekikan Sungmin benar-benar mengagetkannya. Ia sampai menjauh dari kursi yang sedang di dudukinya. Entah kenapa ia masih betah bersama Sungmin meski sudah tahu kebiaan buruk pemuda manis itu. Ia sudah terlalu menyayangi Sungmin. Mungkin ini yang disebut persahabatan.
Hyukjae kembali duduk di tempatnya. Sedangkan Sungmin masih menatap kagum pada pemandangan di depannya. Dua pemuda itu, Kangin dan Leeteuk, mereka sangat manis menurutnya. Jika saja ia dan Kyuhyun juga seperti itu. Pasti akan terlihat lebih manis. Pipi Sungmin merona merah saat membayangkannya.
"Apa yang Kau pikirkan, Lee Sungmin" ia mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri.
"Jangan bilang Kau sedang memikirkan namja bodoh itu"
Hyukjae diam-diam mengamati gerak-gerik Sungmin dengan ekor matanya. Jika pemuda manis itu sudah mulai senyum-senyum sendiri ditambah rona merah terlihat di pipinya, sudah pasti Sungmin sedang memikirkan Cho Kyuhyun. Ia sangat mengenal baik sahabatnya itu.
"Dia itu jenius, Hyuk" protes Sungmin.
Ia mengerucutkan bibirnya sebal. Bagaimana bisa Hyukjae menyebut Kyuhyun 'namja bodoh' padahal pemuda itu adalah siswa paling pintar di sekolah.
"Tetap saja dia itu bodoh karena tidak menghargaimu yang jelas-jelas sangat mencintainya" ketus Hyukjae.
Emosinya selalu meluap jika mengingat perlakuan Kyuhyun terhadap sahabatnya itu. Namja bodoh, namja idiot, namja setan, sederet nama yang sering ia gunakan untuk menggambarkan sosok Kyuhyun. Terlebih lagi jika pemuda bermarga Cho itu membuat Sungmin sedih, maka secara otomatis bibirnya akan mengeluarkan kata-kata kasar. Mengumpat, memaki, apapun yang bisa ia lakukan untuk melampiaskan kemarahannya.
"Ada berita panas" teriak pemuda bertubuh tambun yang baru saja masuk ke dalam kelas. Ia berusaha mengatur nafasnya yang terengah setelah berlari di koridor.
"Sejak kapan Kau menjadi tukang gosip, Shindong-ah?" cibir Kangin, diiringi anggukan Leeteuk yang berada di sampingnya.
"Aish.. aku hanya tidak sengaja melihatnya"
"Ya! telan dulu makananmu itu. Jorok sekali"
Heechul menatap jijik pada Shindong yang berbicara dengan mulut penuh makanan. Membuatnya ingin muntah saat itu juga.
Pemuda tambun itu hanya menggaruk tengkuknya, tidak ingin menanggapi perkataan Heechul. Ia kembali berbicara, setelah berhasil menelan semua makanan di mulutnya.
"Si peringkat dua.. dia menyatakan cinta di depan teman-temannya"
"Jinjja? Pada siapa?" Heechul terlihat antusias. Berita seperti itu selalu menarik untuknya.
"Si peringkat satu.. Cho Kyuhyun" jawab Shindong dengan enteng.
"MWO?!"
Pantas saja Shindong menyebutnya 'berita panas' karena kenyataannya memang berita itu membuat panas siapa saja yang mendengarnya. Termasuk Sungmin, yang sudah dapat dipastikan sedang berusaha untuk tidak menangis.
Hyukjae menepuk bahu Sungmin. Menatap pemuda manis itu seolah bertanya 'Apa Kau baik-baik saja?'
"Mereka sangat serasi. Sama-sama pintar dan kaya. Pasangan yang sempurna" celoteh Shindong.
Prak!
Mata Shindong melebar saat mendapati sebuah ponsel yang kini tergeletak pasrah di atas lantai tepat di bawah kakinya, untung saja tidak terinjak. Ia menatap tidak percaya. Leeteuk baru saja melemparkan ponselnya sendiri. Apa pemuda itu sudah gila, merusak ponsel yang katanya baru ia beli.
