Title : Eternal Snow
Cast : Lee Sungmin as Main
Cho Kyuhyun
Lee Donghae
Genre : Romance, Hurt
Summary : sungmin sang Eternal Snow yang tak pernah bisa dimengerti oleh sekitarnya akankah ia bisa menjadi mahkluk social yan normal ?
'aku mencintaimu' lirihnya
'gomawo, mianhae aku tidak mencintaimu, annyong.' Datar dan dingin
Entah bagaimana wajah yang begitu manis dan polos tampak begitu menakutkan dan dingin pada saat bersamaan. Tak ada yang tahu dan tak akan ada yang mengerti bagaimana sosok yang begitu 'indah' begitu datar dan dingin pada saat yang bersamaan.
Tidak, ia tidak pernah berbuat onar sama sekali, ia bukan golongan pria playboy yang suka berganti pasangan bahkan ia tidak pernah terlibat perkelahian sama sekali. Sendiri, ia selalu sendiri kemanapun ia pergi. Tak ada yang mengerti jalan pikirannya, ia bukan golongan mahasiswa bodoh yang suka pamer, bukan sama sekali. Bahkan ia dapat berkuliah di Seoul National University karena kecerdasannya tapi entah mengapa begitu sulit untuk mengenalnya.
Senyum, hanya saat ia berpidato maka ia akan tersenyum dan senyum palsu yang tersungging di bibirnya. Tidak dia bukan seorang psycopat dia manusia dan namja yang normal seperti yang lainnya hanya tak ada warna dalam dirinya seolah semua adalah sama, kelabu.
Baik namja dan yoeja pada awal pertemuan akan mengaguminya namun begitu melihat sosoknya dari dekat maka mereka lebih memilih untuk menyimpan kekaguman mereka sebelum mendapat tatapan mata yang amat dingin dan datar darinya.
Tidak, dia tidak pernah sadar dengan pendapat orang lain tentang dirinya. Bukan, dia bukan golongan orang autis yang sibuk dengan dunianya sendiri hanya saja dia memilih untuk tidak berbaur dengan dunia luas. Itu yang terbaik menurutnya. Oh ayolah kawan apakah mungkin manusia hidup sendiri? Kita mahkluk social kawan tidak akan ada manusia yang bertahan tanpa manusia lain.
Namun agaknya teori ini tidak berlaku untuk tokoh kita yang satu ini, entah bagaimana harus menggambarkan sosok ini. Lee Sungmin, nama yang amat sederhana dengan berbagai makna dan harapan di dalamnya. Saat melihatnya untuk pertama kali setiap orang akan mengatakan bahwa ia namja yang amat mengagumkan dengan wajah manis dan pretasinya namun jika telah melihat kesehariannya tidak ada yang tahu mereka harus bersikap bagaimana.
Agaknya sifat Sungmin yang begitu dingin membuat mahasiswa lain urung untuk mendekatinya, mereka hanya berbicara padanya ketika pada kondisi darurat. Alasan sikap dinginnya tidak pernah diketahui oleh siapapun. Semua orang di kampusnya menyebutnya the Eternal Snow sang salju abadi yang tak akan mencair meski sinar hangat mentari menyinarinya. Salju yang akan tetap berdiri dengan ankuh menantang sang mentari yang menyinari, entah apa maksud dari sikap angkuhnya yang 'salju' .
Tak ada mahasiswa yang mau untuk menegurnya, bukan alasan mereka bukanlah membencinya namun mereka takut. Bukan. Mereka bukan takut jika akan dihajar dengan kekuatan tangannya karena ia salah satu atlet martial arts namun mereka takut jika melihat tatapan datar nan dingin dari seorang lee sungmin the eternal snow. Koridor yang begitu ramai olah mahasiswa akan terasa begitu lengang saat dirinya menapaki jalan menuju kelasnya. Seolah mahasiswa lain tak mau mengganggu keheningan yang melingkupinya. Bahkan saat olimpiade satu tahun yang lalu ketika seluruh pendukung Seoul National University datang untuk mendukung atletnya bertanding, namun pada saat sungmin bertanding semua pendukung hanya diam sembari berharap-harap cemas. Mereka seolah tidak berani mengusik keheningan sang 'salju' dengan dukungan semangat dan teriakan penghibur untuknya. Hampir seluruh pendukung dari universitas lain salah paham akan tingkah supporter SNU, mereka bernggapan bahwa mungkin sungmin bukanlah atlet andalan SNU sehingga di pandang sebelah mata dan tidak di dukung. Namun semua persepsi itu seolah terpatahkan karena tidak sampai 10 menit sungmin telah terdaftar sebagai finalis pada babak Final, sungguh amat cepat. Sulit di percaya.
Seolah tubuh sungmin memang ditakdirkan untuk bertarung dan menghajar tubuh lain. Ia dengan mudahnya memenangkan babak final serta mendapatkan medali emas. Ini sudah tahun ketiganya mempertahankan medali itu, berarti tahun depan ia tidak bisa mengikuti olimpiade lagi karena peraturan menyatakan juara 3 th berturut-turut tidak diperbolehkan mengikuti olimpiade dan baru di perbolehkan mengikuti saat tahun depannya lagi.
