Never Enough

By: Pingmoo

Warning: Boyxboy, YAOI, TYPO, DLDR.

Pairing: Chanbaek, Hunhan.


.

.

.

.

-Chapter 1-

Suara desahan tertahan terdengar dari kamar tidur yang ukurannya terlalu luas untuk ukuran standar pada umumnya. Angin musim dingin semilir menyibakkan tirai jendela kamar tersebut, mempersilakan cahaya rembulan untuk masuk dan menerangi kamar tersebut.

Di atas tempat tidur, terlihat dua anak insan manusia berjenis kelamin sama yang sedang bergumul dengan nafsu. Kulit bertemu dengan kulit, tak ada yang membatasi mereka sedikit pun.

"Sshh..sa-sakit.." rintih salah seorang yang lebih kecil di antara mereka. Jemari lentiknya meremas erat seprai putih di bawah tubuhnya. Bulir-bulir keringat mengalir turun dari jidat ke wajahnya. Bibir ranumnya terbuka kecil. Suaranya tertahan tak mampu menerima lagi perlakuan yang lebih besar darinya. Di dalamnya betul-betul terasa penuh menyesakkan.

"Diam, Baekhyun." Pria yang lebih besar itu menjawab singkat. Terkesan tidak perduli dengan kondisi pasangannya yang sudah nampak sangat kelelahan di bawahnya, hanya fokus pada birahinya semata. Pria kekar dengan tatanan rambut agak ikal dan hitam legam itu malah menaikkan paha kiri pria yang lebih kecil ke atas pundaknya, dan memasukkan kejantanannya lebih dalam ke dalam liang anal pria tersebut. Dihujamkannya tanpa ampun ke dalam liang panas dan sempit itu.

"Kau harus tahu kau itu milik siapa." Suaranya berat terbungkus nafsu.

Dihentakkannya penis besarnya secara kasar terus menerus, pinggangnya tak berhenti maju mundur seperti seolah kesetanan mencari kepuasan dari lubang sempit di bawahnya ini. Menghiraukan tetesan air mata yang telah jatuh dari mata sabit milik pria yang lebih kecil tersebut dan erangan-erangan pertanda ia kesakitan.

Sesaat hanya suara gesekan tubuh yang terdengar. Suara peraduan antara penis besar dan liang anal ketat namun basah tersebut menghasilkan suara kecipak yang terdengar begitu binal.

"Chanyeol..sudah...hhnghh..sshh.." pria yang lebih kecil itu—Baekhyun mendesah pelan mencoba untuk memohon kepada Chanyeol untuk menghentikan aktifitas ini. Entah sudah berapa banyak sperma yang dimuntahkan penis Chanyeol di dalam lubang tubuhnya. Perutnya terasa begitu penuh oleh cairan sperma milik Chanyeol, dan Baekhyun mulai merasakan perih yang amat sangat dari lubangnya.

"Ini hukumanmu, Baekhyun. Diamlah dan terima saja hukumanmu." Jawab Chanyeol yang tanpa jeda terus membobol lubangnya dengan kecepatan yang sama. Sesekali dihentakkannya ujung penisnya, menekan keras prostat Baekhyun dengan telak yang membuat Baekhyun memekik keras. Sodokannya yang terlalu keras itu mengakibatkan sedikit cairan maninya terlempar keluar dari lubang kecil Baekhyun yang tak dapat menampung penis besarnya dan spermanya sekaligus. Kepala Baekhyun seolah terlempar ke belakang dan tubuhnya menegang.

Chanyeol kemudian meraup rakus bibir mungil Baekhyun, tangan kirinya menangkup kepala mungil Baekhyun, sikunya diletakkannya di sebelah kepala Baekhyun, sementara tangan kanannya memegang paha kiri Baekhyun, betis Baekhyun berada di atas pundak kanan Chanyeol. Posisi ini makin mempermudah akses penis Chanyeol ke lubang Baekhyun yang berkedut-kedut, menerima seluruh milk Chanyeol di dalamnya, menyiksa prostatnya.

Baekhyun bisa merasakan dalam posisi ini buah zakar Chanyeol yang sudah menempel dengan pantatnya. Semua yang ada di dalamnya terasa sudah dijamah oleh Chanyeol. Penis Chanyeol memenuhi dalamnya, menyentuh dinding terdalamnya dan menandai dalamnya tanpa melewatkan seinchi pun. Hanya Park Chanyeol-lah yang berhak memiliki ini semua dan dia hanya sedang memastikan kepemilikannya itu.

