Jika kau tersenyum, aku merasa senang
…
Disclaimer : Tokoh milik Tadoshi Fujimaki-sensei kecuali OC milik daku beserta alur cerita.
Warning : OOC, gaje, alay, EYD ngawur. Jika anda menemukan hal tersebut silahkan muntah di tempat yang telah disediakan dan laporkan kepada pihak yang berwajib.
….
Author is back! Cepet banget hiatusnya. Wkwkwk. Maklum, pengangguran. Kali ini author bawa si cowok manis a.k.a Himuro. Kyaaa…. Makasih untuk baca lagiiii… author gak buat GoM karena terlalu mainstream. Gomen kalau ada yang kecewa. Author kan hobi PHP. Hahaha… Oh ya, baca ff ini sambil dengerin lagu GD – That xx, cucok banget loh! #maksa
…..
"Murochin…"
"…"
"oiii Murochiiinn…"
"ada apa Atsushi?"
"Jessica pacaran sama Fukuchin…"
"jadi?"
"Murochin tidak sedih?"
"tidak…"
Begitulah sekiranya percakapan antara Atsushi dan aku diperpustakaan. Aku tahu itu. Jessica adalah anak pindahan dari Amerika. Tapi, bisa dibilang aku sudah mengenal dengan baik anak itu. Karena dia adik dari pelatih Alex. Bahkan Atsushi tahu kalau aku menyukai Jessica.
"Murochin…"
"hem…"
"Murochin beneran tidak sedih?"
Bagaimana bisa aku tidak sedih? Ah, tapi sudahlah. Yang penting Jessica bahagia. Itu sudah cukup bagiku. Aku terus saja membaca buku yang ada dihadapanku meski sebenarnya pikiranku melayang entah kemana. Atsushi terus saja menegurku sambil mengunyah permen karet. Please somebody help me! Buatlah Atsushi tidak berisik! Perasaanku jadi tambah tak karuan.
"aku tidak sedih Atsushi. Kalau dia bahagia, maka aku bahagia."
"Murochin terlalu baik. Itu tidak baik. Kata Midochin, nanti kena sial!" Atsushi mulai menceramahiku. Mimpi apa aku semalam sampai diceramahi olehnya? Midochin itu Midorima Shintarou dari Shutoku ya?
"hehe… tidak juga…" aku hanya terkekeh pelan. Berharap ia berhenti, dan sukses. Dia berhenti dan kembali makan dengan tenang. "Atshusi, ini perpustakaan bukan rumah makan!"
"olala. Aku lapar Murochin!"
…..
Aku dan Taiga baru saja selesai bermain basket bersama. Yah, kuakui dia memang hebat. Namun sifatnya masih seperti anak-anak. Dalam waktu setengah jam tadi aku merasa seperti waktu berputar kembali menuju kehidupan masa kecilku bersama Taiga.
"Tatsuya!" tiba-tiba Jessica datang. Taiga melihat Jessica dengan tatapan kaget. Aku lupa memberitahukan hal itu padanya.
"Jessi, why did you come to Japan?" tanya Taiga. Jessica melihat Taiga, mulutnya langsung membentuk huruf A.
"Waaa… Taiga! Nice to meet you! Long time no see!" Jessica langsung memeluk Taiga. Kebiasaan buruk, pikirku. Benar-benar mirip Alex, untung saja dia tidak mencium sembarang orang.
"eh eh… let me go!" Taiga yang memang tidak suka di peluk langsung melepas Jessica. Jessica hanya nyengir.
"Taiga, Jessica baru saja pindah ke sekolahku!" ujarku pada Taiga sementara ia mengangguk.
"hem! Aku pindah kesini karena kudengar kalian semakin hebat main basket!" jawabnya.
"alasan apa pula itu?" mungkin pikiranku dan Taiga sama.
"hehehe… trus kalian ngapain disini?" tanyanya lagi. Taiga menunjuk bola basket yang ada disampingnya.
"main sepak bola?"
"MAIN BASKET KELESSS…" Taiga mencak-mencak, aku hanya tertawa kecil. Jessica menutup telinganya. Suara Taiga memang luar biasa!
"hehehe… aku kan hanya tanya. Udah selesai?" tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk.
