Disclaimer: Detective Conan seutuhnya milik Aoyama Gosho
Warning: rada gaje, kemungkinan OOC, adanya typo
Suatu siang yang damai di taman kota Beika, dua pelajar SMP yang baru pulang sekolah sedang berbincang-bincang di bangku taman. Yang satu laki-laki berambut hitam dan berkacamata, satunya lagi perempuan dengan rambut coklat. Hari itu taman sedang sepi sehingga tidak perlu ada kekhawatiran orang yang mencuri dengar.
"Tidak terasa sudah enam tahun berlalu ya, Haibara. Setelah organisasi itu tamat, rasanya dunia menjadi lebih tenang." Laki-laki berkacamata itu memulai pembicaraan."
" Ya, Kudo-kun," orang bernama Haibara itu menjawab, "dan belakangan ini kau juga sudah jarang menjadi magnet mayat. Apakah itu resolusimu saat tahun baru bulan lalu?" dia menambahkan sambil menyeringai.
"Oi, bisakah kau berhenti memanggilku magnet mayat? Bukan salahku kalau banyak kejahatan terjadi kan?!" ujar orang yang disebut Kudo sambil melirik malas ke arah Haibara.
"Terserah kau saja, Meitantei-san…" Haibara kembali tersenyum sinis.
"Ayolah, kau tidak memanggilku ke taman hanya untuk menyindirku kan?"
"Ya, data disk yang kita peroleh dari markas organisasi itu berisi informasi mengenai APTX 4869 berikut obat penawarnya. Namun datanya dikunci menggunakan kode enkripsiyang cukup rumit. Setelah membuka kunci enkripsinya, aku akan bisa meracik obat penawar paling lama seminggu. Untuk itu aku ingin beberapa hal darimu," Haibara menatap galak Conan, "biarkan aku berkonsentrasi dalam hal ini dan jangan ganggu aku kecuali untuk hal yang penting sekali. Kecuali kalau kau ingin selamanya menjadi Conan, dan itu akan menghemat tenagaku. Apa ucapanku bisa dimengerti?"
"Baiklah kalau kau bilang begitu." Jawab Conan. "Ah, aku lupa! Ran memintaku membeli materai. Sudah ya, aku duluan!"
Dia pun beranjak pergi dari taman, meninggalkan Haibara termenung sendirian.
Ran. Entah kenapa, mendengar nama itu membuat Haibara merasa getir.
0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0
TET TOT, TET TOT, TET TOT – bunyi bel rumah Profesor Agasa membangunkan Haibara. 'Siapa sih yang datang? Ini kan baru jam 4 pagi.' pikirnya sambil berjalan menuju pintu depan.
"Selamat pagi." Ucap Haibara. "Oh, Ran-san. Ada apa?"
"Maaf mengganggu, Ai-chan." Ran sudah berpakaian rapi. "Apa Profesor ada?"
"Profesor sedang menghadiri konferensi para ilmuwan di Hokkaido."
"Oh, ya sudah, tidak apa-apa." Ujar Ran. "Begini Ai-chan, Conan-kun sedang sakit dan aku harus pergi pagi-pagi sekali menghadiri seminar di Shizuoka. Conan tidak memberitahuku apapun, sepertinya dia menutup-nutupi penyakitnya karena tidak ingin membuatku khawatir, tapi wajahnya pucat sekali.
"Bisakah kau datang ke kantor detektif? Ayahku belum pulang dari kemarin dan sekarang aku harus pergi juga. Harus ada yang menemani Conan-kun jika terjadi apa-apa, setidaknya sampai aku pulang nanti sore. Kau mau kan, Ai-chan? Kumohon."
'Dasar Kudo.'
"Baiklah, Ran-san. Aku akan menemani Edogawa-kun."
"Terima kasih, Ai-chan."
Ran menyerahkan kunci rumahnya pada Haibara sebelum berangkat dengan taksi yang dipanggilnya.
