Halo panda disini!

Panda lagi bikin gerakan otepe sendiri jadi kalau gasuka silahkan tekan tombol back.


saya gak punya vocaloid, yang punya pakde yamaha, om crypton- /udeh

.

.

.

Sepuluh

Bukankah waktu yang bagus untuk mengakhiri semuanya? Menuntaskan laga yang seharusnya usai sejak lama.

Proyektil diganti. Mereka saling berhadapan terpisah distan. Atmosfernya terasa berat saat itu. Ketika peluh meluncur di pelipis. Posisi yang tidak saling menguntungkan.

"Mati kau, penjahat."

"Kita lihat siapa yang mati duluan."

Sembilan

Andai saja mereka bisa memutar waktu. Hingga tak saling menodongkan senjata.

Delapan

Dari apa yang bisa mereka simpulkan; mereka tahu takkan pernah bisa berada di jalan yang sama. Kalaupun bisa, hanya satu yang akan tetap bertahan.

"Cinta? Kau membuatku tertawa, Yan He."

"He..apa semua polisi itu bodoh sepertimu, Yuu?"

Tujuh

Mereka pertama kali bertemu di sebuah kapal dari Tiongkok. Terlalu klise tapi begitulah adanya. Mereka berkenalan tanpa sengaja dan bertukar nomor. Berbincang sembari menunggu likuid kembali bergelombang mengantarkan pada destinasi.

Enam

Lalu mereka semakin sering membuat janji bertemu. Jalan bersama, makan bersama, hanya untuk mendapat senyum dari pasangan. Menjalin hubungan tanpa curiga.

Lima

Pagi itu mendung, lazuardi tak menampakkan diri.

Dan tak bisa ditampik kala Yuu melihat dengan mata kepalanya sendiri, saat Yan He menembaki tubuh ibunya berkali-kali.

Sakit.

Empat

Dia bertanya, mengapa?

Gadis Tiongkok lalu menjelaskan alasan keberadaannya di Jepang. Dia adalah pembunuh bayaran, dan kini tugas selesai walau kini berstatus buron. Ibu Yuu dibunuh karena dia saksi kasus narkotika yang menyangkut hubungan antar negara.

Tiga

Yuu kembali meyakinkan hatinya bahwa Yan He selalu menipunya selama ini. Berpura-pura mendekatinya untuk jadi kekasih dan memanfaatkannya.

"Aku baru tahu kau sejalang itu."

"Bayaranku mahal, kau tahu?"

Selongsong diputar.

Dua

Memang, gadis Tiongkok itu bukanlah orang baik. Memanfaatkan apa yang bisa dimanfaatkan sekalipun memakai perasaan.

Dia memang tukang tipu, tapi hati dan mulutnya terlalu kolot untuk mengaku. Bibir terkatup rapat, enggan mengutarakan apa yang ia rasakan pada Yuu selama ini ;bukanlah sebuah kebohongan.

Pelatuk ditekan.

Ia mencintai pemuda itu, apa adanya.

Satu

Hanya ada satu pemenang di antara mereka. Menyesap realita di depan mata, kala salah satu jatuh merenggang nyawa. Terasa sesak di bagian apa. Darah mengalir serupa lelehan lava, bau amis menguar kentara.

Entah menuju nirwana atau neraka.

Nol

.

Fin

Yak maap kalo aneh dan kecepetan. Hahahahaha biarkanlah saya berbahagia sendiri #woi

Makasih buat yang baca, maaf gaje. saya sedang memberi asupan pada diri sendiri tolong dimaklumi /woewoe

Panda Dayo, de wa.