"kalau begitu, aku mau cerita padamu, Tatsuya!" ujarnya.
"tentang?"
"tentang hari ini, aku dan Fukui-kun!"
…..
"aku sangat senang sekali. Dia membawaku ke Restoran yang keren. Trus… pokoknya aku senanaaanggg banget.. lihat! Aku dan dia punya cincin yang sama"
Dan berbagai cerita milik Jessica tadi sore yang sukses membuatku sulit tidur. Selama ia bercerita, Taiga tak henti-hentinya mengatakan 'ooh', 'benarkah?', 'oh, Fukui yang itu', dan 'wah'. Sementara aku hanya tersenyum. Tidak mungkin menampakkan wajah yang sedih atau kesal disaat orang yang kita sukai sedang senang kan?
"ukh!" aku memukul jidatku pelan. Aku ini bodoh sekali. Aku menoleh pada jam disamping ranjangku. Jam 10 malam. Aku harus tidur sebelum aku tidak bisa tidur sama sekali.
"Argh! Aku tidak bisa tidur!"
…
Sorenya, ketika pulang sekolah, aku dan Atsushi pulang bersama. Kami melihat Fukui sedang berduaan dengan seorang perempuan. Perempuan itu tak tampak seperti Jessica, karena warna rambutnya tak sepirang Jessica. Lebih tepatnya, warna rambut perempuan itu berwarna coklat. Atsushi menepuk bahuku.
"Murochin, itu Fukui?"
"ehm. Sudah, kita pulang saja." Aku tidak sedikit pun berniat mengurus urusan orang. Namun berbeda denganku, Atsushi malah maju pantang mundur menuju Fukui. Sejak kapan titan ini menjadi kepo?
"Fukui, kau tidak pulang?" tanya Atsushi. Kumohon Atsushi, kembali lahh! Aku rasanya mau segera berlari pulang.
"eh? Murasakibara? Apa yang kau lakukan disini?" Fukui mengangkat tangan kanannya untuk melambai. Aku kaget melihat tidak ada 1 cincin pun di tangannya. Baik kiri maupun kanan. Loh? Mana cincin yang dia beli dengan Jessica?
"aku dan Murochin mau pulang…" jawab Atsushi sambil mengemut permen. Permen darimana itu pun masih menjadi misteri. Aku hanya tersenyum pada Fukui.
"ohh… ehm, aku juga akan pulang…" ujar Fukui juga. Atsushi menghampiri perempuan yang kebingungan disamping Fukui.
"kau siapa?" tanyanya. Dasar tidak sopan! Oi, Atsushi, ayo kita pulang! Sepertinya suara hatiku tidak terdengar!
"aku? Aku pa…"
"ahhh… ayo kita pulang Atsushi!" aku segera menarik Atsushi menjauh dari Fukui dan perempuan yang kuduga akan menjawab 'aku pacarnya'. Atsushi hanya diam saja begitu kutarik.
"Murochin, beritahu hal ini pada Jessica!" ujarnya. Sejak kapan Atsushi suka mengurusi urusan orang? Aku hanya mengeryitkan keningku. Tenangkan dirimu dulu, Tatsuya! Aku menghela nafas dan kembali tersenyum.
"kau tidak perlu mengurusi urusan orang lain, Atsushi!"
…
Jessica datang kerumahku, lebih tepatnya kekamarku, tidak tahu apa yang ia lakukan. Namun sekarang ia berbaring di ranjangku. Dari pada aku mulai berfikir tidak keruan karena melihat perempuan cantik nan seksi berbaring disebelahku, aku segera bangkit dan mulai mencari buku untuk dibaca. Ya Tuhan, ujian apa yang engkau berikan pada hamba-Mu yang ganteng ini? Hehehe.
"I am so happy today, Tatsuya!" Jessica duduk di ranjangku. Aku hanya menjawab dengan berdeham.
"do you know why?" tanyanya lagi. Aku menggeleng.
"because I am falling in looovveeee…" Jessica merebahkan dirinya lagi ke ranjangku. Seharusnya aku sudah tahu! Aku hanya tersenyum meski hati menangis. Miris memang!
"it's good for you…" jawabku sambil terus berusaha konsen atas bacaanku. "ehm, Jessica…" aku mencoba bertanya tentang apa yang kulihat tadi siang bersama Atsushi.
