THE LITTLE HOMELESS KID

PART 1 : WHAT'S YOUR NAME?

SEVENTEEN & VIXX FIC

GS FOR UKE

GENRE : FAMILY, PROB ROMANCE IN THE FUTURE

DLDR

ENJOY…

.

Hujan turun deras jumat sore itu. Membasahi kota yang sebelumnya diterpa panas matahari terik. Sebagian orang bersyukur, setidaknya suhu udara menjadi lebih dingin. Sebagian lagi, kebanyakan pejalan kaki, mengutuk langit. Saat itu baru jam setengah 5, tapi langit sudah segelap jam 7 malam.

Seungcheol masih fokus dengan komputer di depannya. Tugasnya di kantor belum selesai, padahal dia sudah merindukan kasur di rumah. Selesai mengetik semua tugasnya, dia menghela napas panjang. Dia bersyukur perusahaan tempat dia bekerja memperbolehkan karyawannya pulang jam 4 sore. Merenggangkan tangannya sedikit, dia kemudian berdiri dan merapikan mejanya.

"Udah mau pulang? Katanya mau lembur," kata temannya yang juga sedang membereskan barang-barangnya.

"Besok aja deh, Jun. Terlanjur males,"

"Kebiasaan nunda melulu." Junhui mengejek, melewati meja Seungcheol sambil meninju lengan Seungcheol perlahan.
"Lagipula besok kan libur,"

"Ada janji sama pacarmu, ya, sampai buru-buru begitu," Seungcheol mengejek

"Kau tau Minghao sulit diajak kencan, kesempatan seperti ini tidak boleh sampai batal," Junhui kemudian meninggalkan ruangan itu.

Seungcheol hanya mendengus, dalam hati iri. Padahal Junhui lebih muda satu tahun darinya yang berumur 24, tapi dia malah belum punya pacar. Selesai membereskan mejanya, dia mengenakan long coatnya, lalu keluar menuju mobilnya. Tubuhnya lelah sekali, ia ingin segera pulang. Di perjalanan pulang, dia sempat berhenti di bakery favoritnya. "Sudah lama tidak beli, pasti enak makan sambil minum coklat nanti di rumah," pikirnya.

Keluar dari bakery, dia membuka payungnya lalu berjalan menuju mobilnya. Sebelum masuk, dia melihat ke seberang jalan, ada halte disana. Halte itu kelihatan sudah rusak dan tidak terpakai, tetapi dia melihat seseorang disana. Air hujan yang terus turun membuat pandangannya tidak jelas, tetapi dia bisa lihat, seorang anak kecil sedang berteduh di sana.

Seungcheol terdiam, entah kenapa. Kakinya mulai melangkah menyeberangi jalan raya itu. Entahlah, ada sesuatu dalam hatinya yang membuatnya mau menghampiri anak itu.

Seungcheol bisa melihat, anak itu berpakaian lusuh. Dia duduk dengan paha menempel ke dada, dengan satu potong kain yang basah dia berusaha menyelimuti tubuhnya yang menggigil. Anak itu mendongak, kaget melihat Seungcheol disitu.

Seungcheol merogoh kantung celananya, mengambil beberapa lembar uang, menyerahkannya pada anak kecil itu. Anak itu tampak ragu, tetapi kemudian mengambil uang itu dari tangan Seungcheol. "Terima kasih," anak itu bergumam. Seungcheol tersenyum, lalu berlutut, "Kau selalu ada disini?" Anak kecil itu mengangguk. "Kau sudah makan?" dijawab dengan gelengan, "Kau mau roti? Aku punya beberapa," dia diam, lalu mengangguk ragu.

Seungcheol tersenyum, lalu berdiri. "Tapi makannya jangan disini, kau akan kedinginan," dia berpikir sebentar, lalu melepas long coat nya. "Kemari," anak itu berdiri, lalu tubuhnya diselimuti Seungcheol dengan longcoatnya.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" Anak itu diam, tidak mau menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya. "Umurmu berapa?" tidak dijawab lagi. Seungcheol menbuang napas panjang, "Namaku Seungcheol, kau panggil aku Seungcheol hyung saja ya," dia mengangguk. Seungcheol pun menggendong tubuh kecil anak itu lalu membawanya ke mobil. Menyalakan mobilnya, lalu menyalakan penghangat udara.

