"Girls of Future Past"

Ne….. apa kau pernah melihat kematian seseorang di depan matamu sendiri…? Bagaimana rasanya..?

Apa badanmu menjadi kaku..? apa jantungmu berdetak sangat kencang..? apa kau merasa semua makanan dalam perut ingin memaksa keluar melalui mulutmu..? atau masih adakah yang lain..? intinya, semua hal itu sangatlah tidak menyenangkan…

Aku sudah terbiasa..

Lalu bagaimana dengan ini… apa kau tahu kapan seseorang didekatmu mati..? kau ingin tahu..? jika saja kau tahu, apa kau mempunyai pemikiran untuk menyelamatkannya..? selain itu… apa dia ingin diselamatkan..?

Dan aku sudah mengalami itu semua…

Dan bagaiman jika hal ini terjadi… kenal atau tidak kenal.. kau mengetahui waktu kematiannya… kau melihat sendiri kematian orang itu dimasa depan dan berusaha mencegahnya.. tapi… sekeras apapun yang kau lakukan, tetap saja kematian itu tidak terhindarkan.. dan pada akhirnya, kau benar benar melihat kejadian sebenarnya kematian orang itu dihadapanmu sendiri..

Atau bagaimana ini yang mungkin bisa terjadi, kematian seseorang dimasa depan.. kau melihatnya.. karena hanya kau yang tahu kejadian itu pasti akan terjadi, maka kau tidak bisa menghiraukannya begitu saja dengan masih adanya waktu tersisa sebelum peristiwa itu benar benar terjadi.. dan akhirnya kau berhasil menolongnya dari maut.. tapi.. apa yang harus menimpa orang itu berpindah dan mengenai orang lain lebih banyak…

rasanya sangat menyakitkan…

.

.

aku, bisa melihat kematian seseorang.. hanya aku yang tahu..

disaat mengetahui apa yang akan menimpa orang lain.. tentu saja aku tidak bisa berdiam diri saja

meskipun kemungkinan menyelamatkannya hanya 1 persen, aku tetap berusaha…

padahal aku sendiri tahu, hasil apa yang akan kudapatkan..

aku.. sudah tahu.. kematian tidak bisa dicegah..

tidak akan pernah bisa… benarkah?

.

.

.

.

.

.

Minato Namikaze, Kushina Uzumaki, Mikoto Uhera

Guys, Naruto is from Masashi Kishimoto

Warning: ceritanya aneh, ancur, sulit dimengerti.

"SRASHHH….!" "WIUW…WIUW…WIUW…"

Waktu menunjukan pukul 4 sore.. hujan turun sangat deras.. awan hitam kelam menutupi langit Tokyo seakan akan matahari malu menampakan dirinya.. sirene Ambulance memecah derasnya hujan dengan suara tinggi membuat mobil didepannya segera menyingkir mempersilahkan lewat..

Tidak lama, Ambulance itu berhenti disalah satu persimpangan dimana tempat itu penuh banyak orang berpayung.. beberapa polisi mengatur lalu lintas.. tepat di tengah zebra cross, garis polisi di lingkarkan dengan beberapa polisi dari mereka mencegah warga sekitar melewatu garis kuning itu..

Di dalam garis, seorang pria tanpa menggunakan payung berjongkok sambil memasukan tangannya kedalam jas hitam basah sepanjang lutut.. dari wajahnya, ia terlihat masih berumur 20-an, kesan bule yang khas dari rambut pirang dan mata birunya... ia terlihat sangat serius meneliti mayat wanita didepannya..

Seorang polisi yang terlihat sudah tua masuk dan berdiri dekat pria tadi menempatkan payungnya diantara mereka sehingga pria itu tidak kehujanan..

"lama tidak bertemu.. Minato..? tidak kusangka orang sepertimu harus menangani kasus kecil seperti ini.." sapa kakek itu pada pria yang dipanggilnya Minato, sambil tersenyum.

