Precious

Create by: Ryuko Priscil

Genre: Romance, AU, Hurt/comfort, OOC, BL, Action (Sedikit)

Main Pairing: SangJoon, KiJoon, Hanjoo, XeNissi

Warning: Yaoi, Abal, bahasa kacau

Disclaimer: Cast punya agensi dan orang tua. Lirik lagu punya yang bikin. Namun cerita punya saya.. kikiki…

.

.

.

.

"Overprotective Sangdo"

~Precious~

.

.

.

*Hyosang POV

Pemuda yang merupakan teman masa sekolah menengah pertama bernama Jeon Hojoon ini terlihat sedang bersedih. Tentu saja. Ia sedang ada masalah dengan kekasih bodohnya yang bernama Yu Sangdo. Sangdo ini selalu saja membuat masalah dengan Hojoon. Entah soal apapun itu. Hal sepele pun bisa saja dibuat menjadi masalah besar. Seperti saat Hojoon lupa menghubungi Sangdo karena terlalu focus membaca buku di perpustakaan kota.

Masalah kali ini adalah, Sangdo marah karena Hojoon pergi ke rumah Hansol dan menginap karena tugas. Yang aku bingung adalah, apakah Sangdo terlalu overprotective terhadap Hojoon? Bahasa kasar pun diterima oleh Hojoon.

"Ma… Maafkan aku… a… aku tidak akan mengulanginya lagi," kata Hojoon setengah takut sambil menunduk.

"Kau sudah mengatakan itu lebih dari seratus kali, Jeon Hojoon!" kata Sangdo dengan nada suara seperti orang yang sedang membentak seseorang.

Aku sudah sering melihat kejadian ini. Aku bisa menebak. Sangdo akan menampar atau menendang Hojoon…

PLAK

Sudah kuduga. Aku lihat Hojoon terjatuh. Tamparan namja sial itu sepertinya sangat keras sehingga tubuh Hojoon terhempas. Akhirnya Sangdo pun pergi dan Hojoon hanya menangis tanpa suara. Aku langsung berlari menuruni tangga dan membuka pintu lalu aku langsung menghampiri Hojoon… "Hojoon-ah. Gwaenchana?" Tanyaku.

"N… ne.. nan gwaenchana," kata Hojoon sambil mengusap air matanya lalu tersenyum kepadaku.

"Kau menangis lagi? Kau menangisi namja bodoh itu?" Tanyaku dengan sedikit kesal.

"Aniyo. Mataku hanya sedikit perih. Tenang saja Hyosang-ah. Sangdo selalu bersikap baik padaku," kata Hojoon dengan senyumannya itu.

Aku melihatnya setiap hari. Aku sudah mengetahui semua perlakuan yang ia dapat dari Sangdo. Sangdo terlalu mengurung Hojoon. Untuk berteman di sekolah, Hojoon harus diam-diam. Ponsel Hojoon pun selalu di periksa oleh Sangdo. Pulang sekolah saja, Sangdo selalu menjemputnya. Aku tahu ia kekasihnya. Tapi tidak usah seperti itu juga kali -_-.

"Maaf. Aku harus masuk dan mengerjakan tugas yang di berikan oleh Yoo Seonsaengnim," kata Hojoon lalu berlari masuk ke rumahnya.

.

.

.

.

*Hojoon POV

Maafkan aku, Hyosang. Aku harus berbohong soal keadaanku sendiri. Aku tahu dia mengkhawatirkan kondisiku. Tapi… aku tidak mau merepotkannya. Aku sudah terbiasa diperlakukan seperti ini olehnya. Sakit memang. Namun hatiku lebih sakit. Sangdo sangat menjagaku. Namun rasanya aku seperti di kurung. Kenapa? Ah sudahlah. Aku lelah. Aku harus menghubungi Hansol. Aku langsung pergi ke ruang tamu dan mengambil gagang telepon lalu menekan tombol angka. Bisa saja aku meneleponnya dengan ponselku. Cuma Sangdo selalu memeriksa semua isi ponselku.

