Naruto milik Masashi Kishimoto.
Prolog "My wish"
.
.
.
.
Sasuke dan Sakura duduk di bawah pohon yang sama. Kepala Sakura bersandar di bahu Sasuke dengan kedua tangan pemuda itu melilit perutnya posesif.
"Bagaimana menurutmu?" tangan Sasuke semakin erat memeluk Sakura.
Sakura sedikit mendongak menatap Sasuke yang juga menatapnya. "Apa?"
"Kisah kita," Sasuke mendaratkan ciuman manis di kening Sakura membuat gadis berrambut merah muda itu tersenyum dengan rona merah di pipi. "Seperti Romeo dan Juliet. Sama-sama tidak di restui orang tua dan klan kita saling bermusuhan."
.
.
My Wish Prolog.
.
.
.
.
Sasuke menidurkan Sakura di lantai kotor dan dingin gudang sekolah. Menatap sepasang emerald yang menatapnya tak mengerti, jari-jari panjangnya menyusuri kening turun ke hidung kemudian berhenti tepat di bibir gadis itu. "Kita harus melakukannya"
"Apa tidak ada cara lain Sasuke-kun?"
Sasuke menggeleng, "Hanya ini satu-satu nya cara." Dia menciumi setiap inci wajah Sakura intens "Dengan cara seperti ini mereka tidak mungkin bisa menolak."
.
.
.
.
My Wish Prolog.
.
.
.
Sakura menatap pria yang berdiri membelakanginya, nafasnya berat dan memburu karena marah.
"Aku akan menikah"
Jantungnya berpacu dengan cepat. Air matanya meleleh tanpa bisa dia cegah, hatinya sakit dan ngilu. Kenapa bisa seperti ini setelah dia memberikan semua yang dia miliki.
"Tapi bukan denganmu." Suara Sasuke tak sehangat dulu, suaranya dingin. Pria itu bahkan tidak mau menatapnya yang kini duduk bersimpuh dengan tangis yang semakin menjadi. "Tapi bagaimana dengan anak kita Sasuke-kun."
"Kalau kau tidak mau menanggung malu, Aku rasa kau cukup pintar untuk melakukan aborsi."
Sakura terpaku, tidak percaya dengan apa yang dikatakan pria di depannya, Aborsi? Bukankah pria itu pernah berjanji mau menikahinya, dan mereka melakukannya dengan tujuan itu bukan? Agar di restui dan menikah. Mengusap Air matanya kasar Sakura berdiri dan langsung menghampiri Sasuke. Dia menjambak rambut belakang Sasuke dan menendang tulang kering pria itu sekuat tenaga tanpa ada perlawanan. "Berengsek! Berengsek kau Sasuke!" Sakura sesenggukan hingga sulit menyelesaikan makiannya. Air mata mengalir deras membasahi pipinya. Tubuh itu begitu rapuh. Begitu Sakit, hingga siapapun yang melihatnya dapat merasakan hal yang sama. Sakit yang menyayat di hati dan sekarang meninggalkan luka menganga. Merasa kosong, tidak ada satupun yang bisa dia lakukan untuk mengobati rasa sakit itu. hampa dan hancur. "Apakah mencintai sesakit ini."
.
.
My Wish Prolog.
.
.
.
.
.
"Anak bodoh! Tidak berguna! Tidak tahu diri, tidak tahu malu!" Hashirama Senju menampar pipi putrinya sampai pipi gadis yang memeluk kakinya lebam dengan sudut bibir berdarah.
Sakura memeluk kaki Ayahnya semakin erat, tidak mengelak saat pukulan demi pukulan yang dilayangkan padanya, juga menjambak rambutnya sampai rontok. Ini salah dirinya yang terlalu naif dan bodoh. "Too-sama maaf." Suaranya bergetar, air mata kembali menitik. "Aku benar-benar minta Maaf..."
"Menyingkir!" Hashirama melepas paksa Sakura yang memeluk kakinya, gadis ini, gadis ini bukan putrinya lagi. Pria setengah baya itu menjambak rambut yang dulu pernah menjadi putri kembanggaanya, memaksa gadis itu untuk berdiri dan menatap emerald sayunya tajam. "Memang apa yang kau harapkan dari seorang Uchiha, Hah!?" Hatinya berdesir melihat gadis kecilnya menangis dan menyendihkan. Nafasnya memburu, dadanya sakit. Sepertinya penyakit jantungnya kambuh. Hashirama menarik nafas dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. "Tsunade,"
Wanita yang sejak tadi menangis itu mendongak dari dada bidang sang suami yang memeluknya, menatap Hashirama yang belum melepaskan jambakannya pada rambut Sakura. Air mata kembali menitik melihat wajah adiknya lebam dan kusam karena air mata.
Sakura mengisak, sesenggukan sampai sulit menelan ludahnya sendiri.
"Bereskan semua pakaian orang ini, usir dia."
Dia tidak bisa menahan raungan tangisnya. "Too-Sama. Aku mohon."
Mengabaikan raungan Sakura Hashirama berjalan menuju tangga. "Aku tidak mau melihat kotoran di rumahku." Dia menitikkan air mata di sudut mata dan berjalan menuju kamarnya.
"Nee-sama." Sakura memanggil kakaknya seolah meminta pertolongan. Mereka saling berpelukkan, tangis keduanya pecah.
.
.
.
My Wish Prolog.
.
.
.
.
"Kau tidak boleh ada di sini Nona, pergilah."