"lama juga tidak bertemu, Jiraya-san.. rambut putihmu kelihatannya semakin panjang.. dan juga.. ini bukanlah kasus kecil biasa.. kebetulan, kemantian wanita itu ada hubungannya dengan kelompok orang yang kucari.." balas Minato tanpa melihat lawan bicaranya sambil menunjuk wajah mayat tadi.

"BUKKK" seketika perhatian massa teralih pada seorang polisi yang memukul kepala bule didepannya, sedang sang empu hanya diam.

"sopanlah sedikit pada gurumu, mi-na-to" ucap Jiraya dengan nada menekan

Minato berdiri dan membalikan badannya menghadap Jiraya "kau tahu.. itu tidak sakit, mantan ero-sensei ku"

Jiraya hanya menghela nafas panjang menghadapi mantan muridnya yang satu ini "jadi.. ada kesimpulan apa yang kau dapat?"

"wanita ini bernama Saeko Nozomi, umur 32 tahun, pengangguran, hubungan dengan keluarganya meregang saat ia dekat dengan seseorang dari organisasi yang kuselidiki. Kematiannya pukul 3.45 dibunuh dengan pisau buah yang ditusuk langsung ke jantungnya. Penyebab kematian, kehabisan darah. Pelaku masih dicari.. kejadian berlangsung ditengah keramaian saat lampu hijau dan orang orang berebutan menyebrang. Karena kehebohan, pelaku menghilang di tengah kerumunan massa, menurut para saksi… orang itu menggunakan jaket berwarnah hijau dengan celana jeans hitam…" kata Minato datar.

Keringat sebesar biji jangung muncul di pelipis Jiraya "haha.. padahal kejadian baru berlangsung 15 menit dan kau sudah menemukan informasi sebanyak itu…haha.. hebat hebat" ucapnya dengan tawa yang terkesan dipaksakan.

"sebenarnya aku sudah mengawasinya beberapa hari ini.." balas Minato dingin. Ia lalu memalingkan wajahnya ke samping kanan tempat warga yang masih berkerumun di samping garis polisi. Jiraya pun ikut melihat kearah yang sama dengan Minato.

"dan aku menemukan sesuatu yang lebih menarik" sambungnya sambil menatap seorang gadis berambut merah panjang yang sedang menatap sedu, pada mayat didepannya yang mulai diangkut petugas ke dalam Ambulance.

Matanya melirik ke arah dua petugas lagi(Minato dan Jiraya) ia terbelalak kaget mendapat tatapan tajam si bule. Gadis itu mulai mundur dan menghilang dari kerumunan.

_Persimpangan jalan TKP, pukul 06.00 pagi_

Zebra cross yang dilingkari garis polisi itu kini telah sepi, baik warga maupun petugas, tidak ada yang berada disana. Sisah darah berwarna merah pudar yang tercampur dengan air hujan masih tergenang disana. Hawa pagi benar benar sangat menusuk kulit..

Tak jauh dari tempat itu, terdapat kedai kafe bertuliskan "Osamu Café, open 24 hours". Di dalamnya sudah terdapat sekitar 5 pengunjung. Dua diantaranya duduk di dekat jendela yang mengarah langsung ke TKP. Yap, dua pengunjung itu tidak lain adalah Minato dan Jiraya yang duduk saling berhadapan.

Terdengar bunyi suara tv yang sengaja dinyalakan pemilik cafe, "baru baru ini terjadi pembunuhan terang terangan di jalan_"

Jiraya menggosok tangannya dan meniupnya memperlihatkan hembusan angin hangat ke tangan itu "beritanya sudah tersebar ke berbagai media. Kasus ini sudah kau selesaikan. Pelakunnya juga sudah ditangkap. Tapi.. kenapa kau masih melihat TKP itu..? tidak seperti dirimu yang biasa saja.. Minato.."

"tidak lama lagi dia datang" Minato lalu mengambil kopinya dan minum dengan wajah masih ter arah ke jendela.