/Yeoboseyo?/ suara Hansol

"Hansol-a. I.. ini aku…" kataku.

/Ah… Hojoon-ah. Museun mwoya?/

"Aku… ingin minta maaf soal tadi…," kataku sambil menunduk.

/Sangdo? Haish. Kau tak usah minta maaf. Itu bukan salahmu. Memang pada dasarnya saja dia mengesalkan. Aku tidak marah padamu kok. Oh iya. Apa yang ia lakukan padamu? Ia menamparmu?/ Tanya Hansol

Aku hanya bisa diam…

/Sudah kuduga. Kau putuskan saja namja itu. Sudah 4 bulan kau bersamanya dan kau menerima perlakuan buruk darinya. Aku kesal. Masa mencari teman saja dilarang? Yang membuatku tambah geram adalah, ponselmu selalu di periksa. Aku tidak tega melihat privasimu dilihat olehnya,/ kata Hansol dengan sedikit kesal.

"A… Aku tidak bisa… mianhae," kataku sambil menutup teleponnya.

.

.

.

.

Matahari telah menembus jendela. Sepertinya aku tertidur di ruang tamu. Aku lihat jam dinding di ruang ini. Sudah pukul 05 :30 pagi. Aku harus segera membereskan bukuku. Aku berlari ke kamarku lalu memasukkan semua buku yang harus kubawa hari ini. Aku dengar, ada yang memanggilku…

"Hojoon-a…"

Ternyata… dia Hyosang…

"Ada apa?" tanyaku.

"Ayo kita ke sekolah bersama," kata Hyosang.

"Mianhae… aku tidak bisa. Sebentar lagi… Sangdo akan menjemputku," kataku dengan lirih

"Haishh… kau pergi dengan namja bodoh itu? Tidak bisa. Kali ini aku tidak menerima penolakkan, Jeon Hojoon!" teriak Hyosang.

Jangan… aku tidak mau. Aku tidak mau mendapat perlakuan kasar lagi olehnya. Akhirnya aku berdiri di depan pintu. Aku mengunci pintu sambil menunggu Hyosang atau Sangdo yang akan menjemputku duluan. Aku lihat… Sangdo datang. Aku hanya menunduk. Ia memegang tanganku…

"Kajja, kita pergi," katanya dengan suara dinginnya.

Aku hanya mengangguk…

*Hojoon POV End

Di dalam mobil milik Sangdo hanya ada keheningan. Hojoon hanya menunduk dan Sangdo hanya focus menyetir. Sekarang mereka menunggu lampu hijau menyala. Saangdo menyodorkan tangannya. Hojoon melihat tangan itu..

"Ponselmu," katanya singkat.

Hojoon langsung memberikan ponselnya kepada Sangdo. Sangdo memeriksa telepon, Email, Twitter, dan kakao talk milik Hojoon. Sangdo adalah orang yang sangat protektif terhadap Hojoon. Sangdo mengembalikan ponsel Hojoon dan mengelus surai cokelat milik Hojoon.

"Anak baik…"

Hojoon hanya diam. Sangdo melihat hal ini pun langsung menggenggam tangan Hojoon dan Hojoon melihat hal itu…

"Maafkan aku soal kemarin. Aku hanya tidak ingin kau pergi,"

"Gwaenchana… aku tau kau khawatir padaku," jawab Hojoon dengan pelan.

Beberapa puluh menit pun berlalu. Sampailah Hojoon di sekolah. Kenapa Sangdo tidak turun ? Mereka beda sekolah. Hojoon langsung berlari untuk memasukki kelasnya. Sampai di kelas. Byungjoo yang melihat Hojoon pun langsung menghampirinya…

"Hojoon-a… kemana kau? Kenapa aku tidak melihatmu tadi?"