Baekhyun merasakan kepalanya mulai pening. Lidah Chanyeol masih saja bermain dengan lidahnya yang sudah tak mampu merespon ajakan liar tersebut. Sesekali Chanyeol menggigit kecil bibirnya, kemudian kembali melumat panas bibir mungilnya. Di sela-sela ciuman tersebut, air liur mereka tampak mengalir sedikit menuruni bibir mereka. Mereka berciuman untuk waktu yang agak lama. Chanyeol selalu suka melakukan kegiatan ciuman mereka agak intense. Begitu bibir mereka saling tidak bertaut lagi, Baekhyun langsung mengambil kesempatan ini untuk menghirup oksigen ke dalam paru-parunya sebanyak mungkin.

Raut wajah Baekhyun sudah nampak seperti orang mau pingsan. Sungguh, setan apa yang merasuki Chanyeol. Dia bahkan sudah tidak bisa lagi melawan segala perlakuan yang Chanyeol berikan padanya dan berharap setelah ronde ini semua akan selesai.

"Ahh.." desisnya saat bibir Chanyeol turun ke lehernya. Membubuhkan satu lagi bekas ciuman di antara banyaknya bekas ciuman yang ada di leher Baekhyun.

"Besok kau harus bolos kelas berenang." Perintah Chanyeol singkat kemudian mengulum puting kemerahan Baekhyun yang sedari tadi sudah menegang, menantang seolah minta dihisap. Chanyeol suka sekali bermain-main dengan puting Baekhyun. Bagaimana dia menggoda puting tersebut hingga mengeras seperti ini, dipilinnya pelan puting yang satunya. Sementara mulutnya mengulum habis puting tersebut. Dimanjakannya ujung putingnya dengan ujung lidahnya. Diputarnya lidahnya di atas putingnya tersebut, seolah bermain-main dengan puting tersebut. Setelah puas, dia akan melakukan hal yang sama pada puting satunya lagi yang membuat Baekhyun menggelinjang geli tak tahan. Mulut Chanyeol turun ke bawah area areola puting Baekhyun, dihisapnya kulit putih di daerah tersebut, meninggalkan satu lagi jejak kepemilikan berwarna keunguan.

Tentu saja Baekhyun harus bolos pelajaran olahraga besok. Dia tidak akan mungkin bisa ikut kelas berenang dengan tubuh penuh bekas gigitan seperti ini. Di leher bagian bawah, tulang dada dan sekitar putingnya penuh dengan bercak merah keunguan, beberapa ada yang berwarna coklat kebiruan. Tanda kepemilikan yang dibubuhkan oleh Chanyeol sedari tadi. Nampak beberapa bekas gigitan di perutnya, namun tak sebanyak di daerah putingnya. Entah kenapa Chanyeol suka sekali mengerjai daerah sekitaran putingnya. Begitu pula dengan daerah selangkangan dan pahanya yang penuh dengan bekas gigitan.

Hal ini menjadi salah satu trick licik dari Chanyeol untuk memastikan bahwa Baekhyun akan selalu mengenakan pakaian tertutup. Dia tidak rela Baekhyun mengumbar auratnya ke mana-mana. Bagi Chanyeol, keindahan tubuh Baekhyun hanya dapat dinikmati dirinya seorang dan tidak ada seorang pun yang boleh melihat bahkan melirik sedikitpun tubuh indah ini.

Baekhyun hanya mengangguk singkat. Sedikit kesal dengan segala sikap posesif Chanyeol.

"Baek..." Chanyeol memperingatkan, sambil memperlambat tempo tusukannya. Mata bulatnya menatap tajam.

"Iya, aku tahu!" balas Baekhyun menaikkan suaranya kesal. Berdecak lalu membuang muka sambil mengatupkan bibirnya.

Chanyeol menyontak keras penisnya ke dalam lubang Baekhyun yang sudah terlihat sangat memerah tersebut yang disambut dengan pekikan kesakitan Baekhyun. Jempol kanan Chanyeol pun mengusap-usap luaran lubang Baekhyun yang tengah menelan ¾ penis besarnya. Tangan kirinya terlihat tengah mengambil vibrator berbentuk telur dari atas meja di samping tempat tidur mereka.