"ada apa?" tanya Jessica sambil kembali duduk. Aku menutup bukuku dan menatapnya. Duh, aku tidak tega mengatakannya.
"tapi, kau jangan tersinggung ya" ujarku lagi. Jessica mengangguk. "beneran?"
"iya iya, Tatsuya! Bilang aja!" Jessica meyakinkanku. Baiklah, jangan menyesal telah mendengarnya, ini demi kebaikanmu, oke! Aku menelan ludah. Menguji adrenalin, bung!
"tadi, aku melihat Fukui bersama perempuan lain. Dan juga, dia tidak memakai cincin yang sama denganmu" ujarku akhirnya. Kutatap raut wajah Jessica yang kebingungan, dia tidak kaget?
"sepertinya kau salah orang" ujarnya "Fukui tidak mungkin begitu. Dia sangat menyayangiku! Gak mungkin! Mungkin itu keluarganya."
"eh?" malah aku yang kaget mendengarnya. Bagaimana bisa Jessica seperti ini? Aku hanya tersenyum. "yah, mungkin aku yang salah…"
"iya! You got the wrong person, Tatsuya!" Jessica kembali berbaring di ranjangku. Aku kembali membaca. Ya, aku berbohong kepadamu.
"Love is blind…" gumamku. Entah dia dengar atau tidak. Tapi kenapa malah aku yang sedih, ya? entahlah. Tanyakan pada Atsushi yang bergoyang. Loh?
…
Selama beberapa hari, aku semakin sering mendengar berita tentang Fukui. Mengapa ia bisa berubah sejauh ini? Aku tidak mengenal Fukui yang biasanya. Hanya permainan basketnya saja yang masih keren, menurutku.
"Jessica, ada apa denganmu?" aku kaget melihat wajah Jessica yang tampak baru saja habis menangis. Ia datang lagi ke kamarku. Tanpa ku persilahkan, ia masuk sendiri. Ia berbaring di ranjangku, dan aku sendiri segera duduk di kursi.
"Tatsuya…"
"hem?"
"I didn't feel right, now" Jessica mulai curcol.
"why?" sejak kapan aku jadi seorang psikiater?
"apa kau dengar gossip tentang Fukui?" tanyanya. Seharusnya aku juga tahu dia akan tanya tentang hal ini. Aku hanya mengangguk. Jangankan mendengar, aku bahkan melihat sendiri!
"memang kenapa?"
"aku tidak percaya itu. Semuanya pasti bohong!" Jessica menutup wajahnya, ia menangis kurasa. Fukui benar-benar mau mati! Bagaimana bisa ia membiarkan orang yang paling kusayangi ini menangis? Aku segera mengambil minuman, yang sempat dibuat ibuku, untuknya.
"tenang saja Jessica, kurasa itu hanya gossip. Iya kan?" ujarku sambil tersenyum. Aku berusaha menenangkannya meski hatiku sendiri tidak tenang. Ia segera mengambil minuman itu dan meminumnya.
"thank you, Tatsuya…" ujarnya. Ia lalu tersenyum "yah, itu benar. Mungkin ini hanya ujian cinta, begitu?" tanyanya lagi.
"iya, mungkin" jawabku sambil tersenyum. Aku benar-benar tidak menyukai diriku yang seperti ini.
"iya…" ujarnya lagi. Ia pun tersenyum "Tatsuya, you are such a good person!"
"hem…" aku kembali tersenyum. "tidak juga, Jessica."
….
Beberapa hari kemudian…
Aku sedang berdiam diri di gym sendirian. Member yang lain sudah kembali untuk membersihkan diri setelah melakukan latihan yang mengerikan. Hiii… tiba-tiba aku kembali mengingat Fukui. Kok malah dia yang kuingat?
Aku hanya bisa menahan diri untuk tidak membunuh Fukui. Aku melihat dengan jelas bagaimana 'playboy'nya orang itu. Kali ini dia bersama perempuan lain, maksudku, berbeda dengan perempuan yang aku dan Atsushi temui. Jessica, apa yang membuatmu masih menyukainya? Semua anggota tim Yosen bahkan tahu seperti apa Fukui itu. Mereka juga sudah melaporkannya pada Jessica, tapi tidak ada gunanya. Aku mulai stress!