Jiraya menaikan sebelah alisnya "memang siapa yang kau tunggu dasar aneh.. kau ini kena_"

"dia datang" potong Minato datar. Jiraya lagi lagi hanya menghela nafas untuk kesekian kalinya dan melihat ke arah jalanan. Matanya langsung terbelalak melihat seorang gadis berdiri disana.

"itu, gadis yang kemarin.. apa kau menunggunya_" ucapan Jiraya terhenti saat tahu lawan bicaranya sudah menghilang dari tempatnya. Dan ketika melihat keluar, gadis itu juga menghilang.

_gang kecil, tidak jauh dari TKP_

Gadis berambut merah panjang dengan poni miring itu berjalan tergesa gesa. Jika dilihat, ia memakai seragam salah satu SMA terkenal di Tokyo. Gadis itu memakai rok merah bergaris putih diatas lutut, dengan kemeja putih yang ditutupi jas hitam, dilengkapi pita merah di kerahnya. Ia juga memakai stoking hitam diatas lutut.

Permata violet itu menyiratkan rasa khawatir dan panic. Ia mempercepat jalannya.

"sepertinya kau menyadari keberadaanku, hebat juga kau"

Langkahnya terhenti saat melihat pria bule dengan jas hitam selutut berdiri di depannya(yang tidak lain adalah Minato). Mata violetnya terbelalak, gadis itu mundur selangkah.

"kabur saat menyadariku memperhatikanmu, lumayan juga" Minato mulai melirik dengan sorot mata tajam "kau bukan hanya siswi SMA biasa. Bisakah kau jelaskan sedikit padaku, Kushina Uzumaki-san.. kenapa kau selalu mendekati Saeko Nozomi-san beberapa hari yang lalu?" tanyanya dengan nada mengancam.

"b-bagaimana bisa.. k-kau tahu namaku..?" Tanya gadis bernama Kushina itu terbata.

"hanya butuh waktu 10 menit untuk mendapat segala profil kehidupan seseorang bagiku.. tentu saja akan lebih mudah lagi mencari profil mu.. tapi, tidak banyak yang bisa kutemukan.. jadi lebih baik aku bertanya langsung padamu…

kau… tidak terlibat dengan kasus pembunuhan Saeko-san bukan?"

Kushina, lalu segera memutar balikan badannya dan lari menjauh, namun sebuah tangan kekar menangkapnya dari belakang yang ternyata adalah Minato.

"le- LEPASKAN..!" Kushina lalu menginjak kaki kanan Minato dan menyiku perutnya. Setelah genggaman itu meregang, dengan cepat Kushina menunduk dan memutar kakinya di tanah sehingga Minato terjatuh kebelakang.

Kushina berdiri lagi "aku… tidak ada hubungan sama sekali dengan wanita itu… tapi, mungkin kematiannya.. ada hubungannya denganku"

Masih tersungkur di tanah, Minato langsung bangun "kematian? Apa mungkin kau juga ingin membunuhnya? Atau_" mata sapphire itu langsung membulat saat Kushina memalingkan wajahnya kebelakang, tepat ke arah Minato. tidak lama, gadis itupun lalu segera pergi.

"mata itu.. matanya.. adalah mata milik orang yang sudah melihat kematian berulang kali.. apa aku melewatkan sesuatu dari profilnya.." pikir Minato.

_Konoha Senior High School, pukul 11.30 siang_

"Kushina" panggil seorang gadis berambut hitam panjang dari ambang pintu kelas.

"Mikoto..? kenapa kau disini?" balas Kushina

gadis yang bernama Mikoto itu segera masuk menghampiri meja Kushina yang berada di sudut belakang kelas dekat jendela "kenapa? Tentu saja untuk mengajakmu ke kantin" katanya dengan wajah cemberut.

Kushina tersenyum lembut "ah~ maaf, Mikoto-chan.. aku tidak nafsu makan hari ini.."

