Desclamier : Naruto punya paman Masashi Kisimoto

Pairing : SasuHina dan temukan sendiri

Warning : OOC, AU,typo (always) dll

Dont like, dont read

.

.

.

Sasuke mengetuk ngetuk jari-jarinya di meja menunggu panggilan video call nya diterima. Sesekali ia melirik arloji dengan brand terkenal yang harganya bisa mencapai 6 digit di tangan kanannya kemudian beralih ke display handphone. Menunggu. Waktu Sasuke tidak banyak, jadwalnya yang begitu padat hingga dua minggu kedepan membuatnya frustasi.

"Hinata, ayo cepat angkat"

Sasuke menggeram kesal. Pikirannya jadi dipenuhi dengan hal yang aneh-aneh. Baru kali ini Hinata begitu lama mengangkat telpon darinya. Sepertinya nanti Hinata harus diberi pelajaran.

Cling….

"Kau dari mana saja Hinata?" Mata Sasuke dipenuhi tatapan menyelidik. Walaupun tidak bertatap langsung dengan Sasuke, Hinata cukup takut dengan tatapan tajam yang berikan Sasuke padanya.

"Gomenne Sasuke-kun… aku dan Tenten-chan sibuk menyiapkan bahan untuk masa orientasi kami dua hari lagi. Bahannya benar-benar banyak Sasuke" Hinata benar-benar merasa bersalah dengan hal ini. Saking sibuknya dengan persiapan masa orientasi kehidupan kampusnya yang akan ia jalani dua hari lagi membuat ia tidak mendengar panggilan Sasuke berkali-kali.

"Benarkah?" Sasuke tidak percaya

"Apa kau tidak percaya lagi padaku, huh?" Hinata menaikkan satu oktaf suaranya. Pertanyaan Sasuke membuat Hinata kesal.

Sasuke terkekeh pelan, "Aku percaya padamu Hinata" kemudian ia tersenyum tipis dan membuat Hinata merona.

"Aku merindukan mu, Sasuke-kun"

"Aku juga merindukanmu… sangat merindukanmu" Tatapan Sasuke berubah menjadi sendu

"Arrrgghh… Selama dua minggu ke depan aku tidak bisa melihat wajahmu, Hinata… ini membuatku frustasi" Sasuke mengepal tangan kanannya yang bebas kemudian membuat ekspresi tidak terima mirip dengan anak kecil yang tidak diberikan permen dan sukses membuat Hinata di seberang sana tertawa.

"Daijoubu Sasuke-kun… ini semua kan demi mimpimu. Lagi pula aku juga akan sibuk dalam minggu ini" Hinata menenangkan Sasuke.

"Aku akan tetap mengabarimu dimana pun aku berada. Kau juga ya!" Sasuke mengacungkan telunjuknya.

Hinata tertawa lagi. Sasuke benar-benar seperti anak kecil hari ini. Apakah ini efek karna mereka akan LDR-an lagi?. Semenjak kepindahan Hinata ke Suna sebulan yang lalu karena Hinata diterima di universitas Suna membuat Hinata dan Sasuke harus menjalani hubungan jarak jauh. Hinata di Suna, Sasuke di Tokyo. Walaupun mereka menjalani hubungan jarak jauh, setiap hari mereka selalu melakukan video call. Dengan cara seperti itu akan mengurangi kerinduan mereka. Tapi kegiatan yang hampir setiap hari mereka lakukan itu harus terhenti selama dua minggu kedepan karena kegiatan Sasuke. Sasuke dan band indie nya ditawari oleh salah satu label musik untuk masuk dapur rekaman dan tentu saja hal ini tidak akan dilewatkan oleh mereka begitu saja. Karena kesempatan tidak datang dua kali bukan? Dan sibuknya Sasuke dengan bandnya membuat ia tidak bisa lama-lama untuk menghubungi Hinata. Persis seperti hari ini.

"URUSAI!" Umpat Sasuke pada Naruto—sahabat sekaligus anggota bandnya.