KRIIINGG
"Huaaaaa…" aku kaget begitu mendengar suara hp ku berbunyi. Mengganggu orang melamun saja, huh. Aku segera mengambil hp-ku dan melihat layarnya. Siapa yang berani mengganggu Ace Yosen, heh?
"Alex?" keningku berkerut. Apa yang dia inginkan? "Hello?"
"TATSUYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…." Teriakan Alex membuatku menjauhkan hp dari telingaku. Dasar tante tukang rusuh.
"what's happen?"
"bagaimana kabar Jessica?" aku tersenyum. Gak nyambung banget jadi orang.
"kenapa tidak menelponnya?"
"ketika ku telpon, yang jawab laki-laki loh!" ujar Alex padaku. Mungkin saja itu Fukui. "padahal aku nelponnya malem-malem lohh!" Alex menjadi BiGos. Aku menepuk jidatku pelan. Jangan buat aku berfikir yang tidak-tidak, aku harus husnuzon. Kan bulan puasa! #cieee.
"benarkah? Jadi kenapa menelponku?" tanyaku lagi.
"aku merasa sedihhh…" aku bisa menebak kalau Alex sedang menundukkan kepalanya.
"kenapa?"
"padahal aku berharap Jessi bisa sama kamuuu… padahal kamu kan baik bangeeettt… aku gak mau jodohin dia sama Taiga, apalagi sama cowok lain!" ujar Alex. Sekali lagi aku kaget mendengarnya. Memang sesukanya. "tapi dia malah sama cowok lain!" aku hanya tersenyum mendengarnya.
"yang penting kan dia bahagia…" ujarku lagi. Kudengar Alex terkekeh.
"kau pasti sedang tersenyum kan, Tatsuya! Oi, sekali-sekali kau harus agak jahat. Sekarang gak jaman yang namanya good boy, sekarang bad boy!" terangnya. Apa-apaan sih orang ini?
"kau hanya ingin mengatakan itu? Aku tutup ya!" ujarku ingin mengakhiri percakapan.
"hey, wait a minute! Kamu gak cemburu?"
"cemburu apa?"
"huh, kau ini tidak seru sama sekali, ssu!" Alex bertransformasi menjadi Kise, menurutku. Dari mana dia tahu kalau aku cemburu? Ah, sudahlah.
BRAAKK…
Tiba-tiba terdengar suara dari ruang ganti. Lumayan nyaring juga. Aku segera pamit dan memutuskan hubungan. Apa yang terjadi? Apa atap roboh?
"Atsushi! Apa yang kau lakukan?" Aku jelas saja kaget begitu melihat Atsushi berhasil merusak loker. Aku juga melihat Fukui duduk dengan wajah yang terkejut. Aku yakin, Fukui berhasil menghindar dari pukulan Atsushi, kalau tidak, wajahnya pasti hancur!
"Murochin, kalau kau tidak mau membunuhnya, biar aku saja!" ujar Atsushi, dia menjadi sedikit berbeda.
"apa maksudmu Atsushi, lepaskan dia!" aku mencoba menarik tangannya, namun dia tak bergeming.
"Murochin, Fukui bilang dia hanya memanfaatkan Jessichin!" kata-kata Atsushi tidak sedikit pun dapat kucerna. Mungkin karena aku terlalu bingung dengan situasi ini.
"aku tidak mengerti, pokoknya kita harus kembali sebelum pelatih datang!" aku menarik tubuh Fukui. Namun, bahkan aku merasakan sendiri kalau tanganku bergetar. Atsushi, sebenarnya aku sangat ingin memukulnya, tapi itu malah membuat Jessica semakin sedih. Aku tidak bisa mengatakan hal itu pada Atsushi, pada Fukui bahkan kepada semua yang menonton kami.
"Apa yang terjadi disini? Astaga, Murasakibara, kau yang melakukannya? Dasar anak nakal!" sang pelatih datang dan terkejut melihat pemandangan yang berantakan ini. Dia memukul kaki Atsushi dengan tongkat saktinya. Atsushi hanya mengerang pelan.
"Pelatihchin, Fukui itu kejam, pukul juga dia!" Atsushi merasa diperlakukan tidak adil. Pelatih juga memukul Fukui. Giliranku untuk dipukul lagi.