"Chanyeol..." Baekhyun berujar dengan napas memburu, tubuhnya bergetar. Pandangannya tertuju kepada objek di tangan Chanyeol. Berbagai pikiran buruk langsung muncul berputar di otaknya.

"Tadinya kupikir setelah ronde ini aku akan melepaskanmu karena kau sudah nampak begitu kelelahan." Chanyeol tersenyum membuat Baekhyn bergidik ngeri.

"Ternyata kau masih sangat bertenaga untuk melawan kata-kataku." Ujar Chanyeol. Jempolnya menyelinap masuk ke liang anal Baekhyun yang sudah sangat memerah. Jempolnya bergerak naik turun menyapa dinding anal Baekhyun yang sudah penuh sesak itu, sesekali lelehan sperma mengalir keluar karena lubang tersebut sudah terlalu penuh, namun Chanyeol tetap saja memaksa masuk.

"Mi..mian Chanyeol.. hentikan! Sakit! Sakit! Ini sakittt!" Baekhyun memekik histeris saat jempol Chanyeol malah berganti dengan vibrator tersebut. Pikiran buruknya pun berubah menjadi kenyataan. Memang vibrator tersebut tidak begitu besar, kurang lebih seukuran dengan dua jari Chanyeol disatukan, namun lubang Baekhyun sudah penuh terisi dengan penis tebal, panjang dan berurat milik Chanyeol. Baekhyun merasa lubangnya seperti terbelah dua. Baekhyun tidak akan heran kalau saat ini sudah ada darah yang bercampur dengan lelehan sperma yang terus saja mengalir keluar dari pantatnya. Dalamnya benar-benar terasa nyeri dan terbakar.

"AKHH—hhhgghh!" pekik Baekhyun kesakitan. Sensasinya sungguh mengerikan. Nikmat dan sakit di saat yang sama. Mata Baekhyun memutih ketika Chanyeol mulai menyalakan vibrator tersebut.

"Ini begitu nikmat, Baek! Hhaahh.." Chanyeol mendesah keenakan. Penisnya betul-betul terasa dimanjakan oleh lubang sempit Baekhyun yang berkedut-kedut makin kencang. Liang itu terasa makin sempit dengan hadirnya vibrator tersebut di dalamnya. Ditambah lagi dengan sensasi getaran dari vibrator yang diapit oleh penisnya dan dinding anal Baekhyun membuatnya mencapai orgasmenya lebih cepat. Dengan satu hentakan keras terakhir, Chanyeol kembali memuntahkan cairan putih kental miliknya di dalam lubang Baekhyun.

Chanyeol mendesah puas, tempo goyangan pinggulnya mulai melambat dan dirasakannya spermanya masih muncrat keluar sedikit dari ujung kepala penisnya. Ditariknya penisnya dan vibrator itu keluar bersamaan—disertai desisan Baekhyun—dan dengan segera lubang Baekhyun yang berkedut terbuka sehabis disiksa itu menumpahkan cairan mani Chanyeol yang tak mampu lagi ia tampung di dalamnya. Dari lelehan cairan putih yang mengalir keluar itu, terdapat sedikit cairan merah yang bercampur. Baekhyun betul-betul berdarah karena permainan kasar Chanyeol tadi.

Mata bulat Chanyeol menatap lubang Baekhyun yang masih menganga kecil dan masih mengeluarkan lelehan sprema dan darah akibat perbuatannya tadi.

"Hmm.. tampaknya aku bermain terlalu kasar tadi. Aku akan memanggil Junmyeon-hyung untuk memeriksamu." Chanyeol kemudian bangkit dari tempat tidurnya meraih ponselnya yang digeletakkannya di meja samping tempat tidurnya. Baekhyun hanya mampu membuat suara –hnn..— kecil lemah pertanda setuju. Tubuhnya sudah babak belur habis dihajar Chanyeol. Bahkan menggerakkan jemarinya terasa begitu sulit.

