Summary : Terkadang saat berjalan kita terjatuh, itulah aku. Terkadang, aku tidak kuat untuk berlari, dan terkadang aku hanya bisa menangis

Kingdom Hearts bukanlah milik saya, kecuali cerita yang saya buat ini.

Aku memanggil namamu…
Tetapi, tiada suara menyahutku
Saat hati memanggil namamu kembali
Kamu tak menjawab lagi
Jawab aku…
Jawab aku….
Ku mohon…
Aku ingin ungkapkan satu perasaan…

Emmm…

Aku bangun dari tidurku, lagi-lagi suara itu pekikku, aku beranjak bangun dari tempat tidurku. Belum 1 menit aku berdiri, aku sudah terjatuh. Kembali aku bangkit berdiri dan menuruni tangga, saat di tangga aku pun kembali terjatuh dan terguling. Ibuku menghampiriku dan memelukku erat-erat.

"Roxas, jika mau turun tangga, beritau ibu saja ya, ibu akan membantumu"
"Tapi bu, aku mau belajar mandiri"
"Roxas ibu tau hal itu, tetapi ibu tidak tega harus melihatmu terjatuh setiap turun dari tangga"
"Tapi bu…."
"Roxas.. Ibu mohon"
"Baiklah, baiklah, jika aku kesulitan berjalan aku akan minta tolong"
"Bagus lah"
"Ibu, boleh aku pergi jalan-jalan?"
"Kemana?"
"Sungai Redville"
"Boleh, tetapi hati-hati ya, pulangnya sebelum jam makan pagi ya"

Segera aku pergi ke sungai Redville, masih jam 5 pagi sehingga sepi. Sejenak aku memandang kejernihaan sungai Redville, lalu muncul sosok wanita yang duduk disebelahku.

"Kamu siapa?"
"Namaku Namine, kalau kamu?"
"Namaku Roxas, mengapa kamu tiba-tiba disini?"
"Maaf, tetapi aku slalu berada disini setiap jam 5 pagi"
"Oh"

Sesaat aku melihat wajahnya, wajahnya begitu pucat, rambutnya berwarna kuning, memakai baju tidur dan jaket. Saat dia melihat wajahku, aku memalingkan wajahku.

"Roxas, aku mau pulang dulu, sampai jumpa"
"Iya, sampa jumpa"
"Besok-besok kita bertemu lagi ya"

Naminepun pergi, jalannya terpincang-pincang, saat aku melihatnya pergi tiba-tiba kabut menghalangi pandaganku, dan sekejap Naminepun hilang. Akupun pergi ke rumahku untuk makan pagi.

"Eh Roxas sudah pulang, kamu tepat waktu, ayo makan"

Aku duduk dikursi dan menatap makananku, saat aku mau memakannya rasanya tanganku takbisa digerakaan. Aku pingsan, dan bermimpi.

Mimpi…

"Dimana aku?"
"Kamu berada didalam mimpimu Roxas"
"Mimpiku?"
"Ya, mimpimu"
"Sepertinya aku mengenalmu"
"Tentu saja, tadi kita bertemu di sungai Redville jam 5 pagi"
"Yeah benar, namamu Namine kan?"
"Ya namaku Namine"
"Kamu ini siapa? Sososkmu misterius"
"Kamu akan tau Roxas, sampai saatnya tiba"
"Tapi kapan?"
"Entah, sampai waktunya tiba"

Aku terbangun, dan aku menatap ayah dan ibu. Saat aku mau beranjak dari tempat tidur, ayah mencegahku.

"Roxas, kamu pasti lelah, tidur saja dulu"
"Ya, tidur saja dulu, nanti kamu makan"
"Ya sudah"

Aku terbaring diranjangku, sedangkan ayah dan ibuku pergi sarapan. Aku masih memikirkan kalimat tadi "Sampai waktunya tiba…" Apakah hari kematianku? Aku memejamkan mataku sesaat, aku tidak ingin berpikir negative. Setelah merasa baikan, aku menyusul ayah dan ibuku di ruang makan.

"Ayo, Roxas makan yang banyak"
"Ibu juga, makan yang banyak"
"Iya, iya, oh ya Roxas"
"Apa?"
"Kamu kan sudah lama mau ke toko buku, bagaimana jika entar siang kita ke toko buku?"
"Boleh"

Aku hanya bisa tersenyum kecil, akhirnya impianku ke toko buku terkabul juga. Siangpun tiba, tepatnya pukul jam 13.00, aku segera pergi ke toko buku bersama ibuku.