Sakura menahan pergelangan tangan pria berpakain formal yang mengusirnya. Penampilannya yang seperti gembel membuatnya diusir dari acara pernikan seseorang. "Aku tidak akan mengganggu, sungguh." Dia mencoba meyakinkan kalau dia bukanlah pengganggu. "Aku hanya ingin melihatnya."
Deru halus mesin mobil membuat Sakura menoleh. Dia tersenyum seraya menitikkan air mata melihat pria tampan bersetelan jas biru gelap keluar dari sana dan berjalan di atas karpet merah menuju altar. Pria itu menatapnya sejenak lalu kembali menatap lurus kedepan. Mengusap pipinya Sakura berkata "Bila suatu hari kita bertemu kembali, itu pun kalau aku masih bernafas. Aku harap hatiku sudah mati, dan perasaan ini mati bersamanya." Sakura kembali mengusap pipinya, apa dia terlihat sangat menyedihkan.
Pria itu menghentikan langkahnya. "Usir dia." Dan kembali melangkah saat mendengar suara dingin Madara yang memerintahkan orang-orang mengusir Sakura.
Sakura mengibaskan tangannya, "Tidak perlu." Dia menyeret kopernya susah payah meninggalkan kuil.
.
.
.
.
My Wish Prolog.
.
.
.
.
.
"Dia juga anakku, Sakura."
Sakura tertawa, "Sejak kapan? Jangan bercanda!"
"Sakura!" Sasuke tidak bisa menahan amarahnya, dia berteriak.
"Diam!" Sakura balas membentaknya. Sakura mengeratkan pelukkan pada anaknya yang kini menangis dalam pelukkannya. "Kau masih mengakuinya." Dan dia pun ikut menangis. Menciumi pucuk kepala belahan jiwanya. "Setelah apa yang kau lakukan."
.
.
.
.
My Wish Prolog.
.
.
.
.
"Kau sudah bangun?" Sakura mencium punggung tangan anaknya yang sejak tadi dia peluk. Senang sekali rasanya melihat belahan jiwanya membuka mata. Anak perempuan berusia sepuluh tahun yang terbaring lemah di ranjang pasien itu menatapnya sayu dan tersenyum. "Mama."
Air mata kembali menitik di pipinya yang kemudian di hapus ibu jari kecil bocah itu. "Maaf..." bisiknya parau. "Maaf karna tidak bisa menjadi ibu yang baik untukmu Sara. Maaf, maafkan mama."
OoO
"Hidupmu akan lebih baik bila kau tinggal dengannya" Sakura membereskan pakaian Sarada, memasukkan pakain bocah yang berranjak remaja itu ke dalam ransel.
"Mama."
"Kau akan lebih baik tinggal di sana. Rumahnya sangat besar, kau pasti suka, dan mereka juga pasti akan menyukaimu." Sakura tersenyum, senyum yang sangat menyakitkan yang membuatnya ingin muntah. Dia menitikkan air mata saat satu-satunya yang berharga dalam hidupnya memeluknya erat, mengisak di bahunya.
"Aku tidak bisa mengurusmu dengan baik, aku ibu yang buruk."
.
.
.
My Wish Prolog.
.
.
.
.
"Saat itu masalahnya sangat sulit, dan aku yang terlalu bodoh sampai aku melakukan kesalahan yang sangat fatal." Sasuke mengusap pucuk kepala Sarada. "Sarada mau membantu Papa memperbaiki semua kesalahan Papa di masa lalu?"
OoO
"Aku punya satu harapan." Sarada tersenyum. Remaja berusia dua belas tahun itu terlihat cantik dan dewasa dengan kemeja biru gelap dan jeans yang di pakainya. "Apa Kaa-chan mau mengabulkan?"
"Katakan?"
"Aku ingin hidup dengan Kaa-chan dan Papa."
Sakura tertawa. "Apapun untuk Sarada." Dia mengusap kepala Sarada sayang.
"Sungguh!?"
"Kau sudah hidup dengan kami, apa lagi yang kau ingin kan?" Sakura terdiam melihat wajah kecewa Sarada. "Pintu rumahku selalu terbuka lebar untukmu, kau bisa berkunjung kapanpun yang kau mau."
"Bukan itu maksudku. Aku ingin Mama dan Papa tinggal bersamaku, satu atap."
"Itu tidak mungkin"
"Kenapa?"
"Kau harus memilih salah satu di antara kami."
"Apa mama tidak mengerti." Sudah cukup. Untuk pertama kalinya Sakura tidak suka berbicara dengan Sarada. Dia berbalik, hendak pergi meninggalkan Sarada.
"Perasaanku." Dia tercekat mendengar suara Sarada yang kali ini terdengar menyedihkan di telinganya. "Aku ingin seperti anak yang lain mama, kenapa mama tidak mau mengerti."
"Kau boleh meminta apapun. Tapi untuk satu ini Aku tidak mau."
Prolog end.
Fic ini di buat karena saya sebal dengan *piiip* yang sangat mengganggu dan ini juga untuk Aurel ( cruderabelica) walaupun dia mintanya Sasuke yang ke siksa tapi mau gimana lagi aku gak punya ide ngebuat Sasuke menderita, yang bener gak bisa nyiksa Sasuke hehehe... tapi di sini Sasuke bakal ngegalau kok. Kangen anak istri. #plak!
Untuk cruderabelica semoga kamu suka yah. Dan ini juga spsial buat yang suka aja, yang gak suka jangan baca. Ini juga untuk meramaikan Archive SasuSaku yang semakin sepi aja tiap harinya. Gara-gara Naruto mau tamat kali ya? Jadinya sepi. Untuk cara penulisan yang kacau, ini saya lagi belajar, kalo ada salah kasih tahu ya.
