Prolog

Suara desingan mesin terdengar di tiap sudut, menggema hingga ke langit malam yang hari itu lebih gelap dari biasanya. Suara lonceng terdengar memekakan telinga. Bau besi hangus dan daging panggang menguar di udara.

Tanah bergetar bersamaan dengan langkah kaki para raksasa yang berkumpul di satu titik, mengejar kuda coklat yang dipacu keras oleh seseorang. Jubah hijau miliknya robek sana-sini. Setengah wajah tertutup dengan syal merah yang ujungnya berkibar tertiup angin. Manik hitam melirik ke kanan dan kiri, dalam hati menghitung jumlah langkah kaki yang tertangkap telinga.

"Sial.."

Sosok itu mendecih, tangan kirinya terasa begitu nyeri terlepas dari wajah tanpa emosi. Perban putih di tangan terlihat begitu lusuh dan kebas karena darah yang merembes. Kepala terasa pening dan pandangan buram, tapi dia harus tetap memacu. Setidaknya sampai dirinya bertemu dengan rombongan yang lain.

Suara lonceng semakin keras. Pohon-pohon rindang mulai lenyap, yang terlihat kini sebuah tembok besar yang terbentang. Sejauh mata memandang adalah sebuah padang rumput, lalu Rel kereta terlihat melintang di kanan dan kiri. Iris hitam tertuju pada salah satu pos penjaga berbentuk menara yang berjarak sekitar beberapa meter.

"Sedikit lagi" sosok itu berdesis. Rambut panjang miliknya tertiup angin dengan kencang. Langit makin menggelap, kemudian awan hitam berkumpul di satu titik. Berubah menjadi hijau karena mantra dan membentuk sebuah tengkorak dengan mulut terbuka. Sebuah awan berbentuk ular meluncur kemudian dari dalamnya.

Erangan keras terdengar. Tanpa sadar mata tertutup dan tangan menggenggam erat. Saat itu semuanya terasa berjalan lambat. Kuda yang ia naiki disapu oleh sesuatu, menghempas diri dan kudanya begitu keras hingga terpental. Dengan satu tangan, ia menarik sesuatu yang terlihat seperti pistol dari sebuah wadah kulit di dada, menembakan ujung kait kawat tembaga pada salah satu dinding pos penjaga. Tubuhnya teranyun kencang. Badan sebelah kiri yang terluka parah menabrak dinding beton dengan keras, membuat mata terbelalak dan rahang mengatup kencang menahan rasa sakit luar biasa.

Tenaganya habis. Tubuh tergantung tak berdaya. Pandangan mulai buram dan kesadaran hilang perlahan.

"Squad Leader!"

Telinga menangkap suara yang samar-samar memanggil, namun dia menyerah, membiarkan kegelapan dan hening menariknya.


=o0o=

Anna-tachi Team

Present

.

Harry Potter : Orde Phoenix, Voldemort, and the Titans

.

"Musuh kita bukan hanya manusia, tapi juga mereka yang dulunya adalah manusia"

.

Rating T+ karena kata-kata dan beberapa adegan.

Adventure, Friendship, Family, AU

.

Harry Potter © J. K. Rowling

Attack on Titan © Hajime Isayama

.

Disclaimer :

Harry Potter dan Attack on Titan bukan milik kami. Kami tidak mendapatkan keuntungan apapun dari pembuatan cerita ini. Cerita ini buat hanya untuk kepentingan hiburan semata.

.

Standart Warning Applied

.

Enjoy

=o0o=


Chapter 1 : Negeri Tiga Dinding


Harry tersentak bangun seperti seseorang yang tengah menahan sakit. Suara tercekat di kerongkongan dan wajahnya pucat. Tubuh kebas serasa habis dihajar dan bekas luka di dahi sakit luar biasa. Dia telah terbiasa dengan mimpi aneh sejak tahun lalu, tapi ini pertama kali dia mengalami mimpi ini. Rasa sakit begitu terasa hingga ke dasar tulang, dan apa-apaan raksasa itu?

Harry mengerjap, kemudian menggelengkan kepala. Matanya benar-benar buram dan kepala pening. Aneh sekali. Padahal hanya mimpi tapi efeknya begitu luar biasa. Dia beranjak dari ranjang, menoleh sejenak pada Ron yang masih terlelap di sebelah. Sebuah senyum kecil tergambar di wajah. Harry mendekati jendela besar yang bersebrangan dengan tempat tidur. Membukanya lalu merasakan hembusan angin yang sejuk menerpa wajah. Jendela kamar di lantai dua berhadapan langsung ke jalan raya. Dia bisa melihat orang-orang yang berlalu Lalang namun mereka tak bisa melihatnya.