"Mianhae… aku telat," kata Hojoon sambil tertunduk.

"Huftt… Kukira kamu diculik orang,"

"Bukankah dia memang sudah diculik oleh Sangdo?" Tanya Hyosang dengan kesal.

Hojoon langsuing duduk di tempatnya. Ia lelah memikirkan omongan teman-temannya. Ia membuka buku dan membacanya. Teman sekelasnya menatap Hojoon dengan tatapan sedih. Hojoon terlihat seperti anak anti social. Sebenarnya bukan. Sangdo yang membuatnya seperti itu. Tidak ada yang berani mendekati Hojoon kecuali Hyosang, Hansol, Byungjoo, Taeyang dan, Jiho. Hanya mereka yang Hojoon punya sebagai teman.

"Hojoon-a… sabar saja. Semuanya akan indah pada saatnya. Kamu berharap saja agar Sangdo tidak membuatmu menderita lagi," kata Hansol yang duduk di depan meja Hojoon.

"Aku harap begitu. Yang kemarin saja rasanya masih perih…" kata Hojoon sambil menutup setengah wajahnya dengan buku.

"Aku heran denganmu. Kok kamu bisa tahan dengannya selama 4 bulan?" Tanya Hansol.

"Aku tidak tahu.," kata Hojoon.

Hansol hanya menghela nafas. Guru pun datang. Pelajaran berjalan lancar. Sampai saat jam istirahat. Hojoon menghabiskan waktunya di kelas sendirian. Tanpa di duga, Sangdo meneleponnya…

/Yeoboseyo. Hojoon-ah,/

"Ada apa?" Tanya Hojoon.

/Nanti sore, aku akan menjemputmu seperti biasa/ jawab Sangdo dengan datar.

"Sangdo-a… Aku bisa pulang sendiri. Aku bisa pulang bersama-"

/Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku tidak mau temanmu mengantarkanmu pulang! Sudah kukatakan bukan? Kau hanya boleh pergi, jalan, dan pulang bersamaku?!/ Sangdo membentak Hojoon untuk kesekian kalinya.

"Kau terlalu mengurungku, Sangdo-a. Kumohon… biarkanlah aku pulang sendiri," Pinta Hojoon dengan lirih.

/Aku tetap tidak mengizinkanmu! Intinya, Aku akan menjemputmu! Aku tidak menerima penolakkan!/ Kata Sangdo dengan final.

Hojoon hanya menutup sambungan teleponnya. Hojoon sedih? Tentu saja. Ia merasa hidupnya sudah tidak bebas lagi. Sangdo terlalu mengurungnya. Memiliki kekasih seperti Sangdo itu sangat sulit.

Di tempat lain, ternyata Hyosang, Jiho, dan Taeyang mendengar percakapan tersebut. Mereka terdiam... Skip time! Saat pulang, Hojoon berjalan ke gerbang. Tepat sekali Sangdo berada disana. Lengan Hojoon langsung di tarik dan dibawa ke mobil Sangdo…

"Sangdo-a… aku sudah bilang padamu. Aku bisa pulang sendiri," kata Hojoon.

"Aku tak akan membiarkanmu pergi sendiri. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu. Menurutlah padaku, Hojoon-ah. Apa kau tidak tahu kalau aku sangat menyayangimu?" kata Sangdo.

"N… ne. Aku paham. Maafkan aku, Sangdo-a" kata Hojoon sambil menunduk.

Sangdo mengelus pipi halus Hojoon. Pipi yang ia tampar kemarin karena kekesalannya. Hojoon sedikit meringis karena rasa sakitnya. Sekuat itukah Sangdo menamparnya?

"Apakah masih sakit?" Tanya Sangdo

"N… ne…"

"Mianhae. Aku hanya khawatir bercampur dengan kesal…" ucap Sangdo final.

