Tender Love

.

Sehun/Baekhyun

.

Its all about him. About his lovely brown gaze, his soft sugar gold hair, his kissable lips, his spring voice, and his warm heart.

.

"Aku sudah memergokimu melamun dua belas kali dalam empat jam mata pelajaran ini, Oh Sehun."

Yang dipanggil Sehun hanya menoleh dengan malas, lalu menghela nafas—sangat panjang. Kemudian kembali melihat kedepan. Melihat kearah gurunya yang sedang membacakan ulang semua yang tertulis di buku mereka.

"Ayolah, aku tau ini membosankan, tapi kau kan bisa untuk tidak hanya melamun."

"Jangan berisik Jongin." Desis Sehun. Matanya masih malas melirik teman sebangkunya. Salah satu tangannya menyangga dagu runcingnya dan ia kembali menghela nafas.

Jongin menyadarkan punggungnya ke kursi, tangannya masuk kedalam tas—mengambil earphone, bibirnya komat-kamit yang mungkin semua umpatan dikeluarkannya untuk sehun.

"Kau tau?" Jongin memainkan jari-jarinya diatas layar sentuh, memilih lagu mana yang akan ia putar, "Sekali kau menghela nafas, satu kebahagianmu hilang."

Sehun kali ini menghela nafas lebih panjang, lebih kuat dari tadi.

"Bahkan tanpa menghela nafas pun kebahagianku hilang sepenuhnya."

Jongin menaikkan sebelah alisnya. Temannya ini butuh sedikit pencerahan. Dia baru akan membuka kembali pembicaraan saat bel berbunyi nyaring—menyalahkan kenapa speaker berada tepat diatas mereka.

Guru mereka tadi memasukkan bukunya kedalam tas, semua siswa sibuk menguap dan merenggangkan badan—tapi tetap membungkuk dan mengucapkan terimakasih saat orang tua itu berjalan melintas kearah pintu keluar.

"Kau mau keluar? Mungkin bibi kantin memasak sesuatu yang hebat"

Sehun menoleh dengan malas kearah Jongin—untuk yang kesekian kalinya.

"Kau benar benar seperti mayat hidup Sehun. Walau aku tak mengerti bagaimana bisa mayat itu bisa hidup"

"Aku merindukanya, Jongin."

Alis Jongin makin keriting saat mendengar suara sendu Sehun. Sedetik kemudian dia tertawa terbahak-bahak tanpa sempat ia tahan.

"Kau tertawa?"

"Astaga Oh Sehun! Bagaimana bisa kau begitu mellow?"

Sehun hanya menghela nafas dan memasukkan buku Sejarah Korea Selatan tadi kedalam tas nya.

"Berhenti tertawa. Tawamu sangat menyebalkan."

Jongin sampai menutup mulutnya—bahkan menghapus airmata yang sempat keluar karna tawanya yang belum juga berhenti.

"Berhenti." Sehun menatap tajam dengan serius kearah temannya.

Jongin mencoba berhenti—walau masih diiringi kekehan kecil disetiap nafasnya. "Mau kekantin?"

Sehun hanya menghembuskan nafas pendek dan berjalan mendahului Jongin.

.

.

.

"Kau terlihat senang, Jong."

Jongin melirik sehun yang sedang menyendokkan Sup bawang ke mulutnya. "tentu saja."

"Ada apa?"

"Yah, kau tau hyung. Ada yang sedang merindukan diva kita." Bisik Jongin.

"Oh ya?" semua mata langsung melihat kearah Sehun.

"kau merindukan Baekhyun?"

"Kau bercanda hyung? Tentu saja." Sehun mengangkat sendoknya untuk menunjuk tepat lurus kearah wajah seniornya—Chanyeol.

Yang lainnya tertawa dan bertanya, "Sejak kapan kau bisa se-emosional ini?"

"Oh, Kyungsoo hyung-ku sayang. Aku bahkan tidak tau kalau aku bisa seperti ini."

Chanyeol dan Jongin sudah menahan tawa mereka.

"Tapi Sehun." Chanyeol berdeham dan mencoba rileks, "Baekhyun hanya tidak masuk hari ini."

Sehun menghela nafas, "Aku tahu. Itu sebabnya aku juga bingung."

Kyungsoo menendang kaki Chanyeol dan Jongin berbarengan. "Jangan tertawa."

"Aku bahkan tak sabar untuk menggoda Baekhyun besok." Bisik Chanyeol dengan suara jelas pada Jongin yang berada didepannya.

Sehun menggigiti sendoknya, "Jongin, absenkan namaku di pelajaran kelima nanti. Aku mau pergi."

"Kemana?" ketiga orang itu bertanya berbarengan.

"Menemuinya."

.

.

.

Lantunan genre dubstep berbunyi dari smartphone kecilnya. Tangannya mencoba menggapai namun malah berakhir menutupi kedua matanya dengan lengan kecilnya.

Tidak bisakah dia untuk tidak lupa mengganti nada deringnya saat dia sedang sakit? Dia berbicara dalam hati seolah ingin meneriakkannya. Sebelum sempat dia mengambil ponsel itu, nada deringnya mati.

Kelopak matanya terangkat, memperlihatkan iris coklat madu yang terlihat lelah. Dengan susah payah dia membuat badannya tegak lurus agar bisa duduk. Kepalanya sangat pusing. Dia menoleh kekanan—mengecek penampilannya di cermin. Rambut coklatnya sangat sangat sangat berantakan. Kedua mata yang menggantungkan kantung mata yang gelap. Dan kulit wajah putih dengan warna kemerahan khas saat dirinya demam tinggi.