"Ada apa? Apa Naruto menyuruhmu untuk cepat-cepat kembali?" Hinata tersenyum mengejek

"Akhiri saja video call nya Sasuke"

"Apa kau bosan aku terus menelponmu, huh?" Sasuke mengerucutkan bibirnya.

Hinata tertawa lagi. Sasuke benar-benar sensitive sekali hari ini. Sedikit saja ia menggodanya sudah sukses merubah moodnya. Padahal selama ini yang sering menggodanya hingga kesal kan malah Sasuke.

"Aku pergi"

"Jangan menelponku lagi"

"Aku akan sibuk"

"Dan jangan merindukanku"

Belum sempat Hinata mengatakan bahwa ia hanya bercanda, tiba-tiba saja Sasuke mengakhiri telponnya secara sepihak.

"Sasukee…"

Hinata menghela nafas panjang.

"Sasuke pasti benar-benar marah" Ucap Hinata sambil menatap foto Sasuke sedang bermain gitar yang sengaja dijadikan wallpaper di handphone. Tidak seharusnya Hinata menggoda Sasuke pada keadaan seperti ini. Sasuke tidak bisa menjalani yang namanya hubungan jarak jauh. Ia benci itu. Ketika ia tahu bahwa Hinata diterima di universitas Suna dan mengharuskan mereka untuk jarak jauh, Sasuke tidak terima itu. Sasuke marah dan mendiamkan Hinata selama seminggu lebih. Didiamkan oleh Sasuke membuat Hinata tertekan, ada bagian yang hilang di dalam dirinya yang membuatnya merasa kosong. Sebenarnya ia juga tidak bisa jauh dengan Sasuke. Sejak kecil Hinata selalu bersama dengan Sasuke. Sasuke selalu bergantung dengan Hinata, begitu juga sebaliknya. Dan berada jauh dengan Sasuke membuat Hinata sakit. Tapi demi masa depannya nanti, demi masa depannya bersama Sasuke ia harus rela menahan sakit itu. Dan dua minggu tanpa melihat wajah Sasuke seperti membuatnya mati secara perlahan-lahan. Tapi semua itu tidak ingin ia perlihatkan secara eksplisit kepada Sasuke. ia ingin menjadi wanita yang kuat, wanita yang mandiri. Semuanya itu untuk Sasuke. Sasukenya.

Dua minggu ditambah lagi dengan ngambeknya Sasuke, membuat hari-hari Hinata sampai dua minggu ke depan akan lebih panjang dari biasanya.

"Huft…" Hinata menghela nafas lagi.

Sasuke menatap tajam Naruto setelah mengakhiri video call secara sepihak dengan Hinata tadi. Kalau saja Naruto itu bukan sahabatnya, saat ini juga ia ingin mencekik lehernya. Merasa diperhatikan, Naruto kemudian menghentikan kegiatannya—mengunyah keripik kentang, kemudian berbicara, "Seharusnya kau berterimakasih kepadaku, Sasuke. Anggap saja ini latihan pertamamu. Lagian kau akan lama LDR-an dengan kak Hinata kan? Bukan dua minggu saja. Bahkan bisa bertahun-tahun" Naruto mengambil keripik kentangnya lagi dan memasukkannya kedalam mulutnya. Ia mengunyah keripik kentang itu dengan mata tertutup. Sepertinya keripik kentang itu begitu enak.

"Kau masih pacaran dengan kak Hinata ya Sasuke?" Tanya Gaara. Tangannya masih sibuk men-strum kan gitarnya agar suara yang dihasilkan dari petikan gitarnya tidak sumbang.