"Jangan bicara seperti itu! belum tentu Cho Kyuhyun menerimanya"
Mendengar perkataan Leeteuk, semua pandangan beralih pada Sungmin yang masih terpaku di tempat duduknya. Sudah menjadi rahasia umum di kelas mereka bahwa Lee Sungmin menyukai Cho Kyuhyun. Meski tidak jarang dari mereka menilai semua itu hanya harapan semu. Namun ada juga yang kagum dengan kegigihan Sungmin, salah satunya Leeteuk. Itulah alasan mengapa ia sampai melakukan tindakan seperti tadi. Ia ingin menjaga perasaan Sungmin.
"Aku tidak apa-apa"
Sungmin berusaha tersenyum. Namun dari nada bicaranya yang bergetar mereka tahu Sungmin tidak sedang baik-baik saja.
"Emm.. Cho Kyuhyun memang tidak menjawab apa-apa"
Bukannya Shindong ingin menutup-nutupi. Ia hanya menyampaikan apa yang dilihatnya. Dan memang Kyuhyun tidak mengucapkan sepatah katapun. Tapi pemuda itu juga tidak menunjukan penolakan atau sikap menerima. Sudahlah, ia tidak ingin ikut campur lebih dalam masalah ini.
=oOo=
Bel istirahat sudah berbunyi. Para siswa langsung berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Sebagian besar dari mereka memilih untuk pergi ke kantin, mengisi perut mereka yang terasa lapar. Berbeda dengan yang dilakukan Kyuhyun. Pemuda itu lebih tertarik untuk bermain game di laptopnya. Sedangkan sahabatnya, Donghae, selalu menghabiskan waktu istirahat dengan membaca buku.
"Kau mau kemana?" tanya Kyuhyun saat menyadari Donghae beranjak dari tempat duduknya.
"Perpustakaan. Di sini berisik sekali" jawab Donghae. Ekor matanya melirik laptop yang ada di meja Kyuhyun.
Kyuhyun yang merasa bahwa Donghae sedang menyindirnya pun terlihat masa bodoh. Lagi pula ini bukan salahnya.
Akhirnya Donghae benar-benar keluar dari kelas itu. Malas jika harus mempermasalahkan hal sepele dengan Kyuhyun. Sudah pasti ia akan kalah, atau mengalah lebih tepatnya.
Donghae menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Sungmin yang berjalan berlawanan arah dengannya. Namun sepertinya pemuda manis itu tidak menyadari keberadaan Donghae. Kepalanya terus menunduk, matanya lebih tertarik melihat lantai.
"Min"
Donghae menahan lengan Sungmin. Membuat pemuda manis itu menghentikan langkah dan menatapnya.
"Gwaenchana?" tanya Donghae.
Ia terlihat khawatir melihat wajah lesu Sungmin. Dan juga matanya yang sembab, seperti habis menangis. Kekhawatirannya bertambah karena Sungmin tidak kunjung menjawab. Tatapan matanya semakin kosong.
"Ikut aku"
Donghae menarik lengan Sungmin agar pemuda manis itu mengikutinya. Ia mengurungkan niat awalnya untuk pergi ke perpustakaan, dan malah membawa Sungmin menaiki tangga menuju atap sekolah.
Donghae melihat sekeliling tempat itu. Sepi dan jauh dari kebisingan. Hanya ada suara hembusan angin yang sesekali memainkan rambut mereka. Ia memegang kedua bahu Sungmin. Menatap Sungmin yang masih betah mengatupkan bibirnya.
"Sekarang hanya ada Kau dan aku. Bicaralah.."
Donghae berusaha meyakinkan Sungmin agar mau bicara. Menceritakan apa yang mengganggu pikirannya. Meluapkan apa yang sedang dirasakan hatinya.
"Hae, bolehkah aku bertanya?"