Dindingnya

Di beri nama dari tiga putri Ymir

Sang penemu

Maria, Rose, Sina

Dinding ini, baik tombak dan perisainya,

Terbuat dari jutaan Colossus Titan


Harry mengernyit. telinganya tiba-tiba berdengung. Di ujung jalan, samar-samar Harry melihat seseorang. Pemuda pendek dengan rambut pirang sebahu yang sedang berjongkok. Tangan kanan memegang sebuah buku coklat berbulu yang familiar, sementara tangan kiri dipasang gips putih. Dahi dililit perban putih, begitupun mata kiri. Harry merasa kasihan pada pemuda itu. Korban bully kah?

Tiba-tiba saja pemuda itu mendongak. Harry bisa mengira kalau dia berusia lima belas tahun, atau mungkin lebih muda. Mata mereka bertemu, kemudian pemuda itu tersenyum dan melambai dengan tangan kanan yang masih memegang buku. Harry menyadari bahwa buku itu adalah buku monster tentang monster.

Siswa Hogwarts kah?

Tingkat berapa dia?

"Harry! Ron!"

Suara Mrs. Weasley menyadarkan Harry. Dia menoleh ke arah pintu, kemudian ke arah Ron yang mulai terbangun, lalu kembali ke luar jendela namun anak laki-laki itu sudah hilang dan telinganya berhenti berdengung.

Aneh….

Dan Harry baru menyadari bahwa dia tidak memakai kacamata.

Pantas saja kepalanya pening dan pandangannya buram.

Berjalan mendekat ke tempat tidur, Harry meraih kacamata di atas nakas, kemudian membangunkan Ron dan langsung turun ke bawah untuk sarapan. Pagi ini dia akan pergi ke pengadilan Bersama Mr. Weasley untuk menyelesaikan perkara pemakaian mantra patronus di depan muggle yang menimpanya. Gara-gara itu pula Harry mendapatkan surat yang menyatakan bahwa dirinya harus di keluarkan dari Hogwarts.

Duh... Sial sekali hidupnya.

Harry berjalan menuruni tangga menuju ke aula besar dan kemudian turun ke dapur. Sepanjang perjalanan yang diiringi suara Ron dan Hermione di belakang, Harry mengamati lukisan sihir dan foto-foto di dinding rumah. Sebuah senyuman muncul di wajah tatkala dia mendapati beberapa foto Sirius dan mendiang orang tuanya. Di dalam foto itu Ibu dan ayahnya tengah berdansa di bawah salju sementara Lupin dan Sirius tak jauh di belakang mereka bermain lempar bola salju. Keempatnya terlihat masih muda.

Ah… Harry rindu orang tuanya.

Masih mengamati foto-foto itu, Harry berhenti pada foto terakhir yang terletak tak jauh dari tangga menuju dapur.

Foto itu tidak bergerak. Di dalam foto itu ada ibunya, ayahnya, orang tua Neville dan beberapa anggota Orde Phoenix lainnya. Mereka berfoto di depan sebuah pintu gerbang batu yang besar bergambar perisai yang di dalamnya terdapat ukiran kepala seorang wanita, tanpa mata dengan poni rambut yang menutupi dahi dan sebuah mahkota yang bagian atasnya bergerigi. Mereka berpose dengan tangan kanan yang terkepal di depan dada bagian kiri sementara tangan kiri tersimpan di balik punggung.

Harry mengernyit, rasanya dia tidak ingat ada tempat seperti itu di Inggris.


"Sirius?"

"Hmm?"

"Foto di depan tangga itu, milikmu?"

Suasana meja makan yang tadi riuh mendadak hening. Semua mata di sana tertuju pada Harry. Ada yang menatapnya aneh, penasaran, bahkan tidak percaya.

Sirius berdehem, kemudian meraih piala berisi butterbeer yang tidak jauh dari piringnya. "Yang tidak bergerak itu?"

"Sirius!"

"Iya… Well, sepertinya kita tidak punya tempat begitu di Inggris."

"Yang mana sih?" tanya Ron penasaran, "Kayaknya aku tidak lihat apa-apa waktu turun tadi".