Sesampainya di toko buku…

Dengan pelan-pelan aku berjalan dipapah ibuku, aku melihat-lihat sekitarku dan aku tertarik pada sebuah buku berwarna biru muda.

"Ibu, aku ingin ke rak itu"
"Baik, ibu papah kamu"

Aku segera mengambil buku berwarna biru tersebut, aku sengaja mengambil buku yang bisa dibaca. Sesaat membacanya, didepan sampulnya tertulis nama penulisnya "Namine" Aku hanya bisa tercengang sesaat, bukankah dia gadis yang kutemui di sungai Redville? Aku kembali melihat sampulnya, "Best seller", dengan judul "Penjaga di Taman Bunga Matahari ", tiba-tiba ibu menepuk punggungku.

"Roxas, kamu mau membeli buku itu?"
"Belum, aku saja belum membacanya, aku tidak semudah itu hanya tertarik pada sampul"
"Hahaha, ya sudah baca dulu saja, ibu mau baca buku lain"

Aku segera membacanya, tetapi tiba-tiba terlintas sebuah masa lalu. Kepalaku pusing dan aku memegang kepalaku.

"Namine, kalau kamu sudah besar mau menjadi apa?"
"Aku mau menjadi penulis buku"
"Buku apa yang ingin kamu terbitkan?"
"Penjaga di Taman Bunga Matahari"
"Kalau begitu, nanti saat bukumu berhasil diterbitkan, aku akan membaca semua buku yang kamu terbitkan"
"Bener tuh? Janji ya"
"Pasti dong"

Aku mengangkat kepalaku kembali, rasanya aku mengenal gadis itu dulu. Tiba-tiba ibu menepuk pundakku.

"Roxas, kamu kenapa tadi?"
"Tidak, aku baik-baik saja"
"Oh, kamu jadi membeli buku itu?"
"Jadi"

Kamipun pergi kekasir untuk membayar buku, setelah itu kami pergi keluar, ibuku membeli sebuah buku tentang resep memasak.

"Roxas, lihat ibu membeli buku tentang resep memasak"
"Oh"
"Nanti, kita bisa makan lebih banyak makanan enak"
"Oh"
"Roxas, kamu sedang memikirkan apa? Sepertinya tidak focus"
"Tidak"
"Kalau ada apa-apa beritau ibu ya"
"Ya, tenang saja"

Aku tidak ingin memberitau ibu tentang hal ini, entah mengapa. Kamipun sampai di rumah, segera aku membaca bukuku, dan ibu membaca tentang resep di buku memasak tersebut. Sudah menunjukkan pukul 12.00, sebentar lagi makan siang.

"Roxas, bagaimana bukunya seru?"
"Yeah, begitulah"

Selembar demi selembar halaman aku baca, tetapi rasanya aku sudah mengetahui semua isi buku ini. Tiba-tiba, masa lalu tersebut teringat lagi.

"Roxas, jangan liat dong isinya, entar kamu ga mau baca buku aku"
"Yah Namine, tenang saja, aku akan membacanya lagi, isinya menarik kok"
"Oh baguslah, berate bukuku isinya bagus"
"Ya dong, siapa dulu pembuatnya Namine"
"Hahaha, kamu ini"

Sepertinya aku memang mengenal gadis itu, aku menatap ibuku dan membuka mulutku untuk memulai pembicaraan.

"Ibu, entar sore aku ada kerja kelompok, jadi pulangnya agak malam"
"Berangkatnya jam berapa?"
"Jam 4 sore"
"Oh, kira-kira kamu pulang jam berapa?"
"Mungkin jam 8 malam, jika mereka lambat"
"Oh ya sudah, hati-hati ya kalau kamu pulang semalam itu, ingat suruh teman-temanmu memapahmu saat berjalan"
"Tenang saja"
"Makan siang sudah siap, sini ibu taruh bukumu di rak buku"

Ibuku pergi ke ruang tamu dan menaruh bukunya di rak, setelah itu kami makan siang bersama. Suasana begitu hening, aku hanya berpikir untuk segera pergi ke sungai Redville.

Jam 4 sore…

"Ibu, ayo berangkat"
"Baik-baik, sini ibu papah"

Aku berangat ke rumah Sora, lalu aku duduk di kursi dan kamipun memulai diskusi pelajaran IPA. Detik demi detik terus berjalan, aku hanya bisa terdiam menunggu jam 7 malam.

