Dirinya tidak pernah menyangka, bahwa dalam hidupnya akan berakhir berdiri di tempat seperti ini.
Baru saja ia diusir dari tempat laknat itu, Dirinya bersumpah bahwa malaikat tidak akan berpihak pada mereka yang memasukinya.
'Nightclub'
.
"Ya', cepat pergi dari sana!, Sebelum Kalian membuat keberuntungan Ku hari ini hilang."
Dengan gusar seorang pria tambun melempar kaleng soda kearahnya.
"Mianhamnida Ahjussi"
Anak 14 tahun itu berulang kali membungkuk, meski imajinasinya tengah kembali meneriaki dan memaki manusia kasar yang melemparinya itu. Tadi dirinya hanya berniat istirahat sejenak di teras itu, tapi malah mendapat perlakuan buruk dari pemilik tempatnya.
"Noona.."
Suara lelah didekatnya membuatnya meremang. Namja cantik itu –Yesung, tersenyum pada Namdongsaeng kecil di sampingnya.
"Henly-ya, sekarang Kita mau kemana? Huft~"
"Kita ke Appa"
Henry menjawab riang seraya meraih tangan kecil sang Hyung.
"Appa?"
"Hum~ Aku merindukan Appa"
Yesung meringis, bagian lain dalam dirinya meronta. Ya, Yesung juga merindukan sosok pahlawan baginya itu.
Yesung merapikan letak kotak biola di punggung kecil adiknya. Terlihat lucu sekali, ukuran biolanya tidak sepadan dengan tubuh adiknya. Jika sekarang mereka masih dalam keadaan seperti dulu, mungkin Yesung akan tertawa geli. Henry seperti di telan biolanya sendiri.
Yesung tersenyum sendu. Mengeratkan ranselnya kemudian menarik koper besar dibelakangnya.
"Baik, Kita ketempat Appa sekarang."
.
.
Kakinya gemetar, ketika berhasil berdiri di pagar tembok pembatas jalan. Dari sini ia bisa melihat mobil berlalu-lalang di bawah sana. Terlihat kecil seperti serangga yang bergerak teratur.
Kemudian memutar tubuhnya –berbalik, mengulurkan tangan kecilnya.
"Henly-ya, ayo naik !"
"Ye?"
'Hup'
Dengan sedikit kepayahan Yesung menarik tubuh Henry, bersamanya berdiri di pagar pembatas.
"Disini sangat indah bukan?"
"Indahnya.. indah sekali.."
Henry mengamati sekeliling takjub. Ekspresi bayi miliknya 6 tahun lalu setelah kelahirannya, masih melekat pada wajah kekanakan namja chubby itu.
Cahaya senja menerpa wajah keduanya. Satu persatu setiap bangunan dan gedung di bawah sana menyala. Dan akhirnya seluruhnya menjadi terang.
"Sekarang pejamkan matamu, rasakan aroma dan hembusan angin disekitar mu~"
Henry mengikuti pergerakan tubuh sang Hyung. Merentangkan kedua tangannya, menutup mata, dan menengadah kearah matahari.
Wajah cantik itu terlihat menikmati, Yesung menikmati.
"Noona? Aku sayang~~ Noona. Aku juga sayang Appa."
Bocah kecil itu tersenyum manis. Manis sekali.
"Henly, sekarang kita terbang dari sini !"
Masih dengan mata terpejam Yesung meraih tangan Henry yang masih larut dengan imajinasinya.
.
Burung gereja mengepakkan sayap-sayapnya terbang tinggi.
Matahari telah jatuh di langit barat. Cahaya jingga mendominasi sebagian bumi, menambah kesan mengagumkan pada sakura yang berterbangan gugur bersama terpaan angin.
.
.
Xxx
Mereka masih belia untuk sebuah rasa takut yang nyata. Rasanya baru tiga hari yang lalu Henry terjatuh saat berlatih naik sepeda bersama Ayahnya, menikmati aroma musim gugur dan bunga sakura, yang tidak biasa Ayahnya lakukan bersama mereka.
Kehilangan harta kekayaan, Ayah yang meninggal bunuh diri. Tidak lagi memiliki ibu sejak Adiknya lahir.
Yesung tidak ingin mempercayai bahwa sang Ayah yang menjaga mereka selama ini. Meninggalkan mereka dengan cara yang menyakitinya.
Xxx
.
.
'Henly-ya, Mianhae'
.
.
FIN
AN : Noona adalah panggilan kesayangan Henry untuk Yesung. Henry lebih suka kalimat 'Noona' daripada 'Hyung'.
Terinspirasi dari sebuah K-Drama.
"Zelfmoord"
Brothership 'Yesung – Henry'
Drable | DeathCara | Hurt - Comfort
Fan Fiction Written by ' Lawliet ' © 2013
.
.
Arigatou Gozaimasu . Mind to gimme feedback / review? ^^
