PENGAKUAN

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Drama, Friendship

Character : SasuSaku, NaruHina, SaIno, NejiTen, ShikaTema, Gaara, Sasori, Itachi, dll

Warning : Gaje, Abal, warning, bahasa kurang baik, tidak sempurna, dll

Hallo, minna…

Perkenalkan aku author pendatang baru , tapi salah satu reader stock lama…haha *emang barang!* Ada yang kenal pen-nameku 'De'angelofKeyQi' ini gak ? Atau yang hampir seperti itu ? *lirik-lirik pen-name sendiri* Kalau ada jangan sungkan untuk bilang ya… hahaha

Aku adalah fans fanatiknya Sasuke dan Sakura, udah jelas! Mereka is the best deh ! Mereka adalah pasangan yang cocok dan serasi, seperti black n white yang saling melengkapi. Pokoknya pasangan yang cocok n best deh !

Oh yha, This's mY first fict. Udah lama sich mau coba publish, tapi ragu banget . Aku juga takut. Enggak tahu kenapa. Takut dimakan kali ya..

Udah dulu deh bacotnya, selamat membaca dech… Kalau ada saran yang membangun dengan senang hati aku terima…

OK, Let's Go…

"Aww…Hey, apa yang kau lakukan, hah ? Ck, sakit tahu!", teriak seorang gadis berambut merah muda –setengah meringis- sembari mengusap bahu sebelah kanannya yang berdenyut sakit karena tertubruk dinding dibelakangnya. Gadis itu menatap tajam penuh amarah pada seseorang dihadapannya, yang ternyata penyebab dari kemarahan sang gadis. Seseorang yang ternyata adalah seorang pemuda tampan dengan rambut hitam legam –yang sedikit mencuat keatas- itu hanya memandang sang gadis dengan tatapan datar, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Hn, aku hanya ingin bicara padamu, Pinky!", pemuda itu berkata dengan tenang.

"Iya, tapi tidak harus dengan cara kasar sepert- tunggu, kau bilang apa tadi ? Kau biLang Pinky? PINKY ? Huh, dasar pantat ayam tidak sopan! Berani-beraninya kau mengataiku Pinky. Ya walau rambutku berwarna pink, tapi tidak seharusnya kau mengejekku,bukan?"

"Ck, kau sendiri juga, kenapa kau mengataiku pantat ayam,eh ?", pemuda yang dipanggil 'pantat ayam' itu menghela nafas, "Hn, sekarang kutanya, apa maksudmu menudingku memecahkan guci kesayangan Tsunade,eh?"

"Kau bertanya 'apa maksudmu' padaku? Bukankah itu kenyataannya. Kau memang memecahkan guci itu,bukan? Kau masih mau menyangkalnya,eh ?", sindir gadis manis itu tajam.

"Itu tidak sepenuhnya kesalahanku. Itu juga kesalahanmu! Aku tidak sengaja menjatuhkan guci itu akibat ulahmu yang mendorongku. Dan kau juga harus mendapatkan hukumannya!"pemuda itu tak mau kalah.

"Huh! Aku tidak mau".

"Harus!"

"Tidak"

"Harus!"

"Tidak. Kubilang tidak, ya TIDAK!"

"Hh…", pemuda itu menghela nafas sejenak, "Jadi apa maksudmu melakukan semua ini, hn ? Apa aku punya salah, hm ?"

"Eh ? Kukira kau tidak bodoh, Uchiha. Kau tidak ingat, atau memang pura-pura tidak ingat,hah ?", sindir gadis manis itu . Dia berusaha untuk tidak memukul wajah tampan dihadapannya itu.

"Hn? Apa maksudmu, Haruno?", pemuda yang dipanggil Uchiha itu menatap bingung pada gadis Haruno itu.

" . . ", gadis dengan nama lengkap Haruno Sakura berkata dengan penekanan disetiap kata-katanya.

Masih dengan tatapan bingung –walau yang terpampang diwajahnya adalah tatapan datar-, Sasuke terdiam. Mungkin dia berpikir?

Sesaat kemudian sudut kanan bibir tipisnya terangkat, menampilkan seringai liciknya –yang sungguh terlihat sexy- itu . Dengan langkah yang terkesan tenang, dia mendekati Sakura –masih dengan seringai menyebalkan itu- lebih dekat. Sakura mendelik tajam pada onyxnya. Kedua tangan Sakura terangkat menahan dadanya untuk menciptakan jarak antar tubuh mereka, walau itu sia-sia. Sekarang, Sasuke benar-benar terlihat menyebalkan untuk Sakura. 'Benar-benar menjijikkan', batin Sakura.