0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0
"Sudah kubilang.. uhuk.. aku tidak sakit!"
Conan masih bersikeras mengenai kondisinya yang sehat-sehat saja.Namun Haibara bukanlah orang yang bisa yang bisa diyakinkan dengan mudah. Tidak oleh orang yang tidak bisa menyelesaikan satu kalimat tanpa terbatuk-batuk.
"Oh ya? Kalau kubilang kau sakit berarti kau memang sakit. Demammu cukup parah, suhu tubuhmu 39°C, sekarang minum obat, setelah itu berbaring."
Minum obat bukan masalah, tapi bukan Conan namanya jika menurut begitu saja bila disuruh berbaring, harga dirinya yang tinggi tidak mengizinkannya untuk terlihat lemah di depan orang lain, apalagi putri pengantuk yang sinis ini.
"Omong-omong kenapa.. uhuk.. kau kemari? Bukankah kau sendiri yang bilang.. uhuk.. uhuk.. supaya kau tidak diganggu? Uhuk.. uhuk.." Tanya Conan setelah meminum obat penurun demam
"Karena ada orang keras kepala yang tidak mau beristirahat padahal jelas-jelas sakit." Jawab Haibara sambil menyeringai sinis.
"Berapa kali aku harus.. uhuk.. uhuk.. mengatakannya padamu kalau aku…"
PSSIIU – Conan tidak sempat menyelesaikan kata-katanya karena Haibara sudah menggunakan jam tangan bius 'sebagaimana mestinya'.
0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0
"Sudah demam, batuk, masih berkeras 'tidak apa-apa'. Aku heran dengan Holmes zaman Heisei ini." Ujar Haibara melirik malas ke arah Conan yang sedang tertidur. Usai melepaskan kacamata Conan, Haibara menyingkap baju Conan ke atas lalu mengusap-usap perut dan dada Conan dengan sapu tangan yang sudah dibasahi air hangat. Secara berkala dia kembali merendam sapu tangannya dengan air hangat dan mengulanginya lagi untuk menurunkan panas tubuh Conan.
-FLASHBACK-
"Oh, kau sudah bangun, Haibara?"
Suara Conan membuat Haibara terkejut. Kenapa dia ada di sini tengah malam begini? Ada perlu apa dia?
"Tolong bilang pada Profesor supaya berhenti surfing internet sambil minum jus tomat," Meski terdengar biasa-biasa saja, kentara sekali bahwa anak berkacamata itu berusaha menahan kantuknya, "Dia pasti akan tertidur di tengah jalan dan menumpahkan jusnya ke lantai tanpa sadar."
"Di samping itu, kenapa kau ada di sini?"
"Aku punya firasat buruk, jadi aku langsung datang. Aku bilang pada Ran bahwa aku kemari untuk merawatmu," ucap Conan, "Ternyata kecemasanku berlebihan. Tenanglah, kau boleh kembali tidur."
Firasat buruk
Datang kemari.
Merawatku.
Kecemasan.
Entah kenapa, kata-kata itu membuat Haibara merasa sedikit –barangkali hanya sedikit- nyaman. Rasanya sulit dipercaya Kudo Shinichi si Penyelamat Kepolisian Jepang repot-repot datang kemari tengah malam hanya karena mencemaskan dirinya.
'Jangan berpikir terlalu jauh,' Haibara mengingatkan dirinya sendiri. 'Dia mencemaskanmu karena kau adalah tokoh kunci untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Tidak lebih. Jangan lupa kaulah orang yang membuatnya sengsara dengan membuat obat terkutuk bernama APTX 4869.'
Meski begitu, dia mengizinkan dirinya tersenyum Bukan senyuman menyindir atau seringai sinis, melainkan senyuman asli yang jarang diperlihatkan pada orang lain.
-FLASHBACK END-
"Aku sudah datang untuk merawatmu, Kudo-kun," bisik Haibara, tangannya membelai rambut Conan. Sorot matanya melunak. "Aku menunda pertempuranku dengan data disk Black Organization demi dirimu. Jadi cepatlah sembuh."