Mata Mikoto langsung menatap tajam namun menyiratkan kesedihan "Kushina, apa kau melihat 'kematian' lagi..?"

_Konoha Senior High School, pukul 3.00 sore_

Bunyil bel pulang bordering di seluruh bagian sekolah. Semua siswa langsung meninggalkan kelas masing masing untuk pulang. Kushina menghela nafas panjang "hah.. Mikoto tidak bisa pulang karena urusan OSIS ya.. " Kushina terus jalan menuju gerbang sekolah, namun langkahnya terhenti melihat segerombolan gadis menutupi pintu gerbang.

Alisnya naik sebelah "apa apaan ini.. kenapa mereka_"

"kau tau, ada bule ganteng di depan gerbang.. katanya nunggu seseorang" kushina langsung tercengang mendengar kata seorang gadis berambut biru yang baru saja lewat di sampingnya.

'bule? Jangan jangan..' batin Kushina. Dan benar saja, dari dalam segerombolan gadis itu, Minato muncul dengan jas hitam selutut(yang terkesan seperti detektif).

Kushina berbalik berniat untuk lari dari minato, namun..

DEG…!

Dadanya terasa sesak, kepalanya pusing… ia berhenti sejenak.. dan jatuh

"TIDAK…! HENTIKAN..!"

Darah berceceran dimana mana… tampak kepala seorang pria yang sudah terpisah dari tubuhnya melayang di udara dan jatuh disamping seorang gadis berambut biru. Cipratan darah mengenainya. Matanya membulat, sekujur tubuhnya gemetaran.

"BREM..! BREMM…!" suara mesin peng sensor menggema di seluruh koridor yang terlihat seperti koridor sekolah. Tampak hanya beberapa lampu yang menyala. Dari luar terlihat Gelap, sepertinya sedang malam.

Dari ujung, seorang pria muncul dengan alat sensornya yang terus berbunyi, mempertunjukkan cairan merah segar melengket di pisau pisau kecilnya. Pria berkacamata itu tersenyum keji melihat gadis didepannya gemetaran.

"bagaimana rasanya Nanami.. melihat pria yang kau cintai mati.. MATI..! HAHAHA!" tawa pria itu.

"KYAAAA….!" Triak gadis bernama Nanami itu histeris.

"ya.. begitu.. teriaklah.. sekarang.. MATILAH BERSAMANYA.. NANAMI..!" sensor itu diangkatnya tinggi tinggi lalu ia menghempaskannya ke tubuh gadis itu.

Gadis berambut biru itu berteriak sekencang kencangnya "JANGAAAN! AAAA…!_"

"CRATTT" darah terpancar bagaikan air mancur diantara tubuh gadis itu yang terpotong dua..

"MATILAH.. MATILAH UNTUKKU… HAHAHA…!"

"HAH…" mata Kushina terbuka dengan ekspresi takut. Nafasnya tak beraturan. Ia langsung memegang perut dan mulutnya. "uhk"

"jangan muntah di mobilku"

Mata Kushina membulat. Ia langsung menengok ke arah kanan dan melihat Minato duduk disampingnya sedang menyetir. Kushina segera tersadar bahwa ia sedang berada di dalam mobil Minato. mata Kushina berkaca dan tidak butuh waktu lama untuk mengalirkan sungai kecil di pipinya. Ia langsung memeluk lengan kiri Minato dan menangis sesegukan.

"apa yang kau_" Minato terkaget melihat Kushina menangis disampingnya. Akhirnya, Ia pun hanya membiarkan tangan kirinya dipeluk gadis itu.

_taman kota Tokyo bagian utara, pukul 04.30 sore_

Kushina terlihat duduk di salah satu bangku yang disediakan di sana. Ia menunduk menyembunyikan wajah murungnya. Minato muncul membawa 2 kopi hangat dan duduk disamping Kushina.