"Kau ingin aku dengan Hinata putus?" Tanya Sasuke tidak terima

"Siapa tau…" Gaara mengedikkan bahunya tidak peduli. "Bukankah kau tidak suka hubungan jarak jauh,ya?" Tanyanya lagi. "Kalau kau dengan kak Hinata putus, beritahu padaku ya Sasuke, siapa tahu aja nanti kak Hinata bisa ke cantol dengan aku" Gaara terkekeh dan Sasuke kemudian menjitak kepala pemuda bersurai merah itu. "Tidak akan… sampai kapan pun, Hinata tetap milik Sasuke"

Naruto dan Gaara kemudian mendesah pelan mendengar Sasuke yang sudah lima tahun menjadi sahabat mereka bisa juga melontarkan kata-kata yang bagi mereka bukanlah Sasuke banget. Di mata orang lain, mungkin mereka berpikir bahwa Sasuke adalah orang yang pendiam, cool, irit bicara, berwibawa bahkan gadis-gadis di sekolah mereka sangat memuja Sasuke. Dari mereka berlima, Sasuke lah yang banyak memiliki fans girl. Tapi sebenarnya, Sasuke tidak seperti yang mereka lihat. Sasuke memang tipe pemuda yang irit bicara jika bersama dengan orang yang tidak begitu dekat dengannya, namun jika bersama dengan sahabatnya, bersama dengan orang terdekatnya, ia menjadi pemuda yang banyak bicara dari biasanya. Bahkan jika sudah bicara, ia tidak akan bisa berhenti. Terkadang omongan Sasuke itu bagaikan pisau. Sekalinya ia berbicara, kata-katanya pedas dan langsung menusuk hulu hati. Dan soal Hinata. Sasuke akan menjadi lelaki yang over protectif. Sasuke tidak akan membiarkan Hinata dekat dengan lelaki lain bahkan sahabatnya sendiri. Terkadang Sasuke bisa sekejam itu. Karena Hinata, Sasuke yang semula menjadi pemuda yang sangat cuek, bisa berubah menjadi sangat peduli. Karena Hinata, terkadang Sasuke bisa menjadi pemuda yang melankolis, seperti saat ini. Dan moodnya yang berubah-ubah dengan cepat bisa jadi karna Hinata. Dan Sasuke bisa menjadi anak kecil yang sangat manja jika ia bersama Hinata.

"Sas… kita beda berapa tahun sih sama kak Hinata?" Tanya Shikamaru yang tiba-tiba datang membawa beberapa botol air mineral kemudian membagikannya.

"Setahun doang" Ucap Sasuke setelah meneguk setengah air mineral botolnya.

"Enak ya punya pacar yang lebih tua dari kita, bisa dimanjain terus" Gumam Naruto setelah membuang plastik kemasan kripik kentangnya

"Makanya cepat nyatain perasaan mu sama kak Sakura, sebelum diembat sama Sasori"

Naruto hanya mendengus pelan jika mengingat usaha pendekatannya dengan Sakura yang masih stuck.

"Kayaknya gak bakalan berhasil, bro… dia sekarang jauh banget. Apalagi mau masuk universitas kedokteran. Kayak langit dan bumi" Naruto pesimis dengan apa yang akan terjadi dengan perasaannya terhadap Sakura yang sudah ia pendam cukup lama.

"Namanya juga usaha, bro… kayaknya Kak Sakura juga ada rasa dengan mu Naruto" Timpal Sai. Ia mengambil sebungkus nikotin dari saku kemejanya. Diambilnya satu batang kemudian diarahkan ke bibirnya. Pematik kemudian diarahkan ke ujung nikotinnya. Ia menghisap kuat-kuat lalu menghembuskannya. Asap putih berbetuk bulat-bulat kemudian keluar dari mulutnya.

"Dia mencari yang dewasa" Ucap Naruto menerawang. Memikirkan sedang apa Sakura di Suna. Apakah ia juga memikirkan Naruto seperti Naruto yang memikirkannya saat ini. Sakura dan Hinata diterima di Universitas yang sama. Universitas Suna. Namun hanya jurusan saja yang berbeda. Sakura mengambil jurusan kedokteran sedangkan Hinata mengambil jurusan teknik pangan.