Dengan satu gerakan, kini Sasuke sudah berada didepan Sakura. Bahkan tubuh mereka tidak berjarak lagi, jika Sakura tidak menahan dadanya dengan kedua tangan mungilnya. Perlahan, Sasuke mendekatkan wajah tampan – lebih tepatnya bibirnya- ketelinga Sakura. Kemudian membisikkan kalimat yang membuat tubuh Sakura menegang seketika.

"Ah..maksudmu tentang ciuman kita waktu itu, Cherry ?",bisiknya mesra ditelinga Sakura. Sakura sedikit merasakan perasaan geli, akibat desah nafas hangat Sasuke ditelinganya. Tiba-tiba tubuhnya menegang, karena tanpa ragu Sasuke menggigit cuping telinganya.

"Nggh..", erangan kecil tanpa sengaja keluar dari bibir tipis Sakura. Percaya tidak percaya, ternyata Sasuke melakukannya karena dia tidak tahan melihat wajah polos Sakura dari dekat. Rasanya dia ingin memakan Sakura, sangkin gemasnya pada Sakura.

FLASHBACK

Sakura berjalan dengan sedikit tergesa. Dia ingin segera sampai ketempat tujuannya. Hari ini dia ada janji untuk bertemu dengan Ino, Tenten dan Hinata dicafe favorit mereka, "Love Café". Kali ini mereka berkumpul untuk mengerjakan tugas kelompok mereka dan jika tak salah ada yang ingin dibicarakan oleh sahabat-sahabatnya itu. Tapi sungguh, Sakura penasaran dibuatnya. Tak berapa lama, akhirnya Sakura tiba dicafe itu. Sakura segera melangkahkan kakinya memasuki cafe tersebut. Sejurus kemudian, dia telah duduk di salah satu meja yang terletak paling sudut sebelah timur ruangan dekat jendela –tempat duduk favorit mereka- cafe.

"Ck, dasar Ino-pig tidak sopan. Padahal dia sendiri yang menelponku agar tidak terlambat. Dia sendiri ? Hah..", gerutu Sakura kesal. Pasalnya saat dia sedang mencuci piring, sahabatnya yang cerewet -ups.. sorry Ino- itu menelponnya dan mengingatkan Sakura agar tidak terlambat sambil tak lupa memberi embel-embel kecerewetannya pada Sakura. Eh gak taunya dia sendiri yang terlambat. Dasar, benar-benar ciri sahabat yang baik.

Tik

Tik

Tik

20 menit telah berlalu.

Namun, tak ada tanda sahabat-sahabatnya datang.

30 menit.

Sakura mulai bosan. Diliriknya jam tangannya dengan sebal. Hah….

45 menit.

Sakura mencoba bermain game diponsel flip pink miliknya.

55 menit.

Tidak jadi datangkah ?

68 menit.

Gantian dikeluarkannya novel "My rival" pinjaman perpustakaan sekolah yang kebetulan sedang dibawanya hari ini.

86 menit.

Sakura mendengus. Sumpah, dia sudah jenuh dan amat bosan. Pinggangnya mulai ngilu karena kelamaan duduk. Kakinya terasa kebas. Apa-apaan sich mereka ? Rasanya Sakura ingin menangis sekarang juga.

Atau mereka lupa ?

Lagi, 145 menit berlalu.

Jangan-jangan mereka mau mengerjai Sakura lagi ?.

Satu setengah jam pun terlewatkan.

Satu jam lewat 46 menit.

Sakura mulai mengepalkan tangannya.

Akh, Sakura mencoba bersabar, walau sebenarnya dia sudah bosan dan mulai merasa sangat kesal. Terlihat dari wajah putihnya yang memerah menahan marah dengan kening berkerut 3 lapis.

"Permisi Nona, anda ingin pesan sesuatu ?", suara seorang pelayan menyadarkan Sakura dari pikirannya. Segera ditolehkannya kepalanya kesamping, dan dilihatnya seorang gadis berambut coklat sedang tersenyum ramah padanya sambil memegang sebuah notes kecil beserta pena dikedua tangannya.