"minum ini.. kau akan merasa lebih baik" Minato langsung menyodorkan gelas itu.

Kushina mengmbilnya dan langsung meminumnya. Di sekitar matanya masih merah pertanda habis menangis. "trima kasih" ucapnya.

"kenapa kau menangis..?" Tanya Minato to the point.

Kushina terkaget, ia lalu tersenyum pahit ke arah Minato "haha.. aku hanya bermimpi buruk. Ah! kenapa aku dimobilmu? Kau menculikku?" jawab Kushina yang langsung mengalihkan topik pembicaraan.

Minato menyadari itu, namun ia hanya mengikuti arus saja "kau pingsan. karena tidak ada yang membantumu, jadi aku bawa saja. Toh tujuanku kesana juga mencarimu"

"eh..? apa lagi sekarang..?" Tanya Kushina dengan mimic khawatir.

"biar kujelaskan" Minato menatap Kushina serius "Saeko Nozomi, dia melakukan transaksi jual beli obat obatan terlarang dengan anggota organisasi yang kucari. Tapi, sekitar 2 hari ini, dalam pengawasanku.. kau muncul. aku tidak mengerti alasan mu selalu mencarinya. Kau juga sering mengatakan untuk menjauhi pria itu, kan?"

Kushina tersentak kaget "ba-bagaimana bisa..?"

"aku tahu semua kata yang kau peringatkan padanya. Keberadaanmu terlalu mencolok asal kau tau itu… tapi yang paling mencengangkan, kaulah yang pertama kali memanggil ambulance saat orang orang tidak tahu Saeko Nozomi-san telah ditusuk"

Kushina lalu mendekatkan wajahnya ke Minato "berarti kau ada disana juga..?"

Minato hanya memalingkan wajahnya kedepan "begitulah.. aku selalu mengawasinya"

"ka-kalau begitu, kau juga tahu dia akan dibunuh?" Tanya Kushina penuh penasaran.

Minato mengangguk "yah.. aku tahu itu. Tidak kusangka kau berusaha menolongnya"

Tubuh Kushina gemetaran menahan amarahnya. Tangannya terkepal, "kalau begitu.. kau tahu dia akan mati, tapi kenapa kau tidak menyelamatkannya padahal kau bisa?"

"banyak Tanya. Wanita itu sudah melakukan tindakan criminal. Dia bisa menjadi umpan untuk ku. Dan sekarang berhasil. Kematiannya membuatku berhasil menangkap orang yang kucari-cari.."

Sebuah tinju melayang ke arah pipi Minato, tapi hanya dengan satu tangan, Minato mampu menahannya.. ia lalu melihat kesamping kearah Kushina. Matanya membulat melihat gadis yang meninjunya itu sudah mengeluarkan air mata.. lagi..

"kenapa..? padahal kau bisa… hiks! Kau.. bisa menyelamatkannya.. TAPI KAU TIDAK MELAKUKAN ITU.. KENAPA..!?" triakan Kushina membuat seisi taman memandangi mereka. Minato lalu berdiri dan memegang tangan Kushina.

"jika sudah waktunya dia mati, maka biarkanlah. Kematian tidak dapat dicegah, sekuat apapun usaha yang dilakukan" balas Minato yang membuat Kushina justru tambah menangis.

"aku tau itu, tapi.. entah mengapa aku tidak bisa membiarkannya begitu saja…"ucap Kushina pelan.

Minato mendengarnya tapi ia tetap diam. Mereka lalu pergi ke area parkiran.

_depan gedung "Unireal Park House" tempat apartemen Kushina, pukul 5.27 sore_

Sebuah mobil sport hitam berhenti di depan gedung apartemen elit. dari dalam, Kushina keluar dengan tergesa gesa. Minato pun ikut keluar dan menghentikan Kushina.

"kau berjalan terlalu cepat. Marah?" Tanya Minato tanpa nada sama skali.