Suasana hening sampai saatnya Hojoon harus turun karena tempat tujuannya sudah sampai. Hojoon langsung masuk ke dalam rumahnya. Hojoon terlalu lelah. Ia langsung merebahkan dirinya di ranjangnya. Sampai ponsel miliknya berbunyi…

/Yeoboseyo/

"H… Hyosang? Sudah kubilang kan? jangan menelepon ke nomor ponselku?" kaget Hojoon.

/Cih… Aku benci dengan aturan yang Sangdo buat untukmu. Aku cuma bilang, tolong buka pintu balkonmu/

Hojoon mengerti. Ia langsung memutuskan sambungan telepon lalu membuka pintu balkon. Hyosang ada disana. Ini kan lantai 2. Kok bisa? Sudah kebiasaan Hyosang untuk berkunjung ke rumah Hojoon lewat balkon. Pada dasarnya Hyosang suka memanjat.

"Hojoon-ah. Aku tahu selama ini kau tersiksa. Jangan sembunyikan kelakuannya terhadapmu. Aku kesal saat ia menamparmu-"

"Sudah cukup. Aku tahu... Tapi... Hiks… a… aku… aku takut, Hyosang…." Tangisan Hojoon mulai keluar.

"Hojoon-ah. Uljimma…," kata Hyosang.

"Hiks… Ke… kenapa kau menghiburku?" Tanya Hojoon masih terisak.

"Aku menganggapmu sebagai orang yang berharga…"

"A… aku berharga bagimu?" kaget Hojoon.

"Ne…," kata Hyosang.

"Go… Gomawo Hyosang…" jawab Hojoon sambil mengusap kasar air matanya.

"Sama-sama. Jika kau ada masalah, kau bisa datang ke rumahku lewat balkon," kata Hyosang sambil menunjuk balkon.

Hojoon tersenyum kembali. Ia senang ada yang menganggapnya sebagai orang yang berharga. Kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sejak ia menjadi kekasih Sangdo.

Akhirnya Hyosang memutuskan kembali ke kamarnya. Sebelum itu ia menghapus history teleponnya dan Hojoon di ponsel Hojoon lalu kembali ke rumahnya melalui balkon.

*Besoknya*

Kebetulan hari ini libur. Hyosang sudah mandi dan sekarang sedang memakan roti panggang. Ia melihat Sangdo berdiri di depan rumah Hojoon dan Hojoon hanya diam mendengarkan. Hyosang sudah geram. Ia mulai mengenakan sepatu dan jaketnya lalu menarik lengan Sangdo dan membawa Sangdo ke halte terdekat. Untungnya Sangdo tidak membawa mobil. Jika sangdo membawanya, itu… menyebalkan…

"Ada urusan apa kau membawaku? Kau tak lihat aku sedang berbicara padanya?! Kau sudah membuatku marah, Jin Hyosang! Sekarang apa lagi hah?!"

"Aku sudah bilang sejak setahun lalu bukan?"

"Dan… Aku akan terus mengawasimu, Yu Sangdo," kata Hyosang sambil pergi meninggalkan Sangdo.

Di tengah jalan, Hyosang tertawa puas karena melihat Sangdo yang terpojok. Hyosang berjalan sambil menelepon Jiho. Jiho dan Hyosang memiliki hubungan sesuatu dengan Sangdo…

/Yeoboseyo, Hyosang?/

"Ne. Aku ada rencana untukmu. Karena itu, kutunggu kau di cafe jam 8. Dan… kau suruh Taeyang untuk tidak usah ikut. Ia harus bersama Hojoon. Hojoon sedang sendirian di rumahnya. Antisipasi kalau Sangdo datang dan berusaha untuk membawa Hojoon lagi," kata Hyosang.

/Ok. Aku tunggu rencana itu,/ kata Jiho sambil memutuskan sambungan telepon.

Hyosang tersenyum penuh kemenangan. Sebentar lagi, Rencananya akan dimulai. Sampailah Hyosang di rumahnya. Ia lihat, Hojoon duduk di teras rumahnya sendirian…

"Hyosang…" panggil seseorang.