Sakura menatap si pelayan sebentar. Apa salahnya pesan sesuatu dulu?. Lagian dia sudah haus. Dia juga merasa pusing sekarang, entah kenapa. Dadanya terasa panas dan sesak. Mata emeraldnya terasa panas. Apa karena menahan amarah dan kesal ?

"Ehm.. Aku pesan-", ucapan Sakura terpotong saat mendengar suara orang yang dikenalnya.

"Maaf kami terlambat", ucap seorang gadis dengan dua cepol dirambut coklatnya sambil ngos-ngosan. Terlihat seperti- habis berlarikah ?

"Ya.. Ma-maaf Sakura-c-chan", sambung suara lembut gadis lainnya. Gadis dengan rambut indigo itu tersenyum canggung menatap Sakura.

Suara itu… Mengambil nafas yang entah kenapa terasa mencekat, Sakura menggeram. Terlihat dari rahangnya yang mengeras. Hinata dan Tenten yang tak sengaja melihatnya tersentak. Wajah Sakura terlihat merah dan kusut. Sungguh mereka takut Sakura marah.

"Hm, tak apa", tanpa menatap mereka, Sakura menjawab dengan cuek. Kedua gadis itu semakin merasa tak enak padanya, walaupun begitu mereka tetap duduk dimasing-masing kursi yang tersedia.

"Sorry jidat, aku terlambat", seorang gadis dengan rambut pirang yang dikucir kuda langsung duduk dikursi yang berhadapan dengan Sakura . Dengan santainya dia berkata 'maaf' tanpa sadar seseorang yang dia maksud sedang menahan amarah dan kekesalannya.

"Aku pesan moccachino 1 dan chocolate brownis cake 1. Itu saja dan terima kasih.", ucap Sakura datar mengacuhkan Ino yang berbicara padanya.

Setelah mengulang pesanan -termasuk pesanan ketiga lainnya- itu, sang waitress pun meninggalkan meja mereka. Suasana pun mendadak hening setelah kepergian sang waitress. Tampak ketiga gadis yang terlambat tadi gelisah sambil sesekali menatap Sakura. Sakura ? Tentu saja tak ingin melihat wajah-wajah itu, hatinya terasa ngilu dan perih. Rasanya seperti ingin menahan tangisannya. Emeraldnya tetap terpaku pada jendela disamping kanannya yang menyajikan pemandangan jalan kota yang terlihat ramai, tak ingin menghiraukan mereka-Ino, Hinata, dan Tenten-.

"Kau marah ?",Ino memastikan. Sedang Tenten dan Hinata turut mendengarkan, penasaran akan jawaban Sakura. Sakura terdiam sejenak.

"Tidak",jawabnya tetap tanpa melihat ketiga temannya. Dia lebih memilih melihat keadaan diluar café dibanding para sahabatnya.

"Marah", sambung Tenten.

"…."

"Tidak"

"Emosi",Hinata angkat bicara.

"Nggak"

"Kecewa"

"Nggak"

"Pasti"

"Hm"

"Yes"

"No"

"Yes"

"No"

"Iya", seru ketiganya kompak.

BRAKK.. Sakura memukul meja keras. Wajahnya merah padam. Kesabarannya telah habis. Bisa-bisanya mereka memancing amarahnya ketika dia masih mencoba tenang. Alhasil ? Dia BENAR-BENAR marah. Ditatapnya Ino, Hinata, dan Tenten tajam. Emerald itu begitu dingin , mengisyaratkan perasaan benci. Benci karena merasa dipermainkan.

"Ok Fine. Aku marah. Aku Kecewa. Aku Kesal. Aku capek. Aku sebal. Dan Aku ngambek sama kalian. PUAS ?",akhirnya Sakura mengeluarkan semua kekesalannya. Ya tentu saja dengan suara yang sedikit keras dan begitu dingin. Ino, Tenten, dan Hinata terlonjak kaget melihat Sakura marah besar.

Mereka tidak habis pikir, semenyeramkan inikah jika Sakura mengamuk? Semua pengunjung pun menatap kearah meja mereka dengan pandangan aneh dan heran. Gerakan sang waitres yang semula ingin meletakkan pesanan mereka pun terhenti. Untung saja tidak tertumpah saking kagetnya. Dengan takut-takut, diletakkannya pesanan keempat gadis itu diatas meja, sesekali melihat raut wajah keempatnya.

Terlihat Sakura memejamkan mata sambil mengatur nafasnya yang tidak stabil. Masih dengan nafas naik turun, Sakura menatap tajam ketiga sahabatnya satu persatu. Yang ditatap meneguk ludah dengan susah payah. Mereka merutuki kelakuan mereka yang semakin memancing emosi Sakura.