Dia mengambil roti yang tadi dia beli, lalu menyerahkannya ke anak itu. Anak itu memperhatikan roti yang diberikan padanya dengan ragu. "Ada apa?"

"Apa kakak akan memukulku nanti kalau aku makan?" Seungcheol kaget dengan pertanyaan anak itu.

"Tentu saja tidak, aku sukarela kok," anak itu akhirnya mengambil roti dari tangan Seungcheol, kemudian memakannya dengan ragu. Tetapi setelahnya, dia menghabiskannya dengan cepat. Lambungnya kosong sejak pagi, jelas saja dia lapar.

"Terima kasih, hyung," Seungcheol tersenyum membalasnya.

"Aku... bagaimana membuka pintunya, hyung?"

"Untuk apa?"

"Aku ga mungkin tinggal di mobil hyung kan?"

Sebetulnya Seungcheol dari tadi memikirkannya selama anak kecil itu makan. Dia tak mungkin membiarkannya kembali ke halte itu, dia tak sekejam itu. Kalau membawanya pulang, sebenarnya bisa saja, toh dia juga tinggal sendirian. Atau membawanya ke panti asuhan? Memang ada di kota ini?

"Bagaimana kalau kau ikut kakak ke rumah kakak saja?" Seungcheol menawarkan.

Anak itu tampak takut, "Tidak mau."
"Kenapa?"
"Aku tak mau dipukuli lagi," dia terisak.

'Lagi?' Seungcheol bingung. 'Berarti dulu dia sering dipukul seseorang, dong. Tapi siapa? Masa orangtuanya'

"Tidak ada, kok. Hanya ada aku di sana. Lagipula kau pasti masih lapar kan? Rumahku juga hangat," Seungcheol berusaha berbicara dengan nada sebaik mungkin. Anak itu nampak berpikir, lalu mengangguk kecil. Seungcheol tersenyum, kemudian menjalankan mobilnya.

Seungcheol tidak bisa memasak, mentok-mentok goreng telur untuk sarapan atau makan dengan nasi. Jadi mereka beli makanan di restoran fast food, drive thru.

"Kau mau beli apa?" Seaungcheol bertanya. Anak itu bingung, dia tidak pernah membeli makan seperti ini.
"Tidak tahu,"
"Kalo gitu aku yang pesankan saja ya,"

Sampai di rumah Seungcheol, hujan berhenti turun. 'Syukurlah,' pikirnya.
Dia menggendong anak itu di tangan kiri dan menenteng tas juga makanan di tangan kanan.

"Kau mau mandi dulu? Biar badanmu bersih," tanya Seungcheol.
"Tapi aku tidak ada baju lagi hyung," Seungcheol menepuk kepalanya sendiri, dia baru sadar dia tak ada baju untuknya. Dia berpikir sebentar, kemudian mendapat ide.

"Untuk malam ini kau pakai bajuku tidak apa-apa, ya? Besok aku akan memberikan mu beberapa pakaian," anak itu mengangguk.

"Apa kau perlu ku mandikan?"
"Tidak usah,"
"Airnya hangat kok, kalau sudah selesai panggil saja aku," dia mengangguk

"Hei," Seungcheol memanggil anak itu lagi, " kau belum memberi tahuku siapa namamu."

Anak itu menghampiri Seungcheol, lalu menjabat tangannya, " Namaku Mingyu, 5 tahun, salam kenal, Seungcheol hyung." Seungcheol tersenyum, Mingyu kembali ke kamar mandi yang ada di kamar Seungcheol.

Seungcheol kemudian mengambil hpnya lalu menelpon seseorang.