Sadar juga kau bangsat. Batin Baekhyun dalam hati. Baekhyun banyak belajar setahun terakhir ini kalau mau memaki sebaiknya dilakukan dalam hati. Chanyeol bukan tipe orang yang bisa menerima ucapan kasar dengan lapang dada, meski mulut kurang ajarnya tidak akan segan-segan memuntahkan kata-kata makian yang sangat kasar jika ia merasa tidak senang. Dia juga merupakan tipe yang hajar dulu, tanya belakangan yang membuatnya sering terlibat dengan masalah. Namun, semua dapat dibereskan dengan uang yang dimiliki keluarganya.

"Junmyeon-hyung! Ke kamarku sekarang!" perintah Chanyeol seenaknya memotong kata halo Junmyeon yang bahkan belum selesai di seberang ponsel sana.

"Baik Tuan Chanyeol." Tiga kata, dan ponsel tersebut dimatikan.

"Sebentar lagi Junmyeon-hyung datang." Kata Chanyeol sambil membelai rambut halus Baekhyun. Baekhyun hanya bisa mengangguk lemah. Baginya sekarang lebih baik memerankan sosok yang kelelahan daripada dia mencak-mencak dan menepis lengan Chanyeol. Dia tidak mau ada ronde berikutnya lagi. Ya, Chanyeol jika emosi padanya, bukan tinjuan yang dilayangkannya, melainkan penisnya yang dibobolkannya ke lubang Baekhyun.

Suara ketukan pelan terdengar dari arah daun pintu kamar Chanyeol. "Masuk!" perintah Chanyeol.

Dibalik sosok pintu itu, terdapat seorang pria tampan berkulit putih mengenakan jubah dokter sambil membawa peralatan kedokterannya.

Kim Junmyeon, 28 tahun. Keluarganya turun temurun sudah bertugas menjadi dokter pribadi keluarga Park. Ayahnya dulu mengabdi dengan setia kepada keluarga Park. Konon dulu leluhur keluarga Kim berutang nyawa kepada keluarga Park. Maka keluarga Kim pun memutuskan dirinya dan keturunannya kelak akan mengabdi terus kepada keluarga Park sampai keturunan mereka berakhir. Sekarang ini, Kim Junmyeon merupakan penerus terakhir keluarga Kim yang dengan setia menjalankan amanat leluhurnya untuk terus melayani keluarga Park.

"Cek keadaannya, Hyung." Perintah Chanyeol pendek. Di dunia ini, mungkin hanya seorang Kim Junmyeon yang dapat melihat tubuh Baekhyun yang polos tanpa busana seperti. Jika lelaki lain berani melihat keadaan Baekhyun yang telanjang bulat setelah berhubungan sex ini, bisa Chanyeol pastikan kedua matanya sudah lepas dari lubang matanya. Namun Junmyeon berbeda, Chanyeol tahu pria yang lebih tua 10 tahun dari mereka ini sedikit pun tak akan tergoda oleh tubuh Baekhyun, mengingat sumpah setia keluarga Kim kepada keluarga Park, Chanyeol bisa mempercayakan keadaan tubuh Baekhyun hanya pada Junmyeon seorang.

Lagipula Junmyeon sudah merawat Baekhyun dan dirinya sedari mereka masih SD. Sudah tidak ada lagi yang tidak pernah Kim Junmyeon lihat di tubuh mereka berdua. Seolah tidak peduli dengan keadaan tubuhnya yang masih telanjang, Chanyeol berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Begitu pintu kamar mandi ditutup, Junmyeon duduk di pinggir tempat tidur di samping Baekhyun. Diletakkannya tas kedokterannya, dibukanya dan dipakainya sarung tangan latex steril yang sudah disiapkannya. Ditatapnya keadaan Baekhyun iba.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Junmyeon.

"Seperti yang kau lihat Hyung. Masih di neraka yang sama." Ucap Baekhyun lirih. Tangannya menutupi matanya. Kakinya mengangkang lebar memperlihatkan lubangnya yang menganga merah. Sekitaran lubangnya sudah terlihat membengkak.

"Kenapa kalian melakukan ini pada diri kalian sendiri?" Junmyeon menghela napasnya. Baekhyun memilih diam. Ingin membalas perkataan tersebut tapi dia tahu semua itu hanya akan berujung pada sakit hati saja.

Baekhyun pun teringat pada kakaknya satu-satunya yang sekarang sedang berada di China, negara asal ibu mereka yang sedang menempuh kuliahnya sejak 3 tahun lalu.