"Aku… Aku lelah. Lelah menunggu kalian. Kalian terlambat itu tak masalah. Tapi ini , aku menunggu selama hampir 2 jam. Aku bosan. Aku seperti gadis bodoh, asal kalian tahu. Selama itu pula aku selalu meyakinkan diriku untuk mencoba bersabar dan tidak marah pada kalian karena kalian adalah sahabat terbaikku…", Sakura berkata lirih namun syarat akan ketegasan.

Ketiganya tertegun mendengar kata 'hampir 2 jam' dan 'sahabat terbaikku' dari bibir Sakura. Rasa bersalah itu pun semakin besar. Apalagi saat mengingat seberapa antusiasnya mereka mengatakan pada Sakura untuk tidak terlambat sedikit pun -dan memang berencana mengerjai Sakura tentunya-. Dengan nada sedikit mengancam pula? Oh God, rasanya mereka lebih memilih ditimpuk pake es batu 2 kilo daripada melihat Sakura mengamuk.

"Aku.. Aku bahkan tidak sempat memberikan tugasku pada Kurenai-sensei hanya untuk membela-belain datang secepatnya kesini. Apa kalian tahu bagaimana perasaanku ? Hah ?".

"Maafkan kami Sakura, kami benar-benar minta maaf. Mereka tidak bersalah. Akulah penyebabnya. Aku hanya iseng ingin mengerjaimu. Aku yang memaksa Tenten dan Hinata untuk mendukung rencanaku. Maafkan aku. Aku hanya bercanda. Maaf, Sakura", Ino memberanikan diri mengakui kesalahan terbesarnya. Dia tak menyangka Sakura akan marah separah ini. Aku memang sudah keterlaluan, pikirnya-Ino-.

Sakura terpaku. Otaknya mencoba mempertegas kata "iseng", "ingin mengerjaimu", "rencanaku" dan "hanya bercanda" tadi. Dia tak menyangka Ino akan setega itu padanya. Tapi bercanda itu ada batasnya bukan ?

Mengepalkan tangannya, Sakura menatap sendu Ino, "Bercanda? Bercanda katamu..",air mata yang sedari tadi ditahannya akhirnya mengalir dari sudut mata kanannya. Semua –Ino, Tenten, Hinata- dan tak terkecuali sang waitress terbelalak kaget melihatnya.

"Kau keterlaluan. Kalian tega…", Sakura segera berdiri dengan emerald yang masih mengalirkan airmata dengan deras,"Aku capek. Aku mau pulang. Permisi", ucapnya pelan.

"Nona, pesanannya-", ucapan waitress itu terhenti saat Sakura meletakkan sejumlah uang diatas meja. Sembari membalikkan tubuhnya , tangan Sakura menutup mulutnya menahan isak tangis yang ingin keluar. Dengan langkah sedikit gontai dia berlari menuju pintu keluar café, ingin segera pulang. Kakinya terasa lemas seketika. Entahlah, dia tak tahu apa penyebabnya. Tak peduli semua orang akan menatapnya dengan pandangan yang bermacam-macam. Yang dia tahu, dadanya seperti ditusuk-tusuk pisau tak kasat mata. Dia ingin secepatnya pulang.

Ino, Tenten, dan Hinata terpaku. Tubuh mereka begitu terasa sulit untuk digerakkan, bahkan untuk menahan Sakura. Kepala mereka bagai tertimpa batu besar yang begitu menyakitkan saat mendengar semua ucapan Sakura. Apalagi melihat Sakura menangis. Rasa bersalah itu semakin menjadi. Sahabat seperti apa yang tega berbuat seperti itu pada sahabatnya sendiri. Mereka sahabat terburuk yang pernah ada, pikir ketiganya – Ino, Hinata dan Tenten-.

Ino terdiam kaku. Sedang Tenten memeluk Hinata yang menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

BRUKK

Sakura jatuh. Karena sibuk melangkah terburu-buru sambil menangis, Sakura tak memperhatikan jalannya. Masih dalam keadaan terduduk, dia tetap menangis sambil menunduk. Dia tidak peduli. Biarlah orang-orang yang melihat menganggapnya orang gila. Dia juga tidak mempedulikan siapa yang dia tabrak, marahkah orangnya, bahkan untuk meminta maaf sekalipun. Biarlah dia menangis dalam keadaan yang memalukan, yang penting dia bisa meluapkan semua emosinya. Hanya itu.