"Ah, Taeyang? Kau datang tepat waktu. Hojoon sedang sendirian. Jaga dia sebaik mungkin. Aku tidak ingin melihatnya pergi karena dibawa namja itu," kata Hyosang.

"Tidak perlu khawatir. Aku tidak akan membiarkan Sangdo membawa Hojoon," kata Taeyang.

Hyosang mulai mengambil ponsel, dompet, dan ranselnya. Ia langsung berjalan menuju cafe. Hyosang sampai tepat pukul 8 pagi. Hyosang memasuki cafe dan duduk di meja kosong. Sambil menunggu, ia memesan beberapa camilan dan segelas Lime tea. Beberapa menit kemudian, Jiho datang dan duduk di tempat Hyosang berada.

"Rencana apa yang ingin kau sampaikan?" Tanya Jiho tanpa basa basi.

"Soal namja bodoh itu," kata Hyosang.

"Katakan saja. Mau melakukan pertempuran itu?" Tanya Jiho.

"Kalau itu bisa kita lakukan, ya lakukan saja. Yang penting aku ingin dia lenyap," kata Kidoh sengan santai tapi aura hitam terasa menyelimuti dirinya.

Sepertinya akan pertempuran. Tahun lalu ada pertempuran juga. Hyosang, dan Jiho yang memimpin. Sedangkan Taeyang? kita rahasiakan. Apakah Hansol dan Byungjoo mengetahui siapa Sangdo sebenarnya? Kita rahasiakan saja soal ini. Waktu itu Hansol dan Byungjoo menghajar Sangdo karena cuma ikut-ikutan.

Di tempat lain, Hojoon sedang berbincang dengan Taeyang di dalam kamar Hojoon. Taeyang melihat isi ponsel Hojoon. Tapi tenang saja. Hojoon yang mengizinkannya..

"Hojoonie… Kau hanya menyimpan foto Sangdo saja?" Tanya Taeyang.

"Sebenarnya ada yang lain. Namun aku menyimpannya di laptopku. Kalau kusimpan di ponselku, Sangdo akan memarahiku dan pastinya ia juga akan memukulku lagi…," kata Hojoon sambil menunduk.

"Aishh… anak itu. Berarti ia sudah sering berlaku kasar denganmu dong…"

"N… ne. aku sudah terbiasa kok jika ia ingin memukulku…"

"Hojoonie… jika ia memukulmu, kau jangan diam saja. Setidaknya berontaklah," kata Taeyang penuh khawatir.

Sedetik kemudian, Taeyang memeluk Hojoon dan Hojoon terkejut sekali…

"Ke… kenapa kau memelukku?" Tanya Hojoon.

"Aku hanya sedih dengan keadaanmu, Hojoonie. Bisa-bisanya ia melukai orang yang lebih indah dari berlian ini…" kata Taeyang dengan bahasa yang sedikit kurang dimengerti oleh Hojoon.

"Ma… maksud hyung?"

"Kau tahu? Kau itu sangat indah bagaikan berlian. Orang lain tidak berani untuk melukaimu karena keindahan itu. Tapi… kenapa ia berani memperlakukanmu seperti ini?" Tanya Taeyang.

Hojoon menggelengkan kepalanya bukan karena ia tidak tahu. Ia tidak ingin memberitahu karena ia takut Sangdo akan menghukumnya lagi. Kalian tahu? Hojoon pernah tidak diperbolehkan keluar dari rumah Sangdo selama dua hari? Di saat itulah Hojoon hampir kehilangan kepolosannya. Dan sejak itulah ia memutuskan untuk menurut dengan apa yang Sangdo katakan.

"Aku tidak ingin mengatakannya… aku takut…" kata Hojoon sambil menunduk.

"Jika kau mengatakannya padaku, aku bisa membantumu. Katakan padaku. Kenapa Sangdo memperlakukanmu seperti itu?" Tanya Taeyang.