"Dewasa itu tidak ditentukan oleh umur. Melainkan oleh sikap dan pemikiran. Ada orang yang umurnya sudah bisa dikategorikan dewasa namun sikap dan pemikirannya masih seperti anak kecil apa bisa disebut dengan dewasa,hm? Sedangkan orang yang umurnya masih terlalu dini namun sikap dan pemikirannya sudah dewasa apa masih disebut anak kecil?" Ucap Sasuke.

Semuanya hening.

"Untuk mu, Naruto. Jika kau mencintai kak Sakura, maka kejarlah ia. Dapatkan dia. Karena yang gigih berjuang akan menang dari yang hanya menjadi penonton saja" Sasuke menepuk bahu Naruto.

Dan Naruto masih berharap di relung hati Sakura terukir namanya walau dalam ukuran yang sangat kecil itu tak masalah bagi Naruto. Dan ia akan berjuang untuk mendapat perhatian Sakura lagi.

"ANAK-ANAK! Ayo latihan lagi. Dapur rekaman sudah menanti kalian" panggilan dari guru mereka—Tsunade Sensei sebagai Pembina dari band mereka membuat sesi curhat pemuda dalam masa pubertas itu harus diakhiri.

Sasuke harus melakukan kegiatan yang sudah menyita waktunya dengan Hinata selama dua minggu ini dengan cepat dan bila perlu tidak ada kesalahan.

"Hinata… tunggu aku"

Sudah seminggu berlalu. Dan seperti dugaan Hinata, hari-harinya berlalu dengan sangat lama. Walaupun kini ia masih disibukkan dengan masa orientasi kampusnya namun karena Sasuke masih marah dengannya menjadi beban buatnya. Karena didiamkan oleh Sasuke itu menyakitkan untuknya. Seperti saat ini, Hinata beberapa kali menggeser display handphone takut-takut ada massage Sasuke yang ia lewatkan untuk dibalas sambil membuat resume mengenai jurusannya yang diberikan oleh panitia kampusnya dan dikumpulkan besok. Sasuke dan Hinata memang off untuk melakukan video call namun tidak untuk massage. Mereka harus tetap melakukan komunikasi setiap hari, saling mengabarkan keadaan dan kegiatan mereka masing-masing.

"Masih marah ya?" Tanya Hinata pada dirinya sendiri saat menyadari bahwa Sasuke belum membalas massagenya dari sejam yang lalu.

Ingin sekali ia menyusul Sasuke ke Tokyo sambil menjenguk kakaknya—Neji, ibu dan ayah serta adik perempuannya—hanabi. Namun kegiatan kampusnya belum selesai sehingga membuat keinginannya itu hanya akan menjadi sebatas keinginan belaka dan belum bisa ia wujudkan dalam waktu dekat ini. Hinata ingin menelpon Sasuke, tapi takut jika ia akan menganggu Sasuke.

Hinata mengerucutkan bibirnya kemudian menundukkan kepalanya di atas meja. LDR-an membuatnya hilang semangat.

Tenten yang melihatnya, tersenyum geli kemudian terkekeh, "Kau merindukan pemuda tengik itu?" Ia membawa dua gelas coklat panas dan sekotak biscuit kemudian menyerahkannya kepada Hinata.

"Terimakasih" Hinata meniup-niup asap yang mengepul dari coklat panas itu kemudian meminumnya perlaha-lahan

"Hmhm… aku sangat merindukannya" Hinata menerawang jauh

Gadis bercepol dua itu terkekeh lagi, "Kau dengan pemuda tengik itu, sedangkan aku harus terjebak di Suna. Aku mengejar kakakmu yang kini berada di universitas Tokyo. Aku belajar mati-matian agar bisa diterima disana. Tapi nyatanya?" Tenten mendesah kecewa kemudian meneguk coklat panasnya lagi.

Karena cinta memiliki pejuang dan cara berjuangnya masing-masing.