"Sakura…", suara baritone itu terdengar menyapa dirinya. Tapi sepertinya Sakura tidak berniat menatap seseorang itu. Dia tahu, bahkan hafal suara itu. Suara seseorang yang entah kenapa terasa menenangkan hatinya. Dia ingin sekali melihat pemuda itu. Tapi kakinya terasa tak sanggup berdiri.

Sebuah tangan kekar terulur didepan wajahnya. Berniat membantu Sakura bangkit dari acara duduknya itu. Sejenak Sakura hanya memandangi tangan itu, kemudian ragu-ragu menyambutnya. Seketika aliran listrik mengalir dalam darahnya, menghasilkan sebuah perasaan yang nyaman. Tangan itu sangat hangat bagi Sakura. Dengan perlahan, dia mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah sipemilik tangan hangat tersebut.

"Sa-suke…", Sakura berujar lemah, hampir seperti bisikan. Tapi masih dapat didengar oleh Sasuke. Sasuke tampak terkejut saat melihat wajah Sakura terlihat kusut, pakaiannya berantakan, terlebih emerald yang indah baginya itu-walau mereka menganggap satu sama lain sebagai rival- kini mengalirkan airmata yang deras.

Sasuke tahu, Sakura punya masalah yang berat. Selama ini dia tidak pernah melihat Sakura separah ini jika punya masalah yang enteng.

"Kau- tak apa ? Apa yang terjadi ?", intonasi suara baritonenya tetap datar dan tenang, tapi sarat akan kekhawatiran. What? Sasuke Uchiha khawatir ? Pada Perempuan ? Sakura, yang selalu dijahilinya dan diganggunya itu ? Bersiaplah, dunia akan kacau.

Tanpa sadar, tangannya bergerak menghapus airmata gadis manis itu kemudian merangkul Sakura dalam pelukannya. Sakura tersentak, merasa kaget karena pemuda dihadapannya berani memeluknya. Tapi kenapa dia tak mampu menolaknya ?

Untuk beberapa saat Sakura terdiam, tapi tiba-tiba tangannya mendorong tubuh tegap Sasuke hingga terlepas dari tubuhnya. Sasuke tentu saja kaget kenapa gadis itu memberontak.

"Kau tak usah mempedulikan aku", suara itu terdengar sinis.

"Kenapa ? Apa ada yang salah ?"

"Tidak. Tidak ada"

"Lalu ? Kenapa kau menangis ? Kau ada masalah ?"

Sakura terpaku. Kenapa ? Kenapa pemuda ini tiba-tiba peduli padanya ? Apalagi khawatir dan terlihat mencemaskannya. Tak dapat dipungkiri, Sakura merasa hangat dan senang. Tapi…

"Itu bukan urusanmu", ucapnya ketus.

"Sakura, kau-",ucapan Sasuke terhenti karena tiba-tiba Ino, Hinata, Tenten dan dengan tambahan Naruto, Neji dan Sai datang menghampiri mereka. Sasuke dan Sakura menoleh, tapi selanjutnya Sakura membuang mukanya kearah lain.

"Sakura..", suara Ino memanggil nama Sakura. Sakura menegang mendengar suara itu. Suara seseorang yang tak ingin didengar dan ditemuinya saat ini. "Sakura, kami ingin min-"

"Huh, ingin apa ? Ingin minta maaf, eh ?", Sakura berkata sarkastik dengan pandangan menatap lurus Sasuke , dengan pandangan sinis. Semua-tak terkecuali Sasuke- tersentak mendengar nada datar tapi dingin itu keluar dari bibir mungil Sakura. Terlebih Sasuke, dia tertegun dan tak menyangka Sakura bisa terlihat dingin. Dan apa-apaan pandangan emerald itu ? kenapa emerald itu terlihat begitu tajam, sinis, angkuh, dan…. Kecewa ?

"Sakura, tolong dengarkan dulu. Kami benar-benar minta maaf. Kami salah. Dan kami menyesal telah membuatmu kecewa dan marah. Aku tak berniat melukaimu. Kami mohon maaf. Terlebih aku, aku hanya bercanda, Sakura. Tolong maafkan aku, maafkan kami!", Ino berusaha mendapatkan perhatian Sakura. Sungguh, hatinya sedih saat tahu Sakura bahkan tak ingin melihatnya sedikitpun.