"Ia tidak bilang banyak. Ia cuma bilang… ia tidak ingin aku dilukai oleh orang. karena itu ia melarangku pergi kecuali pergi bersamanya…" kata Hojoon sambil memeluk bantalnya.

Saat itu juga ada telepon masuk di ponsel Hojoon. Saat Hojoon memeriksanya, itu dari Sangdo. Hojoon langsung mengangkatnya. Ia pergi keluar kamar karena ia tidak ingin Sangdo tahu bahwa ada orang lain di rumahnya. Jika Sangdo tahu, Hojoon harus dikurung di rumah Sangdo selama dua hari dan tidak diperbolehkan keluar.

"Ada apa, Sangdo-ya?"

"…"

"Kau ingin aku menemuimu sekarang? Aku sedang mengerjakan tugas,"

"…"

"Mi… mianhae. Kumohon jangan pukul aku lagi, Sangdo-ya. A… aku segera kesana," kata Hojoon lalu memutuskan sambingan telepon.

Ia memasukkan ponsel ke saku jaketnya lalu ia masuk ke kamarnya untuk mengambil dompetnya. Taeyang yang melihat hal ini pun langsung terkejut karena Hojoon terlihat panic sekaligus terburu-buru.

"Kau mau kemana?" Tanya Taeyang.

"A… aku harus menemui Sangdo. A.. aku permisi," kata Hojoon lalu segera pergi.

Perasaan Taeyang sudah mulai kacau. Ia tidak bisa mengejar Hojoon karena ia sudah kehilangan jejak. Yang ia bisa lakukan adalah… menelepon Hyosang.

/Yeoboseyo. Ada apa Taeyang?/

"Ho… Hojoon… ia pergi menemui Sangdo di suatu tempat!" panik Taeyang.

.

.

.

Di taman kota terlihat dua namja sedang duduk dan berbicara. Siapa lagi kalau bukan Hojoon dan Sangdo? Seperti biasa. Saat Sangdo berbicara, Hojoon hanya menunduk. Ia takut…

"Sekolahmu libur berapa lama?" Tanya Sangdo.

"Seminggu. A… ada apa?" Tanya Hojoon panic.

"Ikut aku," kata Sangdo sambil menarik lengan Hojoon untuk masuk kedalam mobilnya.

Di dalam mobil, Hojoon hanya diam. Sangdo juga hanya focus menyetir. Beberapa puluh menit kemudian, mereka sudah sampai. Hojoon hanya bisa menelan ludahnya kasar. Ia dibawa kembali ke rumah Sangdo. Hojoon bingung. Apa kesalahan yang ia perbuat sehingga ia harus dikurung lagi disana. Sangdo menarik lengan Hojoon untuk masuk ke kamarnya. Kamar milik Sangdo. Tempat Hojoon pernah dihukum…

"Ke… kenapa aku dibawa kesini?" Tanya Hojoon.

"Kau akan aman jika kau diam disini sampai masa liburmu selesai," jawab Sangdo sambil mengunci pintu kamarnya.

"Ta… tapi kan-"

"Turuti aku, Jeon Hojoon!" Bentak Sangdo.

"Ma… maafkan aku…" kata Hojoon dengan reflex.

"Haahh… Aku hanya tidak ingin kehilanganmu, Hojoon-ah" kata Sangdo sambil memeluk Hojoon.

Pertama kalinya Hojoon dipeluk seperti ini oleh Sangdo. Hojoon mulai berpikir. Pasti Sangdo sudah mulai menghargainya sebagai kekasihnya. Sangdo melepaskan pelukkan tersebut…

"Hojoon-a. Aku menyimpan sebuah rahasia. Aku akan memberitahumu suatu saat nanti," kata Sangdo.

"Eh? Apa itu?" Tanya Hojoon.

"Nanti saja. Sekarang bukanlah waktu yang tepat," kata Sangdo.