Luhan-ge, aku rindu.. pikir Baekhyun. Kenapa semua menjadi seperti ini?


.

.

.

.

Semua bermula dari 11 tahun yang lalu ketika Tuan dan nyonya Byun yang saat itu bekerja sebagai staff marketing dari Park Enterprises milik ayah Chanyeol meninggal saat mengadakan tinjauan lokasi resort terbaru Park Enterprises di Jepang. Cuaca buruk mengakibatkan jalanan begitu licin sehingga mobil yang ditumpangi kedua orang tua Baekhyun pun terlempar ke jurang yang menyebabkan kedua orang tua Baekhyun meninggal. Keluarga Park yang merupakan bos dari keluarga Byun pun merasa bersalah dan memutuskan untuk mengasuh anak keluarga Byun, Byun Luhan yang saat itu berusia 11 tahun dan Byun Baekhyun yang saat itu berusia 7. Baekhyun pun dijadikannya teman sepermainan Chanyeol yang merupakan anak bungsu keluarga mereka yang kebetulan seumuran dengan Baekhyun, sementara Luhan akan dididik untuk kelak membantu Chanyeol ketika dia mewarisi Park Enterprises.

Di situlah pertama kali Baekhyun bertemu dengan Chanyeol. Baekhyun yang saat itu masih berusia 7 tahun masih kecil namun dia dapat mengerti apa yang terjadi dalam hidupnya. Baekhyun pun merasa senang mendapatkan teman baru setidaknya dia tidak akan sendiri walaupun kedua orang tuanya telah meninggal dan dia akan tinggal di rumah keluarga Park. Kim Heechul, kepala pelayan keluarga Park pun menjelaskan situasinya kepada Byun Baekhyun.

Baekhyun akan disekolahkan di tempat yang sama dengan Chanyeol namun Baekhyun diharapkan untuk berpura-pura tidak mengenal Chanyeol di sekolah. Hal ini semata-mata untuk menjaga gengsi dan nama baik keluarga Park, hal yang sama juga diberlakukan untuk Chanyeol. Baekhyun mengerti akan hal itu. Dia sudah bersyukur masih diberi tempat tinggal dan disekolahkan.

Namun bersekolah di sekolah yang sama dengan Chanyeol bukanlah hal yang mudah, sebab sekolah yang dimasuki Chanyeol merupakan sekolah milik Yayasan Soo Man, di mana hanya anak-anak dari keluarga terpandang yang bisa memasukinya. Sejak duduk di sekolah dasar, Baekhyun selalu diganggu karena dia satu-satunya anak yang tidak memiliki orang tua kaya. Jangankan orang tua kaya, orang tua pun dia sudah tidak punya. Dia hanyalah seorang siswa yang diberikan 'beasiswa' oleh yayasan karena kasihan. Begitu pikir mereka.

Hal ini yang menyebabkan Baekhyun tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mampu melindungi dirinya sendiri. Dia tidak suka ditindas dan tidak akan membiarkan dirinya ditindas. Chanyeol pun melindungi Baekhyun dengan caranya sendiri. Karena dia tidak bisa terang-terangan melindungi Baekhyun, dia selalu menyuruh guru ataupun staff keamanan sekolah untuk selalu mengawasi Baekhyun kalau saja ada murid yang ingin bertindak keterlaluan walaupun tangannya sudah gatal sekali ingin menghajar orang-orang yang mengganggu Baekhyun. Namun Park Chanyeol selalu saja mempunyai sejuta cara untuk menghajar mereka, namun dilakukannya setelah beberapa waktu berselang agar tidak ada yang curiga bahwa dia menghajar mereka karena mereka mengganggu Baekhyun.

Di rumah mereka sangat akrab. Baekhyun selalu membantu Chanyeol untuk mengerjakan PR mereka berdua, walau kadang Chanyeol merajuk dan meminta Baekhyun saja yang mengerjakan PR milik mereka. Hal ini akan membuat Baekhyun kesal dan menjewer telinga milik Chanyeol yang selalu di protes Chanyeol bahwa penyebab telinganya menjadi selebar ini akibat sering dijewer Baekhyun, yang membuat Baekhyun semakin gemas dan kemudian menjewer keras telinga Chanyeol lagi. Mereka begitu akrab layaknya saudara.