"Ehm, Himuro, bawa Murasakibara pergi, Fukui, ikut aku!" ujar pelatih dan pergi. Aku lumayan terkejut kenapa tidak dipukul. Yah, secara teknis aku tidak bersalah, sih.
"ayo pergi, Atsushi!"
…
Aku dan Atsushi duduk dipinggir jalan sambil makan cemilan. Setidaknya menghilangkan stress dan mendapat penghasilan menjadi pengemis. Eh? Aku salah ya. ah, terserahlah. Atsushi diam saja dari tadi. Dia hanya mengatakan ingin makan cemilan, itu saja. Selebihnya, dia hanya menunjuk cemilan di mini market dan aku yang membayar. Anggap saja sedekah untuk yang tidak mampu.
"Murochin…" Akhirnya dia bersuara. Aku hanya menjawab dengan berdeham.
"Murochin tidak marah pada Fukui?"
"marah pun percuma"
"kalau begitu, aku marah pada Murochin" ujarnya, meskipun dengan nada malas, aku yakin dia benar-benar marah padaku. Aku hanya tersenyum. Aku memang pengecut, kan, Atsushi?
"maaf…"
"kita harus segera memberitahukan hal ini pada Jessichin! Dia harus putus sama Fukui!" entah kenapa kali ini Atsushi mengatakan hal yang benar.
"aku tidak tega, Atsushi!" jawabku.
"Murochin!" Atsushi langsung memasukkan 2 stik cemilan ke dalam mulutku. Aku kaget to the max! "Murochin terlalu banyak berfikir. Cobalah hidup sehari saja dengan tidak berfikir!" Atsushi tampak bangga dengan slogan barunya, aku berusaha untuk memakan 2 stik cemilan yang terlanjur masuk kemulut.
"nyam nyam… mana bisa sehari tidak berfikir, Atsushi!" aku menyelesaikan makananku. "ngomong-ngomong, ini rasa baru ya?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"hem!" angguknya semangat. Bagus! Aku sudah menyentuh titik kelemahannya.
"Rasa apa?" tanyaku sok kepo.
"rasa yang dulu pernah ada!" jawab Atsushi santai. Aku tidak menyangka Atsushi bisa dewasa secepat ini. Author sweatdrop
…...
Malamnya, aku kembali tidak bisa berfikir dengan tenang, aku berbaring dikamarku dan sesekali mencoba untuk tidur. Tapi tidak ada gunanya. kata-kata Atsushi benar-benar membuatku sakit kepala dan serba salah. Jika aku minta Jessica untuk putus dengan Fukui, itu malah membuatnya sakit hati. Jika kubiarkan, malah tambah membuatnya sakit hati juga. Arghh… apa yang terjadi padaku?
KRIIIINGGG…
Ya Tuhan! Demi apa hari ini begitu menjengkelkan! Siapa yang menelponku? Aku segera meraih hp yang ada di meja. Loh? Jessica?
"Jessica?"
"Tatsuya…" aku mendengar suara Jessica memanggilku sambil sedikit terisak.
"ada apa?"
"datang ke rumahku!" pintanya.
"ya, aku akan kesana. Tapi, ada apa?"
"pokoknya datang dulu!" dasar cerewet! Tapi biar cerewet, aku datang juga kerumahnya. Pasti ada sesuatu yang sangat darurat sampai dia memanggilku. Jam 12 malam. Agak sinting memang pergi semalam ini. Semoga saja ibu tidak memarahiku.
…..
Aku datang ke rumahnya dalam waktu 15 menit menggunakan sepeda adikku. Lumayan menguji adrenalin. Secara, rumahnya ada di atas bukit! Aku segera memarkir sepeda didepan pagar dan naik ke lantai atas. Aku lupa memberitahu, kalau dia tinggal di apartemen sederhana. Aku mengetuk pintu 3 kali.
"Tatsuya!" Jessica yang kaget melihatku segera menarikku masuk. Aku jelas saja bingung. Aku melihat wajahnya yang tampak lusuh. Bukan karena tidak disetrika, tapi, ehm, sepertinya dia habis menangis.
"ada apa?" aku dan dia duduk disofa.