"Umm… arraseo," kata Hojoon.

Suasana pun hening. Mereka terpaut dalam pikiran masing masing. Lalu Sangdo pun berusaha memecah keheningan..

"Hojoon-ah. Aku baru saja mendengarkan lagu yang diberikan oleh adikku di Gangnam. Lagunya indah sekali,"

"Lagu apa? Coba kau nyanyikan untukku," kata Hojoon.

"Baiklah. Tapi, jangan tertawakan aku ya," kata Sangdo sambil mengeluarkan ponselnya.

"Ne. Palli wa~~~"

#Songs: Aikatsu Mizuki Kanzaki – Precious#

Hojoon tertegun mendengarkannya. Sangdo bisa menyanyi dengan sangat baik. Ia menikmati bait demi bait sampai saatnya reff terakhir sebelum lagu tersebut selesai…

#Songs: Aikatsu Mizuki Kanzaki – Precious#

Sangdo sudah selesai menyanyikan salah satu lagu anime terkenal saat ini. Lagu favoritnya sejak dongsaengnya memberikan lagu ini padanya. Sangdo bingung. Kenapa hening sekali suasananya. Ternyata… Hojoon terdiam karena terpukau.

"Ehhh… Wa… waeyo?"

"Ternyata, dibalik sikap kasarmu, kau bisa sehalus ini…"

Sangdo pun duduk di samping Hojoon. Ia meraih telapak tangan Hojoon lalu mengusapnya. Perasaan bersalah kembali menyelimutinya…

"Maaf. Selama ini aku bersikap kasar padamu. Tetapi… Aku tidak bermaksud seperti itu… Kau tahu? setiap aku berbuat kasar padamu, perasaan bersalah selalu ada di dalam pikiranku… Dan… sekarang kau boleh bertanya tentang apa yang ingin kau tanyakan sekarang," kata Sangdo.

Hojoon mulai berpikir lagi. Ia mulai mengingat setiap pertanyaan yang muncul. Ia sangat amat bingung. Dan… akhirnya Hojoon menemukannya…

"Apakah… kau menganggapku sebagai orang yang sangat berharga?" Tanya Hojoon.

"Aku selalu merasa kau lebih berharga daripada apapun yang aku punya. Aku rela kehilangan nyawaku demi dirimu, Jeon Hojoon," kata Sangdo sambil memeluk pinggang Hojoon.

Hojoon terdiam. Selama ini… Hojoon tidak tahu kalau Sangdo sudah menganggapnya sebagai orang yang berharga. Sepertinya ia akan merasa nyaman dengan kekasih overprotectivenya ini. Hojoon pun tertidur di dalam pelukkan hangat Sangdo. Sangdo mengusap pipi Hojoon yang waktu itu ia tampar… Ia sendiri juga ngilu ketika mengingat saat dimana ia menampar pipi halus ini. Ia melakukan ini semua agar Hojoon selamat dari tangan seseorang yang sudah membuatnya waspada sejak tahun lalu. Ia merebahkan tubuh Hojoon di kasur dan Sangdo tidur di sampingnya…

"Mianhae Hojoon-a. aku tidak bisa melindungimu dari Hyosang saat ini… Tapi… mulai hari ini, aku akan terus menjagamu, "

.

.

.

~To Be Continued~

Annyeong. Ryuko is back… Ini FF Topp Dogg pertama yang kubuat. Kenapa saya buat SangJoon? Karena pas di Peppero game, Hojoon sama Sangdo XD

*Next Chapter spoiler*

"Rencana akan kita mulai hari ini!"

"Jangan buat dia curiga dengan kita,"

"Hojoon-a. Sangdo… masuk rumah sakit… Kau mau menjenguknya?"

"Kau kenal Sangdo sejak kapan sih?"

"Sangdo-ya. Kau kenapa?"

"Hojoon-ah. Jauhi mereka…"

Jangan pelit review ya :3