Rute Sebelas
Namjoon + Hoseok
©InfinitelyLove
prolog
.
.
.
Saat itu langit sedang tersenyum bahagia—pertama kali bertemu denganmu, matahari menampakkan sinarnya yang kemilau. Kau datang dan membawa sekotak susu untukku yang sedang sibuk mengukir namaku di pohon tua lapuk yang masih berdiri di taman belakang sekolah yang luas. Aku mengingat namamu, mengingat senyumanmu, mengingat bagaimana suaramu yang masih kekanakkan memanggil ku dengan kata "hei" karena kau belum mangenalku—dan aku belum mengenalmu.
.
.
.
Senyuman Hoseok mengembang saat bus berwarna kelabu sampai tepat di hadapannya yang sedang berdiri di penghujung halte dengan kedua tangan penuh—membawa drafting tube berwarna hitam dan payung dengan gagang panjang bercorak hitam-putih. Rambutnya lembab karena rintikkan hujan yang tidak berhenti semenjak pagi hari, tubuh kurusnya yang terbalut jaket merah tebal hampir terombang-ambing tidak stabil saat calon penumpang berbondong-bondong ikut memaksa masuk ke dalam bus yang sudah cukup penuh.
Wanita dan anak-anak mendominasi isi bus yang penuh sesak, membuat Hoseok mau tidak mau melipir dan berdiri tepat di depan pintu otomatis bus dengan kedua kakinya yang berdiri tepat di atas fabrik kasar berwarna kuning dengan tulisan 'Dangerous Area'. Peringatan itu sama sekali tidak diindahkan Hoseok yang pada dasarnya memang terpaksa berdiri di sana dengan tubuh yang bersender pada kaca pintu. Semuanya aman, ini tahun 2025 dan Hoseok tahu seberapa besar kualitas material perangkai seluruh transportasi umum di ibu kota.
Di dua halte berikutnya, Hoseok masih betah berdiri di sana—sesekali menggeserkan tubuhnya yang pegal-pegal karena beberapa penumpang turun dan naik melewatinya. Dua belas menit, Hoseok dapat masuk ke tengah bus—sekedar menaruh ransel hitam beratnya yang berisi buku-buku pinjaman dari perpustakaan pada ruang kosong di atas tempat duduk penumpang. Keadaan bus semakin lengang pada menit-menit berikutnya, namun tidak cukup memberi tempat duduk bagi tubuh Hoseok yang kurus dan menggigil karena kedinginan.
Saat itu kedua matanya melihat nomor-nomor dari setiap bus yang beriringan dengan bus yang ditumpanginya, menghela napas sebentar saat tiba di halte pusat ke tiga yang akan segera dilalui. Ia mendapat tempat duduk, separuh penumpang turun di halte yang hampir dilewati oleh seluruh rute bus itu. Kedua manik karamel Hoseok memfokuskan pengelihatannya saat bus dengan cat merah berlogo angka sebelas melewati busnya yang masih berhenti.
.
.
.
Ia di sana. Sahabatnya yang berjanji untuk kembali bertemu dikala keduanya berusia delapan belas. Sahabatnya yang setiap hari membawa sekotak susu cokelat untuknya pada masa kanak-kanak. Sahabatnya yang pandai membuat rima pada setiap tugas sastra dikala keduanya masih mengenyam pendidikan sekolah dasar—berdiri dengan kedua telinga yang tertutup headphone hitam dan menggenggam sebuah paket bunga mawar putih yang segar di tangan kirinya.
.
.
.
"Namjoon?"
.
.
.
to be continued
Hai, aku membawa cerita Namseok dan akan chaptered!
Yeah! Akhirnya. Untuk fanfiction lainnya yang belum bisa aku lanjutkan, maafkan aku karena belum memiliki feels yang tepat /ngek
Namseok ; #kobarkan
Sincerely,
InfinitelyLove