Menghela nafas keras, Sakura menatap Ino dengan datar, bibir mungilnya berkata tajam, "Kukira kau sahabat yang baik dan pengertian, sampai-sampai rela melukai hati sahabatmu sendiri. Dan hei- apa kau tahu Ino, kau sungguh memuakkan. Aku sampai bosan melihat wajah sok bersalahmu itu !"

Ino menegang. Dia shock saat mendengar ucapan tajam yang terlontar dari bibir mungil Sakura, begitupun semua yang ada disana.

"Sakura, aku-"

"Satu lagi. Sebaiknya kau simpan saja kata 'maaf'mu itu didalam brankas. Jadi saat kau melukai hati orang lain lagi, kau bisa mengucapkannya kembali", ucap Sakura tanpa perasaan dengan pandangan menatap Sasuke datar dan dingin. Dia juga tak menyangka, dia tega mengucapkan kalimat itu. Tapi dia mencoba bersikap angkuh untuk menutupi kepedihan hatinya.

"Sakura, kumohon…dengarkan aku. Aku tak bermaksud-", Lagi-lagi ucapan Ino terpotong

"Apa ? Kau ingin bilang kau tak bermaksud menyakitiku ? Hah, konyol. Ino, jujur saja saat ini aku tidak ingin melihatmu. Aku takut aku akan termakan kata-kata sialmu, dan membuatku memaafkanmu. Dan kau tahu, pastinya aku akan menjadi gadis bodoh dan tolol lagi. Sekarang aku ucapkan selamat, karena kau-kalian semua membuatku hancur dan hina. Kalian memang sekumpulan manusia kotor-"

PLAKK

Ucapan Sakura seketika terhenti saat merasakan pipinya memanas akibat tamparan sebuah tangan. Dia tak menyangka, bahkan tak percaya Sasuke setega itu menamparnya. Sekali lagi, MENAMPARNYA! Ya, Sasuke menamparnya. Pemuda yang berarti baginya-entah sejak kapan- berani menamparnya. Dihadapan semua orang-bahkan sahabatnya. Kenapa ? Sebenarnya yang salah disini siapa ? Kenapa Sasuke membela Ino yang jelas-jelas bersalah ? Apa Sasuke menyukai-

"Kau keterlaluan. Kau sungguh kurang ajar, Sakura. Sakura yang kukenal tidak akan berkata sekasar itu. Kau seharusnya memaaf-", kata-kata Sasuke terhenti seketika saat Sakura menatapnya dingin tapi sarat akan luka. Dia tersadar bahwa dia sudah melakukan kesalahan besar. Dia telah menyakiti hati gadisnya.

"Kau..membela-nya ?",Sakura bisa merasakan suaranya tercekat. "Kau-…. Arigatou… Kau- kalian semua memang brengsek..", suara itu terdengar pilu, namun terkesan dingin dan menusuk.

Sakura segera membalikkan tubuhnya setelah sebelumnya menatap mereka- terutama Sasuke sekilas. Dia melangkah dengan cepat-hampir berlari-, meninggalkan teman-temannya yang terpaku kaku. Meninggalkan Sasuke dengan perasaan sesak dan penyesalan teramat dalam pada gadisnya. Ya, Sakura gadisnya. Gadis yang begitu dicintainya. Begitu pula, hati mereka merasakan perasaan yang teramat sakit, mendengar nada penuh luka dari bibir Sakura.

BRUKK

Tubuh Sasuke jatuh terduduk dengan lemas. Lututnya seakan tak kuat lagi menopang berat tubuhnya. Terlebih beban yang terasa menyesakkan dihatinya. Bibirnya membisu, tak mampu berucap. Suaranya seakan hilang , seolah ikut pergi bersama Sakura meninggalkannya. Sasuke menyesal. Sasuke merasa sangat bersalah. DIA MENYESALI SEMUA PERLAKUANNYA PADA SAKURA.

Ino menangis dalam diam, dengan Sai yang memeluknya. Tenten terpaku disamping Neji yang menatapnya prihatin. Sedang Naruto segera merengkuh tubuh mungil Hinata yang bergetar karena menangis histeris kedalam pelukannya, dengan pandangan mengarah kearah Sasuke, menatap dengan pandangan pilu pada sahabat emonya itu. Naruto tahu, Sasuke menangis dalam diam, menatap kepergian Sakura.

To Be Continued

_De'angelandkEiQy of SasuSaku_