"Halo?"
"Halo, Taekwoon hyung,"
"Kalo kau telpon biasanya mau minta sesuatu nih, apa lagi kali ini, hm?"
"Hehe, tau aja hyung. Itu, kau masih simpan baju-baju Wonshik saat dia 5 tahun ga?"
"Sepertinya masih, buat apa?"
"Aku butuh, hyung,"
"Aku tau kau butuh, kalo engga juga ga bakal nelpon. Tapi buat apa?"
"Ada saja, hyung. Jadi, besok aku bisa ambil kan?"
"Beritahu dulu buat apa,"
"Aish kau menyebalkan, ya ya kuberitahu" Seungcheol membuang napas panjang.

"Akutadimembawaanakkecilyangtidakpunyarumahkerumahkudanakubutuhpakaianuntuknya," Seungcheol berbicara dengan sangat cepat. Taekwoon terdiam di ujung telpon lainnya.

"Kau ini rapper ato sedang kumur-kumur,"
"Aku tadi membawa anak kecil yang tidak punya rumah ke rumahku dan aku butuh pakaian untuknya," ulang Seungcheol. Taekwoon terdiam lagi.

"Apa masih kurang lambat?"
"Tidak,"
"Kalo gitu jawab dong,"
"Aku hanya terharu kau bisa berbuat sedemikian baik,"
"Ayolah,"
"Bukannya besok kau kerja?"
"Besok libur, entah dalam rangka apa,"
"Yasudah, besok ke sini saja, biar kusiapkan baju Wonshik,tapi memang cukup di anak itu?"
"Semoga saja, badannya kecil sekali,"
"Coba saja besok di rumahku. Trus sekarang dia pake baju siapa?"
"Bajuku paling,"
"Lalu setelahnya bagaimana?"
"Apanya?"
"Besok hingga seterusnya apa dia akan tinggal di rumahmu terus?"
"Entahlah, mungkin iya. Aku belum memikirkannya,"
"Yasudah, besok ke rumahku. Dadah," panggilan itu diputus Seungcheol

"Seungcheol hyung," Mingyu memanggil dari kamar mandi. Seungcheol menghampirinya dengan handuk. Dia membawanya ke kamarnya lalu membantu Mingyu mengeringkan badannya.

"Aku tidak ada baju ukuran mu, jadi pakai kaosku sementara tidak apa apa ya?"
"Dalamannya bagaimana?"
"Sebentar ya, kucarikan yang ukurannya kecil,"

Mingyu terlihat seperti mengenakan daster dengan kaos Seungcheol. Dalamannya pun sebetulnya juga kebesaran, tapi dia tidak bisa mengeluh. Dia sudah merepotkan Seungcheol, jadi dia terima saja.

"Sekarang ayo makan, aku juga lapar."
Mereka makan di meja depan tv, karena meja makan yang Seungcheol punya terlalu tinggi.

Selesai makan, mereka menonton tv bersama, sebuah kartun. Mingyu tertawa sesekali saat menonton, Seungcheol yang melihatnya ikut bahagia.

"Mingyu sudah ngantuk ya?" Seungcheol melihat Mingyu yang menguap, lalu mengangguk.

"Tidak apa apa kan tidur bersamaku? Hanya ada 1 kamar disini," sebetulnya ada 2, tapi kamar satu lagi sangat kotor karena tidak ada yang menempati.

"Iya, hyung," Seungcheol menggendong Mingyu, kemudian menidurkannya di kasurnya lalu menyelimutinya.

"Selamat malam," ucap Mingyu pelan.

"Malam," Seungcheol kemudian keluar dari kamarnya.

Seungcheol jadi teringat pertanyaan Taekwoon tadi. Haruskan dia membiarkan Mingyu di rumahnya? Atau menaruhnya di panti asuhan? Dia tidak akan memilih pilihan ke 2, tapi dia kan bekerja, dia juga tidak ada pengalaman mengurus anak kecil.

'Yah, mungkin memang dia ditakdirkan disini'

.

"The world is full of kind people. If you can't find one, be one" itu yang dipercaya oleh Seungcheol, dan itu yang dia akan lakukan.

.

Cerita ini sebnrnya versi svt dari ficku di wattpad, judulnya sama, bedanya yg di wattpad characternya semuanya OC. Sejauh ini semuanya sama, tapi kemungkinan besar alurnya kedepan bakal beda.

Kritik dan saran sangat kuterima. Please review…

Thankyou…