Udara malam hari di Suna cukup dingin. Hinata menghidupkan penghangat ruangan di apartemennya yang ukurannya sedang ini. Hanya ada satu kamar, dapur, kamar mandi dan ruang santai. Hinata memang sengaja untuk menyewa apartemen yang jaraknya cukup dekat dengan kampus agar memudahkan ia untuk ke kampus. Hinata menyewa apartemen ini sendiri, tidak bersama dengan Tenten, alasannya karena ia ingin hidup mandiri dan berjaga-jaga jika nanti Sasuke datang menjenguknya sehingga Sasuke bisa bermalam di apartemennya tanpa perlu khawatir.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Hinata membersihkan apartemennya setelah seminggu lebih tidak ia bersihkan karena kegiatan kampusnya. Masa orientasi kampusnya telah berakhir. Ada jeda waktu selama 2 hari untuk liburan sebelum memasuki dunia perkuliahan yang kejam. Dan Hinata memanfaatkan waktu liburannya untuk bermalas-malasan sebentar. Seperti malam ini, karena besok libur ia akan menghabiskan malamnya dengan menonton dorama kesukaannya hingga pagi menjelang.

Rambut violet sebahunya ia gulung ke atas hingga memperlihatkan leher jenjangnya yang begitu putih seperti porselen. Hinata terpaksa menggunakan tanktop satu jari berwarna hijau tosca dan short pant berbahan kain berwarna coklat malam ini. Piyama biru bermotif beruang pemberian Sasuke terpaksa ia cuci karena terkena coklat panas beberapa hari yang lalu. Dan sialnya ia hanya membawa satu piyama. Untung saja penghangat ruangan sudah dinyalakan, jadinya ia tidak perlu kedinginan malam ini.

Tok…tok…tok…

Hinata tertegun ketika pintu apartemennya diketuk. Ia tidak punya janji hang out dengan Tenten malam ini.

Tok…tok…tok…

Ketukan pintunya semakin keras, membuat Hinata takut. Dengan langkah hati-hati ia berjalan menuju pintu apartemennya.

"Siapa?" Tanyanya

Tidak ada jawaban.

Ckleeek….

"Sasuke!" Pekik Hinata ketika mendapati bahwa Sasuke lah yang mengetuk pintunya.

"Aku merindukanmu" Sasuke langsung memeluk Hinata dengan erat hingga Hinata harus mundur beberapa langkah.

"Kau… bukankah jadwalmu tersisa dua hari lagi?" Tanya Hinata tak percaya ketika ia benar-benar melihat Sasuke di depannya

"Hmhm… kami mempercepat semuanya. Aku benar-benar merindukanmu hingga aku tidak bisa berpikir dengan jernih lagi" Sasuke memeluk Hinata lagi

"Aku juga merindukanmu" Hinata tersenyum.

Ia bersyukur jika Sasuke baik-baik saja dan sudah tidak marah lagi dengannya. Ia senang jika Sasuke rela datang ke Suna yang jaraknya ber km-km dari Tokyo hanya untuk dirinya.

"Aku juga merindukan milikku" Bisik Sasuke di telinga Hinata, kemudian menjilatinya hingga membuat Hinata geli.

"Sasuke!" Hinata memukul kecil lengan Sasuke. wajahnya bersemu merah.

"Aku lapar Hinata" Rengek Sasuke

Hinata memincingkan matanya, kemudian tersenyum mengejek, "Heeeyyy… padahal kau lelah, apa kau kuat?"

Sasuke menaikkan sebelah alisnya, "Kau meragukanku?"

Hinata melipat kedua tangan di depan dadanya. "Kita lihat saja nanti, siapa yang lebih kuat"

"Siapa takut!"

Sasuke melempar tasnya ke sembarang tempat beserta jaketnya. Ia kemudian menarik Hinata dan mencium bibir Hinata. Kecupan ringan itu kemudian berubah menjadi kecupan panas. Semua kerinduan selama sebulan terakhirnya tumpah melalui ciuman panas itu. Tangan Sasuke tidak tinggal diam. Tangannya menelisik ke dalam tanktop Hinata dan ia mendelik kaget. "Kau… tidak memakai bra?" Tanyanya dan hanya dibalas dengan senyuman nakal oleh Hinata.