Kushina lalu berbalik menghadap ke Minato dengan ekspresi tidak senang "marah? Ya! Aku marah.." ia lalu mendunduk "tapi… bukan marah padamu.. melainkan pada diriku sendiri"

Minato hanya mengeryitkan dahinya "aku tidak mengerti.."

Tangan kanan Kushina memegang tangan lainnya yang terlihat gemetar "aku marah.. karena aku terlalu lemah.. aku yang saat ini sangat lemah.. aku tidak bisa menyelamatkan Saeko-san karena aku lemah.. karena itu aku marah.. aku membencinya.. aku tidak suka ini.. sangat menjengkelkan.. jika saja.. jika saja aku lebih kuat.. mungkin Saeko-san bisa_"

"sekuat apapun kau, kematian tetap tidak dapat dicegah" potong Minato dingin.

Kushina mendogakkan wajahnya melihat Minato yang sedang menatapnya tajam. "a-ap_"

"kematian tidak bisa dicegah.. jika kau kuat apa kau yakin bisa menyelamatkannya.. selain itu.. kau tidak bisa berpikir.. alasan kenapa dia harus mati?.. dan juga… apa dia ingin diselamatkan..? jangan egois..!" ucap Minato memotong perkataan Kushina lagi yang kini terdiam seribu kata.

"aku menemuimu sebenarnya ingin menanyakan beberapa hal.. tapi melihatmu ini membuatku malas.." Minato lalu memberikan sebuah kartu pada Kushina. "ini kartu namaku.. jika kau membutuhkan sesuatu, hubungi aku" Minato lalu berjalan memasuki mobil sportnya. Perlahan mobil itu mulai meninggalkan Kushina keluar dari kompleks gedung itu dan menghilang setelah lewat di gerbang keluar.

Kushina lalu melihat kembali kartu itu. Matanya terbelalak kaget saat melihat jabatan pria tadi yang sama skali namanya tidak ditahu Kushina. "Mi-Minato Namikaze… seorang inspektur.. terlebih dia memiliki kewenangan 'sky'…" Kushina lalu cepat cepat memasukan kartu nama itu ke saku jas sekolahnya. "apa aku terlalu mencolok. Aku sedang berurusan dengan Seseorang seperti dia…"

Kushina mulai melangkah memasuki gedung "ini gawat…!"

_"Osamu Café, open 24 hours", pukul 07.25 malam_

Pengunjung di kafe ini terlihat ramai saat memasuki malam hari. Dari anak anak, mahasiswa, hingga orang tua ada disana. Diantara mereka, terdapat dua orang yang duduk saling berhadapan tengah berbincang serius. Tidak lain mereka adalah Jiraya dan Minato.

"jadi.. bisa kau jelaskan Minato.. kenapa kau meninggalkanku disini sendirian hanya untuk mengejar seorang gadis? Jangan jangan.. kau ingin melakukan itu padanya? Wah wah.. ternyata mantan muridku sudah_"

"BUKK" segera sebuah buku menu melayang diwajah Jiraya dan menciptakan benjolan besar didahinya.

"hentikan leluconmu itu.. ero-sensei!" ucap Minato sambil menyilangkan tangannya.

"ah… kau ini memang tidak bisa diajak bercanda ya.. baiklah.. sekarang jelaskan padaku kenapa seorang Minato Namikaze lebih tertarik pada gadis SMA biasa daripada kasusnya sendiri?" tanya Jiraya yang mulai serius.

"gadis itu.. Kushina Uzumaki.. kupikir hanya kebetulan, tapi.. dia selalu muncul saat ada seseorang meninggal.. baik itu kecelakaan atau dibunuh.. aku hanya menganggap itu biasa saja karena profilnya tidak menunjukan keanehan.. hingga sejak dua hari yang lalu.. gadis ini memperlihatkan hal yang tidak biasa.." jelas Minato dengan wajah serius.

Alis Jiraya mengkerut "maksudmu..?"