"Oh Byun Baekhyun, jika kau tau betapa jeleknya dirimu sekarang." Katanya setengah sadar kearah cermin.

"Kau bahkan terlihat sangat cantik saat berantakan seperti itu."

dia menoleh cepat—dan merutuki diri sendiri tak kalah cepat, kepalanya seakan diaduk diatas panci panas, ditusuk beribu jarum yang besar dan tajam. Penyakitnya selalu saja semakin parah.

"Calm down, petite."

Baekhyun memejamkan matanya untuk mengurangi rasa sakit berlebihan di kepalanya. Saat dia merasakan ada telapak tangan hangat menyisir rambutnya yang berantakan.

"Kenapa kau bisa ada disini?" Baekhyun masih memejamkan matanya menikmati jari-jari itu menari dirambutnya.

"Sekolah begitu menyebalkan—terutama Jongin—saat tidak ada dirimu." Sehun berbicara lembut—sedikit kasar saat menyebut nama Jongin.

Baekhyun tertawa pelan, dan perlahan juga membuka matanya. Melihat Sehun dalam balutan seragam yang biasa dia lihat sedang duduk didepannya.

"Aku bahkan ditertawai tadi saat bilang aku merindukanmu."

Baekhyun semakin tertawa dengan muka lugu Sehun yang sangat meyakinkan itu.

Sehun tersenyum, tangannya terangkat menyentuh pipi baekhyun dan mengelusnya.

"Saat Chanyeol dan Jongin yang tertawa tadi, aku merasa begitu kesal dan marah." Sehun menyentuh pipi Baekhyun seperti menyentuh kain sutra. Terlihat begitu lembut ditangannya. "tapi saat kau yang tertawa, aku bahkan merasa sangat bahagia."

Baekhyun tersenyum tipis, "Kau sudah bukan si raja dingin Oh Sehun lagi?"

"Tidak didepanmu, sayang."

Baekhyun terdiam.

"even when Kim teaches us how to solve the polar problematics, all on my mind is you. I cant stop thinking about your golden eyes, your creamy-melted voice, and your sugary laughs." Sehun berbicara tanpa sedikitpun berkedip—lurus kearah bola mata Baekhyun.

"Kenapa melamun?" Sehun tersenyum dan mencubit hidung baekhyun pelan.

Baekhyun hanya refleks menyentuh hidungnya. Memandang kearah selimut yang masih menutupi setengah badannya dengan wajah memanas.

Sehun tersenyum dengan tertahan. "How can you be so attractive?" ujarnya—mengundang tanya dari baekhyun sendiri.

"I mean..." Sehun melihat keseluruhan Baekhyun, "kau sangat sangat kusut dengan rambut yang belum di sisir, wajah yang bahkan masih belum di cuci, piyama biru yang berantakan, dan..." Sehun menyentuh ujung bibirnya seolah mengatakan kalau ada sesuatu di sudut bibir Baekhyun, "But you look so flawless."

"Berhenti berbicara manis seperti itu" Baekhyun melempar Sehun dengan bantalnya.

"Kenapa?"

"You used to be the Ice Prince Oh Sehun, not this kind of Sweetest guy."

Sehun hanya tersenyum. Kemudian berdiri dan berjalan menuju pintu.

"Mau kemana?"

Sehun menoleh dan melihat bagaimana manisnya Baekhyun saat itu. Wajahnya dengan keras menegaskan bahwa dia tidak mau Sehun keluar dari kamarnya. Benar benar seperti anjing kecil yang lucu.

"If only i could raise you, little puppy"

Baekhyun menekuk wajahnya, jelas jelas tidak mengerti maksud Sehun.

"I will bring your breakfast."

Baekhyun menggeleng. Sehun hanya tersenyum, "kau tidak mau makan?" dan kali ini Baekhyun mengangguk.

"Kau yakin?" tanya Sehun memastikan. "Aku bahkan mencium aroma Oolong saat melintasi dapur tadi." Tantang sehun. Dia tau betul Baekhyun tidak bisa menolak Teh Oolong. Apalagi saat sedang sakit begini.

Baekhyun terdiam ditempat, "Kalau itu..."

Sehun hanya menunggu jawaban Baekhyun dengan sabar sambil bersender di pintu coklat mahoni yang belum sempat terbuka.

"Aku...makan dibawah saja."

Sehun tersenyum tertahan, dia kembali kearah tempat tidur dan menuntun Baekhyun untuk keluar kamar—sampai saat masuk keruang makan dia bertemu dengan orang tua Baekhyun.

"Oh? Bukankah tadi ada yang bilang tidak mau makan jika tidak ada Sehun?" ujar sang kepala keluarga sambil berpura pura berbicara dengan istrinya.

"Dad!"

"Ah, kau ini bagaimana. Itu Sehun yang sedang disebelahnya."

Baekhyun mengusap wajahnya kasar saat sang Ibu juga ikut-ikutan dalam menggodanya. "Mom, please."

"benarkah? Tadi malah dia bilang kalau dia tidak mau makan kalau ada aku disini"

Baekhyun menoleh cepat saat Sehun ikut ambil alih. "Ya! Kapan aku bicara begitu? Oh Sehun!"

.

.

"If I knew I would be falling in love with an angel, I would have searched for you harder and found you sooner, Byun Baekhyun."

-Oh Sehun

.

.

The End.