"Kita lanjutkan di kamar saja" Bisik Hinata di telinga Sasuke kemudian menggigitnya. Perlakuan Hinata membuat adik kecil Sasuke menegang.

"Sialan kau Hinata!" Sasuke mengejar Hinata yang berlari menuju kamar.

Hmmhmmpphhh….

"Ahhh…Sasu—keeh" Rintih Hinata ketika Sasuke menjilat puting payudaranya yang sudah mengeras.

Hinata sudah polos sekarang tanpa sehelai benang apapun. Begitupun dengan Sasuke.

"Kau tidak berubah Hinata" Ucap Sasuke. "Payudaramu tetap kenyal dan berisi… aku menyukainya" Sasuke terus melakukan kegiatan kesukaannya. Ia terus menjilati bahkan menghisap putih merah muda itu seperti bayi yang sedang menyusui. Hinata terkekeh pelan melihat lelaki dihadapannya begitu asik dengan kegiatannya. Ia mengelus-ngelus rambut raven Sasuke.

"Ahhhhkkk…" Desah Hinata ketika tiba-tiba tangan kanan Sasuke meraba kemaluannya.

Setelah puas menghisap payudara Hinata, Sasuke beralih ke bagian paling sensitive milik Hinata.

"Kau basah Hinata… jadi siapa yang menang, heh?" Tanya Sasuke dengan evil smriknya

Hinata yang malu kemudian membuang wajahnya yang sudah memerah ke arah kanan.

Sasuke terkekeh.

"Sass—ukkeeeeee…" Jerit Hinata saat Sasuke menjilati kemaluannya. Sensasi geli, aneh dan enak datang disaat bersamaan.

"Aakkhh…"

"Kau menyukainya kan Hinata?" Tanya Sasuke tersenyum saat melihat wanitanya menggeliat geli. Ia melihat Hinata membusungkan badannya menikmati setiap perlakuan yang ia lakukan.

Hinata meremas seprei kasurnya. "Cepat Sasuke… aku sudah tidak tahan lagi, aaakhhh…" Hinata mengeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya penuh peluh. Rambut panjangnya tergerai dan kusut. Semua tubuhnya dipenuhi peluh. Keadaan seperti ini membuat Hinata makin sexy di mata Sasuke. tubuh yang proporsional. Payudara yang besar dari ukuran normal serta kenyal. Bibir yang tebal dan berwarna pink. Dan semua ini hanya dimiliki oleh Sasuke.

"Kau siap Hinata?" Tanya Sasuke saat mengarahkan kejantanannya yang sudah menegang ke kemaluan Hinata.

Hinata hanya mengangguk

Jlleeeebbb…

"SHIT!" Umpat Sasuke

"Kau begitu sempit Hinata"

"AAkhhh…" Lenguh Sasuke saat kejantanannya di jepit oleh rahim Hinata.

"Sakitt Sasukee" Ucap Hinata.

Hinata terengah-engah saat merasakan kejantanan Sasuke yang menghujam rahimnya dengan sangat kuat.

Hinata tidak menyangka bahwa baru sebulan saja mereka tidak bercinta, rasa sakit di daerah kemaluannya karena kejantanan Sasuke yang ukurannya cukup besar itu bisa sesakit ini padahal mereka sudah sering melakukan making out.

Hinata kehilangan keperawanannya setahun yang lalu saat ia masih berstatus siswa kelas 3 SMA sedangkan Sasuke saat itu masih kelas 2 SMA. Kejadian itu terjadi saat musim panas. Hinata yang waktu ini sengaja pergi ke rumah Sasuke bermaksud untuk mengajaknya berenang ke pantai namun batal karena Sasuke harus tinggal sendiri di rumah karena kedua orang tua beserta kakak laki-lakinya pergi ke rumah kakek mereka karna sakit. Hinata yang merasa tidak tega meninggalkan Sasuke sendirian akhirnya Hinata menemaninya di rumah. Sepanjang siang yang panas itu mereka lalui hanya dengan membaca komik sambil menikmati minuman dingin pelepas dahaga. Kipas berwarna biru yang kepalanya berputar-berputar cukup membuat ruangan yang mereka tempati sedikit lebih sejuk.