"Boss, boss?"
"Ada apa Sora?"
"Kok bengong terus boss?"
"Emang ga boleh ya?"
"Boleh aja sih boss, cuman tugas kita ga beres-beres nih"
"Oh ya, hampir lupa, ayo lanjut"
"Boss, kamu pasti sedang memikirkan tentang kencan ya?"
"Tidak, jangan asal bicara Sora"
"Mukamu memerah boss"
"Jangan ikut-kutaan Ventus!"
"Wahhh, boss marah"
"Kalian senang ya aku marah-marah?"
"Tidak, soalnya pas boss marah syeremmmm"
"Dasar, ayo lanjut, eh ya aku punya satu permintaan"
"Apa boss?"
"Amtarkan aku ke sungai Redville ya?"
"Ouww, emang kenapa?"
"Ini urusanku, jangan ikut campur"
"Oke boss, entar aku antar deh bersama Ventus"

Selesai mengerjakan tugas, aku dipapah oleh Sora dan Ventus ke sungai Redvile, sambil menunggu aku membaca buku yang tadi siang ku beli di toko buku, 15 menit kemudian Naminepun datang.

"Eh, Roxas belum pulang?"
"Aku menunggumu"
"Oh, begitu ya, untuk apa menungguku?"
"Aku mau ke rumahmu, itu saja"
"Ya sudah, ayo pergi"

"Aneh, sebenarnya boss janjian ama siapa? Lalu boss ngomong ama siapa?"
"Entah, boss ngomong sama hantu ya?"
"Sssttt….Jangan ngomong sembarangan Sora"
"Iya,ya aku tau Riku, eh yang aku katakan itu fakta, boss berbicara sama siapa tidak ada wujud orangnya, pasti hantu dongg"
"Sudah,sudah jangan ribut kalian berdua, kita pulang saja"

Langsung pulang….

"Hey, kalian bertiga kok langsung pulang? Katanya janji pulang bareng, eh tunggu"

Setibanya di rumah Namine, aku melihat ke sekeliling rumahnya, ada banyak pohon dan bunga, juga kolam kecil. Namine membuka pintu rumahnya, dan aku dipersilahkaan masuk.

"Rumahmu besar ya"
"Kamu terlalu memuji Roxas"
"Benar kok , rumahmu besar dan luas"
"Sini, aku pertemukaan kamu dengan orangtuaku"

Di ruang tamu, aku melihat ayah dan ibunya Namine, mereka berdua sedang membaca buku. Namine menghampiri orangtuanya dan memegang tangan ayah dan ibunya.

"Namine, ada apa?"
"Ini lho bu ayah, ada Roxas"
"Roxas? Wah sudah lama tidak bertemu dengannya"

Ibu dan ayah Namine menghampiriku dan mengajakku duduk, rasanya aku akrab dengan mereka, senyumaannya, cara bicaranya, sepertinya aku mengenal mereka, hanya aku lupa. Mereka siapa? Mengapa rasanya aku familiar?

"Roxas, apakah kamu sudah megingat kami?"
"Kalian?"
"Ya, benar"
"Aku sepertinya mengenal wajah, dan cara bicara kalian, hanya aku lupa nama kalian"
"Oh, ternyata kamu belum ingat ya"
"Aneh…Sebenarnya ada apa?"
"Roxas, kamu kenapa? Kok bengong?"
"Tidak,tidak"
"Coba, tante tanya, siapa nama keempat temanmu?"
"Ada Riku, Sora, Ventus, Kairi"
"Oh, bagus lah, ingatanmu lumayan pulih"

Aneh, sebenarnya apa yang terjadi padaku? Memang, ada apa dengan ingatanku? Apa ada yang salah dengan ingatanku? Rasanya, begitu misteri.

"Tante, om, saya pamit pulang dulu ya"
"Oh ya, nanti main lagi kesini ya, Namine ayo bantu Roxas"
"Baik bu"

Namine memapahku pulang ke rumah, sesampainya aku didepan pintu rumah, Namine langsung pergi. Aku memencet bel, lalu ibu membukakan pintu.

"Akhirnya kamu pulang juga, sudah makan belum?"
"Sudah tadi di rumah Sora"
"Baguslah, ayo masuk"

Semakin lama aku semakin bingung, sebenarnya ada apa denganku, mengapa aku berjalan dengan tidak normal? Mengapa orang-orang yang sepertinya ku kenal tidak ku kenal? Ini misteri, aku akan memecahkannya.

Bersambung…

A/N : Nih cerita dah lama dibuat, tapi baru kelarnya sekarang haha. RnR :D, mohon kritik & saran