Sungmin menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya ia ragu. Kalau saja ia bisa melupakan masalah itu. Kalau saja pertanyaan itu menghilang dari pikirannya. Mungkin sekarang ia bisa bersikap seperti biasa, seakan tidak pernah mengetahuinya.
"Ada apa, Min? Kau mau tanya apa?"
Donghae sedikit mengguncang tubuh Sungmin. Ia begitu ingin tahu apa yang sebenarnya membuat pemuda manis itu kehilangan wajah cerianya lagi.
Sungmin memejamkan kedua matanya. Berusaha menguatkan dirinya.
"Benarkah.. tadi pagi.."
Kali ini giliran Donghae yang merasa gelisah. Berbagai pertanyaan muncul secara bersamaan di pikirannya. Apakah Sungmin sudah mengetahuinya? Siapa yang memberi tahunya? Bagaimana perasaanya saat mendengar berita itu?
"Kim Ryeowook... benarkah dia menyatakan cintanya pada Kyuhyun?"
Sial. Apa yang dikhawatirkan Donghae akhirnya terjadi. Sungmin sudah mengetahuinya. Lalu bagaimana ini? bagaimana ia menjelaskannya pada Sungmin. Ia sendiri juga belum tahu jawaban apa yang Kyuhyun berikan. Ryeowook juga mengatakan bahwa ia akan menunggu. Kemungkinan seperti apa yang akan terjadi. Apakah Kyuhyun akan menolak seperti yang ia lakukan pada mereka yang pernah menyatakan cinta padanya. Atau kali ini Kyuhyun akan menerima? Jika melihat sosok seorang Kim Ryeowook, kemungkinan yang kedua bisa saja terjadi. Mereka akan terlihat sangat sempurna jika bersama.
"Hae.. jawab aku"
Donghae tersadar dari lamunannya. Pikirannya ikut kacau. Sungmin ingin ia segera menjawab pertanyaan itu. Tapi ia harus memilih kata-kata yang tepat sebelum menjawabnya, agar tidak melukai perasaan pemuda manis itu.
"Ne, itu benar"
Tes
Cairan bening itu meluncur begitu saja, membasahi pipi putihnya. Sebenarnya ia tidak ingin menangis. Ia sudah berusaha menahannya. Tapi mendengar jawaban Donghae, entah kenapa hatinya terasa sangat sakit.
"T-tapi Kyuhyun tidak mengatakan apapun" ucap Donghae, panik melihat pemuda manis di hadapannya menangis seperti itu.
"Tidak mengatakan apapun bukan berarti dia menolak kan, Hae?"
Sungmin menepuk-nepuk dadanya yang terasa semakin sesak.
"Uljimma"
Donghae membawa tubuh rapuh Sungmin ke dalam pelukannya. Lengan kekarnya mendekap erat. Diusapnya kepala Sungmin dengan lembut.
"Juga bukan berarti Kyuhyun menerimanya, Min"
Sungmin tahu pemuda itu sedang berusaha menenangkannya dengan mengatakan kemungkinan lain yang bisa terjadi. Namun tetap saja pikiran bahwa Kyuhyun akan menerima Ryeowook terus berputar di otaknya. Jadi, untuk sekarang biarkan ia menyingkirkan perasaan itu sejenak. Menepis kedua nama itu dari pikirannya.
Sungmin semakin menyamankan tubuhnya dalam pelukan Donghae. Menghirup aroma tubuh pemuda itu yang menguar dari lehernya. Biarkan, biarkan seperti ini sampai hatinya tenang.
Mereka tidak sadar jika sedari tadi ada yang memperhatikan. Kilatan matanya penuh dengan amarah. Dinding yang menjadi tempat persembunyiannya pun tidak lepas dari incarannya. Ia meninju dengan keras, tidak peduli jika perbuatannya itu akan menimbulkan luka memar di tangannya.
"Lee Sungmin.. Kau akan menerima akibatnya"
=oOo=
To Be Continued
Sorry for typo. Don't forget to give your review ^^
Gamsahamnida /bow/