"Aku bosan Sasuke" Ucap Hinata sambil menelungkupkan komik di dadanya

Sedangkan Sasuke masih sibuk dengan bahan bacaannya.

"Apa kau punya film Sasuke? Bagaimana kalau kita menonton saja?" Usul Hinata

Sasuke menghentikan kegiatan membacanya. Kemudian mencoba mengingat-ingat apakah ia punya stock film yang belum selesai ia tonton. "Sepertinya kemarin Naruto meninggalkan beberapa dvd di kamarku"

Hinata langsung berlari ke lantai 2, ke kamar Sasuke.

"SASUKE!"

Sasuke langsung berlari menuju kamarnya ketika Hinata dengan histeris memanggilnya. Ia takut terjadi apa-apa dengan Hinata.

Sasuke melongo ketika ia sampai di depan kamarnya yang pintunya dengan sengaja tidak di tutup tadi oleh Hinata.

"Ini aaapaaa—aa Sasssukee?" Tanya Hinata. Wajahnya kini semerah tomat kesukaan Sasuke ketika dari layar televise 18 inch milik Sasuke memutar adegan berkonten dewasa dari dvd yang Hinata putar.

Sumpah serapah Sasuke umpatkan ketika tau bahwa film yang Naruto berikan kepadanya adalah film blue.

"Sialan kau Naruto" Umpat Sasuke dalam hati

"Jadi selama ini kalian menonton hal seperti ini saja, huh?" Masih dengan wajah semerah tomat Hinata kemudian berjalan menuju meja belajar Sasuke mengambil remote untuk mematikan televisi."Kalian masih dibawah umur" Lanjutnya

Belum sempat ia menekan tombol merah, tiba-tiba Sasuke menghentikannya.

"Jangan dimatikan Hinata" Ucap Sasuke

Hinata menaikkan sebelah alisnya, bingung.

"Aku belum pernah menonton hal seperti ini, bukankah tidak masalah jika kita menontonnya sekali,hm? Menonton hal seperti ini termasuk salah satu pembelajaran Hinata. Sistem reproduksi manusia, kau ingatkan? Pelajaran biologi" Ucap Sasuke mantap. Disaat seperti ini Sasuke bersyukur memiliki otak dengan tingkat kemampuan yang tinggi serta daya ingat yang kuat sehingga ia bisa gunakan dalam keadaan genting seperti ini.

Seolah tersihir dengan perkataan Sasuke, Hinata kemudian menaruh kembali remote di meja.

"Baaikklaa—aah" Ucap Hinata terbata-bata

Mereka berdua kemudian menonton adegan demi adegan dewasa yang terpampang jelas di layar televisi dengan ukuran besar itu dalam diam. Sesekali Hinata melirik bagaimana ekspresi Sasuke ketika menonton adegan yang menurutnya sangat memalukan itu. Jujur saja, Hinata belum pernah menonton hal-hal seperti ini. Hinata bukannya wanita yang naïf juga bodoh. Ia sering mendengar hal-hal seperti adegan yang mereka tonton itu lewat Ino. Ino mengatakan pada Hinata bahwa ia sudah pernah melakukan hubungan badan bersama Kakashi—kekasihnya yang terpaut umur 5 tahun lebih tua dari Ino. Hinata banyak mendengar bahwa banyak sekali sensasi aneh yang akan ditimbulkan ketika sudah pernah melakukannya. Dan sekali kau pernah melakukannya maka kau akan ketagihan. Begitulah pernyataan yang sering dilontarkan oleh Ino.