Hubungan mereka mulai berubah pada saat mereka berada di tahun terakhir sekolah menengah bawah. Chanyeol menyadari bahwa dia merasakan sesuatu yang lebih pada Baekhyun dan meminta Baekhyun menjadi kekasihnya yang diterima oleh Baekhyun. Hubungan mereka dijalani diam-diam. Hanya dua orang saja yang tahu hubungan mereka. Kim Heechul sang kepala pelayan dan Kim Junmyeon dokter pribadi keluarga mereka yang menjaga mereka semenjak mereka kecil. Luhan yang saat itu sudah berada di China untuk memulai kuliahnya tidak mengetahu apa-apa mengenai hubungan mereka. Pikir Baekhyun, dia bisa memberitahukannya secara langsung kalau Luhan sudah kembali ke Korea.

Hubungan ini terus berlanjut saat mereka memasuki sekolah menengah ke atas.

Di sekolah tidak ada seorang pun yang mengetahui hubungan mereka. Di mata mereka Chanyeol adalah seorang pewaris dari Park Entrepises yang angkuh, tidak suka ditantang dan gampang bermain tangan dan hanya akrab dengan dua temannya sejak sekolah menengah bawah yang tak kalah kayanya, Kim Jongin dan Kim Jongdae.

Ayah dan ibu Jongin merupakan model terkenal semasa mereka muda, dan sekarang ibunya Jongin beralih profesi menjadi seorang bag desaigner. Harga tas yang didesaignnya sangat mahal mampu mencapai 10.000.000 won per buahnya yang tentu hanya mampu dibeli kalangan tertentu.

Sementara Kim Jongdae, ayahnya merupakan seorang penyanyi terkenal dengan bayaran manggung yang sangat mahal. Bakat yang tampaknya diturunkannya kepada Jongdae. Namun Jongdae belum kepikiran untuk menjadi artis dan menumpang tenar nama ayahnya. Menurutnya menjadi artis itu susah dan terlalu banyak tuntutan. Belum lagi paparazzi yang selalu nongkrong di daerah dekat rumahnya. Membuatnya gerah.

Baekhyun pun bercanda bahwa untung nama keluarganya bukan Kim, kalau tidak, hidup Chanyeol seolah didominasi oleh Klan Kim karena semua orang terdekat Chanyeol bermarga Kim. Chanyeol pun bercanda bahwa dari dulu memang keluarga Park hanya bisa akrab dengan keluarga Kim. Keluarga Byun harusnya merasa sangat istimewa karena mereka sangat spesial di mata keluarga Park. Hanya satu-satunya. Kata-kata yang sukses membuat Chanyeol dan Baekhyun sama-sama kehilangan keperjakaan mereka berdua.

Hubungan mereka berjalan manis, hingga ayah Chanyeol memutuskan untuk menjodohkan anak mereka dengan pewaris keluarga Kang, Kang Seulgi. Sejak saat itulah hubungan mereka mulai memburuk.

.

.

.

.


Junmyeon mendesah pelan kemudian mengambil kain basah dan kapas untuk membersihkan daerah sekitar selangkangan Baekhyun. Dilapnya pelan bekas sisa berhubungan badan milik Chanyeol dan Baekhyun. Lalu dituangkannya alkohol ke kain bersih lainnya. Baekhyun mendesis perih saat kain beralkohol tersebut menyentuh lubang duburnya.

"Ini mungkin akan sakit sedikit." ucap Junmyeon sambil membersihkan liang Baekhyun.

Tidak ada yang lebih sakit dari hatiku. Batin Baekhyun. Pikirannya menerawang. Bagaimana mungkin hubungannya bersama Chanyeol selama 12 tahun berakhir seperti ini. Masa-masa bahagia mereka berdua sampai kejadian setahun lalu yang merubah semua hubungan dan ikatan yang terjadi di antara mereka.

We used to make love, now the only thing we do is fuck.

Junmyeon berusaha membersihkan Baekhyun sebisa mungkin karena dilihat dari kondisinya tidak mungking Baekhyun bisa bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan dirinya.

"Jujur aku takut ini akan infeksi, jadi aku akan memberimu antibiotik untuk membunuh bakteri yang ada. Ini kau minum sehari 3x kali sampai semua tabletnya habis. Usahakan minum sesudah makan. Kau bisa minum mulai malam ini.. apa tadi kau sempat makan malam?" tanya Junmyeon khawatir.