Haibara beranjak dari kamar tempat Conan tertidur menuju dapur.
0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0
"Uuhh.. Haibara…" Conan duduk di futonnya sambil membetulkan bajunya yang tersingkap.
"Oh, kau sudah bangun, Kudo-kun?" ujar Haibara yang datang membawa segelas air putih. "Minum. Kau memerlukannya."
"Jam berapa sekarang?" Tanya Conan setelah meminum air putih.
"Jam setengah tujuh. Kau tidur cukup nyenyak." Kemampuan Haibara mempertahankan poker face miliknya patut diacungi jempol.
"Jadi kau dari tadi.. uhuk.. ada di sini?" Nada bicara Conan mulai meninggi. "Bagaimana dengan.. uhuk.. uhuk.. data disk itu? Jangan bilang kalau kau menunda pekerjaan.. uhuk.. uhuk.. hanya untuk datang kemari!?"
"Tenanglah, Kudo-kun. Kau belum pulih."
Conan mengenakan kacamatanya, menatap tajam Haibara.
"Jika kau punya waktu untuk mencemaskanku, harusnya.. uhuk.. kau gunakan waktumu untuk fokus dengan data disk itu. Uhuk.. uhukk.. Kau minta supaya tidak diganggu, aku juga tidak memintamu kemari kan!?"
Haibara menyipitkan matanya, menahan rasa kesal rupanya lebih sulit dari berpura-pura menangis.
"Apa itu caramu berterima kasih padaku yang…"
"Aku tidak perlu dicemaskan. Uhuk.."
"Baiklah, jika bagimu keberadaanku di sini mengganggu, aku akan pulang." Haibara menggelengkan kepalanya pasrah, "Kudo-kun, Soal kenapa aku kemari, itu karena Ran-san mengkhawatirkanmu. Dia memintaku merawatmu karena kau keras saja."
Setelah berkata begitu, Haibara pergi meninggalkan kamar Conan. Conan termenung beberapa saat lalu melihat sekeliling kamarnya. Di sudut ruangan ada baskom berisi air bening hangat-hangat kuku dan sapu tangan yang direndam. Ketika dia bangun, bajunya juga tersingkap ke atas. Dipikir-pikir, demamnya juga sudah menurun.
"Jangan-jangan… Haibara!" Conan beranjak keluar dari kamarnya. Namun terlambat, Haibara sudah pulang.
'Pintu dapur terbuka,' Conan langsung menuju dapur dan menemukan semangkuk bubur telur di meja makan, di rak alat makan ada periuk yang masih basah pertanda baru saja dicuci. Di sebelah mangkuk ada selembar catatan yang dia kenali sebagai tulisan tangan Haibara.
Aku baru ingat aku tidak terlalu suka bubur. Tapi saying kalau dibuang. Kau boleh memakannya kalau mau. Jangan lupa minum obat. Tidak lucu kalau kau sampai jadi mayat sungguhan karena meremehkan penyakitmu. perlu dipaksa, demi kesembuhanmu sendiri. -A.H.
Mata Conan melebar. Seketika itu dia sadar bahwa sejak tadi Haibara merawatnya. Haibara membuatnya tidur demi kesembuhannya sendiri. Dia bahkan sampai membuatkan makan malam untuknya (meski ada unsur sindiran dalam catatan yang ditulis, tetap saja Haibara membuatkannya makan malam). Bagaimanapun juga kesehatan jauh lebih penting dari apapun yang ada di dalam data disk itu.
Dan Conan membalas kebaikan itu dengan menghardik dan mengusir Haibara.
Conan makan malam sendirian, meski makanannya enak di lidah, hatinya merasa getir.
'Maafkan aku, Haibara. Maafkan keegoisanku.'
A/n: Fiuh, lumayan capek juga ngerjain nih cerita. Tolong beri review, saran yang membangun akan sangat dihargai. Co-Ai forever!