Kehidupan kampusnya datar dan biasa saja seperti mahasiswa lainnya, tidak ada yang istimewa. Ia tidak pernah mengikuti gossip mahasiswa yang beredar disekitarnya, ia hanya melihat pada papan tulis dan earphone yang senantiasa tersampir ditelinganya ketika istirahat tiba. Bahkan ia tak pernah menginjakan kakinya di area kantin. Tidak , ia tidak ke perpustakaan , ia buka golongan namja yang senang berlarut dengan tulisan. Ia hanya akan diam duduk dikelas hingga ia menyelesaikan kelas pada hari itu kemudian pulang dengan jalan kaki.
Hari itu seperti biasanya suasana kelas tetap ricuh oleh beberapa mahasiswa namun salah stu hal yang menjadi topic terpanas pada hari itu bahwa aka nada murid pindahan baru di kelas mereka. Menurut kabar yang beredar mahasiswa baru itu adalah golongan namja yang tampan sehingga membuat para mahasiswi tampak meleleh walau hanya mendengar gossip mengenai mahasiswa baru itu.
Padahal tak ada satupun yang tahu seperti apa sosok mahasiswa baru di kelas mereka. Sungmin tidak perduli dengan hal itu, ia hanya memfokuskan pandangannya kea rah jendela melihat titik hujan yang mengguyur bumi seolah menangisi sesuatu dengan amat pilu namun menenangkan. Senyum amat sangat tipis tercipta di kedua bibirnya katika melihat tetesan air hujan semakin keras mengguyur bumi. Bahkan mungkin senyuman itu tak akan tampak sama sekali, mungkin sang pemilik senyum pun tak akan menyadari bahwa dirinya tengah tersenyum.
Pak Han memasuki kelas, membuat seluruh perhatian siswa mengarah ke depan dan focus menunggu sang mahasiswa baru yang menjadi bahan pembicaraan semua mahasiswi namun tidak dengan para mahasiswa. Hingga Pak Han mempersilahkan seorang namja untuk masuk ke dalam kelas dan mempersilahkannya untuk mengenalkan diri.
" annyong haseyo, naneun Cho Kyuhyun Imnida. Saya Pemilik Universitas ini 3 tahun yang akan datang' ucapnya dengan senyuman tipis yang membuat seluruh mahasiswi heboh dan mahasiswa tampak membelalakan mata mendengar ucapan namja itu.
'universitas negeri akan jadi miliknya? Apa anak ini sudah gila? Begitulah pikiran mahasiswa di kelas ini. Namun tidak dengan sungmin ia hanya diam dan mendengarkan nya saja tanpa berucap apapun.
" baik apakah ada yang ingin bertanya pada Cho Kyuhyun?' Tanya pak Han.
Secara terkejut dan tak percaya semua mata tampak membelalak karena sang eternal snow mengangkat tangan mereka. 'sulit dipercaya' batin seluruh penghuni kelas. Bahkan materi yang amat sulit pun sungmin tidak pernah mengangkat tangan namun hanya dengan kehadiran seorang cho Kyuhyun mampu membuatnya mengangkat tangan.
"silahkan Sungmin-ssi, apa yang ingin anda tanyakan?' ujar Pak Han
" Tuan Cho, apakah yang akan terjadi 1 jam lagi di kelas ini?" tanyanya ringan.
Semua mata membelalak tak percaya dengan pertanyaan sungmin yang menurut mereka itu adalah pertanyaan konyol dan terkesan hanya mencari perhatian terhadap Kyuhyun.
Dengan senyuman meremehkan kyuhyun menjawab pertanyaan sungmin dengn amat sangat santai
" tentu saja saya tidak tahu sungmin-ssi, saya bukan pengatur kejadian" jawabnya meremehkan
" jika anda saja tidak mengetahui apa yang akan terjadi 1 jam dari sekarang bagaimana mungkin anda megetahui kepastian 3 tahun yang akan datang Kyuhyu-ssi? ' Tanya sungmin datar.
Semua mata terkejut dengan pertanyaan sungmin, tak terkecuali Cho Kyuhyun. Ia kalah telak dengan ucapan datar sungmin barusan. Ia pun merutuki kebodohannya karena menjawab pertanyaan datar dari sungmin. Suasana kelas tampak canggung karena diselimuti keheningan menunggu jawaban Kyuhyun. Pak Han yang mengerti akan situasi langsung memperilahkan Kyuhyun untuk duduk.
" baik anak-anak cukup perkenalannya, Kyuhyun-ssi silahkan duduk di bangku kosong paling depan."
Kyuhyun berjalan dengan tetap memandang sungmin yang duduk di belakang. Tatapan sungmin tetap datar dan dingin mengarah ke depan seolah hendak menusuk papan tulis di depan.
' sama saja' batinnya.
Mianhamnida saya membawa FF yang pas-pasan mohon Review dari pembaca semua untuk melanjutkan FF ini karena saya bisa mendapat inspirasi dari kawan semua melalui review.
Kamsahamnida