Pernah sesekali, Ino—sahabat Hinata menanyakan apakah ia sudah pernah bercinta dengan Sasuke. dengan malu-malu Hinata menjawab bahwa ia dan Sasuke sama sekali belum pernah melakukannya. Selama setahun mereka pacaran, banyak hal yang mereka lakukan kecuali untuk satu hal itu. Hinata bukannya tidak mau melakukannya, itu semata-mata karena Sasuke tidak pernah mengajaknya. Apalagi mereka juga sama-sama masih berstatus sebagai pelajar. Tentu itu akan sangat beresiko.

Tiba-tiba suasana kamar Sasuke tiba-tiba menjadi panas. Padahal pendingin ruangan sudah di set powerful.

Melihat adegan panas itu membuat bagian di antara selangkangan Hinata basah. tiba-tiba payudaranya menjadi keras. Apakah ia teransang? Tidak-tidak. Hinata menggelengkan kepalanya. Bisa gawat jika Sasuke menyadarinya.

Kyyyyaaaa….

Hinata berteriak kaget ketika tiba-tiba Sasuke menindihnya.

"Sukee—ee" panggil Hinata takut-takut

"Aku menginginkannya Hinata" Pinta Sasuke. Onyx Sasuke melemah. Lewat amethystnya, Hinata bisa merasakan bahwa saat ini Sasuke di penuhi oleh gairah dan nafsu.

"Taapi Sasuke… kita masih sekolah. Sebentar lagi aku akan ujian" Tolak Hinata halus. Ia benar-benar tidak ingin kejadian buruk menimpa mereka berdua.

Sasuke mencium bibir Hinata dengan ganas.

Hhhmmmpphh…

"Aku janji tidak akan menyakitimu" Ucap Sasuke mencium kening Hinata

"Janji?" Tanya Hinata

"Janji" Ucap Sasuke serius

Seolah tersihir dengan Sasuke, akhirnya Hinata mengiyakan kemauan Sasuke. Mereka mencoba mempraktekkan pelajaran biologi itu secara langsung. Kamar Sasuke dengan nuansa biru menjadi saksi tempat mereka. Televisi yang masih memutar adegan blue itu sengaja tidak mereka matikan agar menjadi role model mereka. Baju kuning, short pants warna pastel milik Hinata dibiarkan berserakan di lantai. Begitu juga kaos putih milik Sasuke. mereka polos tanpa sehelai benang apapun.

Rintihan demi rintihan Hinata keluarkan tanpa takut ada orang lain yang mendengar. Kegiatan panas yang dilakukan di musim panas benar-benar menjadi hal yang membahagiakan buat pasangan itu.

Dan sama seperti yang Ino katakan, ketika kau sudah pernah melakukannya sekali, maka kau akan kecanduan, kau akan ketagihan. Dan itu terjadi juga pada Hinata. Ia menjadi ketagihan dengan belaian Sasuke. ia sakit jika Sasuke tidak menyentuhnya. Ia membutuhkan Sasuke. begitu juga dengan Sasuke.

"Akkhhh…aakhhh… aku akan keluar Sasuke" Ucap Hinata ketika Sasuke meningkatkan genjotannya

"AAkhhh.. kau begitu nikmat Hinata" Umpat Sasuke

"Aaaakkkkhhh…."Ucap Hinata dan Sasuke bersamaan

Sasuke menjatuhkan dirinya disamping Hinata kemudian tangan kanannya membelai wajah chubby Hinata yang penuh dengan peluh selesai mereka bercinta.

"Aku mencintaimu Hinata" Ucap Sasuke kemudian mencium kening Hinata

"Aku juga sangat mencintaimu, Suke-kun" Hinata tersenyum kemudian mencium bibir Sasuke.

Dan malam yang dingin di Suna tidak membuat hati Hinata ikut mendingin. Ia bersyukur di malam yang dingin ini ada Sasuke yang menghangatkannya. Dan seperti rencana Hinata, besok pasti ia akan bangun kesiangan. Bukan karena lelah bergadang menonton dorama seperti rencana di awal, tapi karena lelah menghadapi Sasuke di ranjang.

TBC

Kyyyaaaa _

Pertama kali buat fanfic lemon… _

Asem gak? Kalau gak asem, maapkeun aku yaahh…

Review please