Baekhyun menggeleng pelan. "Entah apa yang tadi siang terjadi di sekolah yang membuatnya emosi, begitu pulang sekolah dia langsung menyeretku ke kamar." Ujar Baekhyun pelan.

Junmyeon memijat pelipisnya pelan. Boleh dibilang berarti Baekhyun sudah disiksa di ranjang selama beberapa jam lamanya.

"Aku akan membawakanmu makanan. Aku yakin masih ada sisa makanan di dapur. Kau tidak boleh minum antibiotik ini dengan perut kosong." Junmyeon beranjak bangkit dari posisi duduknya ketika dia mendengar suara shower dari kamar mandi berhenti. Park Chanyeol keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk putih yang dibalut disekitar pinggangnya.

"Bagaimana keadaannya, Hyung?" tanyanya singkat.

"Ah, nampaknya ada sedikit infeksi. Aku akan memberikannya antibiotik untuk jaga-jaga. Dan mungkin untuk sementara jangan melakukan aktifitas ranjang dulu, Chanyeol-ssi." Ucap Junmyeon hati-hati.

"Cih, ini bukan hanya trik kalian agar aku berhenti menyentuh Baekhyun kan?" Chanyeol berdecak kesal mendengar penuturan Junmyeon

"Kau pikir Junmyeon-hyung itu kau? Manusia licik? Hah?" hardik Baekhyun kesal. Dia paling kesal kalau dituduh macam-macam seperti ini. Memangnya dia pikir semua manusia itu sama liciknya seperti dia?

Junmyeon terperanjak kaget mendengar kata-kata itu. Kedua matanya membulat sempurna, sementara Chanyeol hanya nyengir saja.

"Wah, wah. Mulut mana yang tadi kurang ajar itu?" katanya sambil tersenyum pelan.

Baekhyun langsung sadar bahwa dia bukan berada di kondisi di mana dia seharusnya membantah Chanyeol. Harusnya dia diam saja dan membiarkan Chanyeol berasumsi jelek. Namun pada dasarnya memang dia tidak tahan kalau dituduh yang tidak-tidak. Tentu saja dia harus membalas perkataan Chanyeol dengan sengit. Baekhyun menepuk jidatnya dalam imajinasinya.

"Saya pamit dulu Chanyeol-ssi. Saya harus ke dapur mengambilkan Baekhyun makanan untuk antibiotiknya." Ujar Junmyeon sambil membungkukkan badannya.

"Tidak perlu, Hyung. Kau bisa kembali ke kamarmu. Terima kasih." Chanyeol mengibaskan tangannya seolah menyuruh Junmyeon keluar dari kamar itu.

Baekhyun sungguh tak ingin Junmyeon keluar dari kamar ini. Begitu pintu kamar Chanyeol tertutup, sontak Chanyeol langsung membuka paha Baekhyun lebar-lebar. Dalam pose mengangkang tersebut, Chanyeol dapat melihat lubang Baekhyun tampak terlihat merah padam dan terlihat sedikit bengkak di pembukaannya.

"Tampaknya kalian berkata jujur." Gumam Chanyeol masih menatap lubang milik Baekhyun. Sungguh Baekhyun merasa sangat risih dengan keadaan ini. Namun dia berusaha membiarkan bibirnya tertutup.

Baekhyun sungguh berharap Chanyeol akan melupakan perkataannya barusan dan membiarkannya tidur. Ini sudah terlalu larut dan dalam beberapa jam lagi mereka harus berangkat sekolah.

"Mengenai mulut yang kurang ajar tadi..." shit..

"Mulut itu juga harus diberi makan kan?" senyum Chanyeol.

Chanyeol naik ke ranjang dan menempatkan selangkangannya yang masih berbalut handuk itu di depan muka Baekhyun.

"Makan malammu." Ujar Chanyeol singkat sambil membelai pipi Baekhyun.

Baekhyun menggigit bagian dalam bibirnya untuk menghentikan dirinya sebelum dia bersumpah serapah di hadapan Chanyeol. Selesaikan secepatnya. Pikirnya.