"I don't know! I just… Tatsuya, what will I do now?" tanyanya.
"I don't understand, Jessica!" aku benar-benar tidak mengerti jalan pikirannya. Apa sih yang sebenarnya ingin ia katakan?
"tadi, tadi… tadi Fukui datang…" ujarnya, aku mencoba mengaktifkan tingkat konsentrasiku ditengah malam.
"then?"
"kami bertengkar! We were shouting, shouting and shouting until he said he want to break up with me!" Jessica menutup wajahnya dan kembali menangis. Tunggu dulu, kenapa Fukui putus denganmu? Kenapa?
"wait! Why did he want to break up with you? Did you do something wrong?" tanyaku. Aku benar-benar bingung. Bahkan aku tidak berusaha tenang seperti biasa. Ini bukan waktunya woles!
"Tatsuya, forgive me!" Jessica menangis sambil memelukku. Aku semakin bingung. Ada apa sebenarnya. Aku selalu memaafkanmu Jessica, kau tidak perlu menangis begini. Aku malah tambah ingin membunuh Fukui.
"what did you do with him?" tanyaku lagi.
"I'm sorry Tatsuya!" Jessica malah menangis dengan keras.
"atau dia sudah melakukan sesuatu kepadamu? Jessica, aku akan sulit memaafkanmu kalau kau tidak menjelaskannya dengan benar! Tell me!" tanyaku lagi. kali ini apa? Sebenarnya ada apa?
"but… I … I…. please… don't tell it to my sister!"
"tell me!" ujarku lagi.
"aku… aku hamil, Tatsuya…"
Seketika dunia runtuh dihadapanku! Aku tidak bisa percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jessica. Tidak mungkin! Ini pasti bohong! Aku tidak bisa mendengar dengan jelas lagi apa yang Jessica katakan padaku. Tentang Fukui yang memaksanya atau apalah selanjutnya tentang aborsi. Aku tidak mengerti. Kenapa Jessica? Kenapa kau memberikan hal yang paling berharga pada Fukui?
Kenapa dulu aku tidak memukul Fukui seperti apa yang dilakukan Atsushi? Aku merasa benar-benar bersalah. Ya, aku yang salah. Seandainya dari dulu aku melarang Jessica. Seandainya aku melupakan perasaan 'tidak enak'-ku, mungkin ini semua tidak terjadi. Aku harus bertemu Fukui!
"TATSUYA!" Teriakan Jessica tak menghentikan langkahku pergi menemui Fukui. Apapun yang terjadi dia harus bertanggungjawab telah menyakiti orang yang paling kucintai di bumi ini!
…
"aku sangat senang sekali. Dia membawaku ke Restoran yang keren. Trus… pokoknya aku senanaaanggg banget.. lihat! Aku dan dia punya cincin yang sama"
…
"tadi, aku melihat Fukui bersama perempuan lain. Dan juga, dia tidak memakai cincin yang sama denganmu"
"Fukui tidak mungkin begitu. Dia sangat menyayangiku! Mungkin itu keluarganya."
"yah, mungkin aku yang salah…"
…
"tenang saja Jessica, kurasa itu hanya gossip. Iya kan?"
"Tatsuya, you are such a good person!"
…
"ketika ku telpon, yang jawab laki-laki loh! padahal aku nelponnya malem-malem lohh!"
"padahal aku berharap Jessi bisa sama kamuuu… padahal kamu kan baik bangeeettt… aku gak mau jodohin dia sama Taiga, apalagi sama cowok lain! tapi dia malah sama cowok lain!"
…
"Murochin, Fukui bilang dia hanya memanfaatkan Jessichin!"
"Murochin, kalau kau tidak mau membunuhnya, biar aku saja!"
"kita harus segera memberitahukan hal ini pada Jessichin! Dia harus putus sama Fukui!"
…
"aku tidak tega, Atsushi!"
…..
Huaaaa… ngegantung banget gak sih? Maaf ya kalau bikin kecewa! Jujur author sendiri kecewa! T.T Tatsuya yang malang! T.T author sok nginggris, karena daku tahu reader pada jago. Kekekeke…
Jika ada yang bersedia RnR, silahkan… author maklum kalau gak ada yang mau! Huhuhuhu….