"mulai dua hari yang lalu, dia mendekati Saeko Nozomi yang berada dalam pengawasanku.. dia seakan akan memperingatinya kalau Saeko Nozomi akan dalam bahaya besar kalau terus berada didekat pria yang sudah kutangkap.. Kushina Uzumaki ini selalu muncul untuk memperingatinya.. bahkan saat tragedi kemarin, dialah yang pertama kali sadar kalau Saeko Nozomi sudah ditusuk.. dan saat tadi aku bersamanya, dari raut wajah dan perkataannya sudah memberitahuku secara langsung kalau Kushina Uzumaki sudah mengetahui hal itu akan terjadi.. pertanyaannya adalah.. bagaimana dia bisa tahu? Sekarang gadis itu, sudah berada di tengah garis antara musuh atau teman" jelas Minato panjang lebar.

"aku tidak menyangka akan hal itu.. ternyata pengamatanmu sudah sejauh ini ya.." balas Jiraya.

"sudah kukatakan kan.. kalau dia selalu muncul saat ada seseorang meninggal" Minato lalu meletakan selebaran potongan koran didepan Jiraya "lihatlah yang kulingkari ini"

Jiraya membulatkan matanya "i-ini kan.."

"ya! Itu adalah selebaran koran yang meliput beberapa orang meninggal di Tokyo akhir akhir ini. Dan yang kulingkari itu adalah Kushina Uzumaki. Gambar di koran ini diambil saat terjadi kecelakaan, atau pembunuhan. Dan entah kenapa, wajah gadis itu selalu saja muncul diantara kerumunan warga. Jika ku perlihatkan lebih banyak lagi.. mungkin aku membutuhkan dos besar untuk membawa potongan koran lainnya"

"se- sejak kapan dia mulai muncul?" tanya Jiraya terbata.

"sekitar 2 tahun yang lalu. Tapi aku ragu, mungkin saja dia sudah muncul dari sejak lama.. aku belum mendapat banyak informasi.. tapi pertanyaan terbesar adalah_"

"bagaimana dia bisa berada disetiap tempat orang yang meninggal.. bukan? Tadi kau bilang sedang bersamanya.. lalu.. kenapa kau tidak tanya langsung saja?" tanya Jiraya.

Minato memalingkan wajahnya ke arah jalan dengan raut wajah aneh "aku tidak suka bertanya padanya.. dia terlalu lemah.."

Mata Jiraya menyipit "bukan kau tidak suka karena di lemah.. tapi karena kau khawatir padanya karena dia lemah.. kan..?" tanya Jiraya menggoda sedang yang ditanya hanya diam.

Jiraya lalu bersandar pada kursinya "sudah kodratnya seorang wanita lemah.. karena itulah.. kita para pria ada untuk melindungi mereka" sambungnya.

"RRrrrr…!" Minato lalu mengambil handphone nya yang bergetar dan melihat nomor tidak dikenal memanggil.. dia lalu memutuskan untuk mengangkatnya "halo.." ucapnya.

"Minato-kun! Ini Kushina Uzumaki.. tolong aku!" ucap sesorang dari sebrang yang ternyata adalah Kushina dengan nada panik.

Minato langsung berdiri "dimana kau sekarang..?!" tanya Minato dengan nada sedikit tinggi.

"BREMM.. BREMM!" terdengar suara mesin sensor dari sebrang membuat mata Minato membulat "katakan dimana kau sekarang..!" pinta Minato yang sudah sama dengan berteriak.

"aku disekolah.. kumohon cepatlah.." jawab Kushina dengan nada bergetar. Mendengar itu, Minato langsung pergi keluar kafe menuju mobil sportnya tanpa menghiraukan Jiraya yang terus memanggilnya.

Dengan cepat minato melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sedang Jiraya hanya terpaku didepan pintu kafe. "apa yang terjadi..?"

.

.

TBC~ SEE YOU NEXT TIME READERS… ^-^