Disibakkannya handuk yang sedari tadi menutupi kejantanan milik Chanyeol. Sungguh entah berapa kali sudah penis ini orgasme namun gairah Chanyeol seolah tak pernah padam. Digenggamnya penis besar itu dengan jemari lentikknya.

"Jemari terlihat indah sekali disekitar penisku, Baek." Kekeh Chanyeol.

Mati saja kau.

Baekhyun masih memilih diam. Dikocoknya penis Chanyeol perlahan dan dirasakannya penis itu mengeras dalam genggaman jemarinya. Dilihatnya kepala penis Chanyeol yang merah gelap itu dan dilihatnya bibir Chanyeol. Benar kata orang kalau warna penis seorang pria itu sama dengan warna bibirnya.

Baekhyun memasukkan penis Chanyeol yang telah menegang itu ke mulut kecilnya. Dikulumnya kepala penisnya sesekali ujung lidahnya memanjakan urethra milik Chanyeol. Dimasukkannya penis tersebut lebih dalam lagi. Jemari kirinya mengocok pangkal penis Chanyeol sementara jemari kanannya bermain dengan bola-bola zakar milik Chanyeol.

"Kau yang terbaik, Baek..." desis Chanyeol keenakan. Tangannya membelai surai tebal milik Baekhyun. Dalam waktu singkat, Chanyeol pun mengeluarkan cairan spermanya dimulut Baekhyun.

"Awas kalau berani kau muntahkan." Chanyeol memperingatkan saat dilihatnya Baekhyun hendak membuang spermanya ditangan yang telah ditadahkannya depan mulutnya.

Mau tak mau, Baekhyun pun menelan sperma yang masih berada di mulutnya. Setetes sprema terlihat meleleh jatuh dari bibir Baekhyun yang kemudian diusap oleh jempol milik Chanyeol. Dimasukkannya jempol tersebut ke dalam mulut Baekhyun.

"Makan yang bersih, Baek. Jangan sampai sisa sedikit pun."

Oh, sungguh Baekhyun memilih mau mati saja sekarang. Kenapa Chanyeol harus melontarkan kata-kata yang dulu sering diucapkannya semasa mereka masih kecil dulu. Kenapa Chanyeol harus tetap merusak kenangan indah yang dulu mereka miliki dengan semua perbuatannya sekarang. Kata-kata perhatian yang dulu terdengar begitu berharga di telinga Baekhyun sekarang terdengar begitu menjijikkan.

Chanyeol mengambil antibiotik yang diletakkan Junmyeon di samping tempat tidur lalu merobek salah satu bungkusnya lalu mengambil botol air mineral yang selalu tersedia di kulkas kecil miliknya. Diberikannya pada Baekhyun yang meminum antibiotik tersebut dengan diam.

"Nampaknya kau sudah ngantuk, ya? Diam saja dari tadi." Chanyeol merebahkan dirinya di samping Baekhyun. Didekapnya punggung Baekhyun lalu ditariknya selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua yang sama-sama masih telanjang. Baekhyun dapat merasakan penis Chanyeol menyentuh bongkahan pantatnya, hal ini membuatnya menggeliat berusaha menjauhkan pantatnya dari penis Chanyeol.

"Jangan banyak bergerak, Baek. Tidurlah. Aku takkan macam-macam. Aku janji." Bisik Chanyeol ditelinga Baekhyun.

Kau dan janjimu yang selalu kau ingkari.

Baekhyun pun berhenti bergerak dan berusaha mengatur napasnya. Dia juga sudah merasa sangat kelelahan setelah semua aktifitas tadi. Tak lama suara dengkuran halus dapat terdengar dari Baekhyun. Chanyeol menghela napasnya.

"Mau sampai kapan kita seperti ini, Baekhyun?" tanya Chanyeol pelan. Namun kata itu seolah ditujukan pada dirinya sendiri. Tak mau peduli lagi, Chanyeol pun turut menyusul Baekhyun ke alam mimpi.

.

.

.


TBC

a/n: adegan cerita ini berputar-putar terus dalam kepala saya sampai saya tidak konsentrasi di tempat kerja, pas day off jadi saya ketik dan langsung publish. Semoga anda sekalian suka. :)

Kalau masih ada warning yang kurang bisa dimasukkan di kotak review. /modus/

Fic yang satunya baru halfway done. Eheheh... /sweatdrop/ :'D

thanks for reading.

Review?