Hermione menyikut perut Ron, membuat pemuda itu mengeluh dan tawa kembali terdengar. "Aku juga lihat tadi. Kayaknya memang bukan di Inggris."

"Itu memang bukan di Inggris." Jawab Lupin dari seberang meja. "Itu di Paradis."

"Para- apa?" George menyahut lantang, membuat kepalanya mendapat pukulan telak dari sang ibu.

"Paradis. Itu negara sihir di Jerman Timur."

"Kau pernah ke Jerman-" Sahut Fred,

"-tapi tidak cerita ke kami?" sambung George, menerima hadiah jeweran dari sang ibu.

Sirius tergelak, "Bukan cuma aku kok. Orang tua kalian juga pernah." Sambil mengibas tangan dan mengerling pada Mr. dan Mrs. Weasley, Sirius kembali menuang butterbeer ke dalam gelasnya, "duh aku ingin wisky tapi kok ini masih pagi."

"Oh!" Hermione berseru tiba-tiba. "Aku pernah dengar. Paradis di Jerman Timur. Julukannya banyak. Pulau Iblis, Kota terisolasi, dan yang lainnya. Tapi yang paling terkenal itu Negeri Tiga Dinding."

"Dinding?" Fred dan George berseru lantang bersamaan, membuat Hermione kaget.

"U-uh.. Iya. Soalnya katanya kota disana itu dib-"

"Janggut Merlin! Harry kita terlambat!"

Mr. Weasley dengan tergesa bangkit dari kursinya. Harry kemudian menyusul dengan tergesa.


Mereka berdua masuk ke dalam Kementrian Sihir Inggris melalui salah satu pintu yang berupa kotak telepon koin. Mr. Weasley memasukan beberapa koin muggle di sana dan tempat itu turun, membawa mereka masuk ke dalam kementrian yang hari itu sangat padat.

Harry mengikuti Mr. Weasley menuju sebuah lift kecil penuh sesak, dan baru diberi tahu ketika berada di lift itu kalau sidangnya dimajukan menjadi lima menit lagi. Lift sihir itu melaju cepat, membawa Harry pada lokasi persidangan yang sayangnya harus dia masuki sendiri.

Persidangan berjalan alot. Harry ditanyai, namun ketika ia menjawab kalimatnya selalu di potong dan Menteri memberikan kesimpulan sepihak mengenai dirinya yang bersalah, berujung pada kedatangan Dumbledore, pembelaan, adu teriakan bahkan argument mengenai Voldemort yang masih ditolak validasinya.

Hasilnya, Harry diputuskan tidak bersalah yang berarti dia masih bisa sekolah di Hogwards. Untunglah….

Ketika hendak keluar dari dalam ruangan, Harry berkali-kali memanggil Dumbledore, dia ingin sekedar berterima kasih namun sang kepala sekolah seolah tak mau bicara, atau mungkin hanya tidak mendengar. Akhirnya Harry keluar, bermaksud menunggu Mr. Weasly yang katanya akan mengantar pulang.

Harry berjalan di koridor, kemudian kembali menaiki lift, turun di lantai paling dasar dan menunggu Mr. Weasley di sana.


Dindingnya

Di beri nama dari tiga putri Ymir

Sang penemu

Maria, Rose, Sina

Dinding ini, baik tombak dan perisainya,

Terbuat dari jutaan Colossus Titan


"Argh!"

Kedua tangan Harry menutupi kedua telinga yang tiba-tiba berdenging. Tak jauh dari tempatnya Harry bisa melihat seorang anak perempuan berdiri sembari mendongak dan memandangi kertas-kertas sihir yang terbang di atas. Tingginya mungkin sekitar 170 cm. Berambut hitam dengan twintail dan poni yang menurut Harry hampir menutupi mata. Gadis itu kelihatan seusia dengan dirinya. Setengah wajah tertutup syal merah dan memakai mantel hitam dengan bordiran emas berupa bunga mawar di pinggir manset dan ujung kelim mantel panjang selutut miliknya. Pakaian gadis itu terlihat mahal. Pasti bukan orang biasa.

"Harry!"

Harry mendengar suara Mr. Weasley. Dia menoleh dan menemukan pria baik hati itu berada dekat dengan salah satu perapian. Mungkin mereka mau mampir ke Diagon Alley.

Harry menoleh lagi, namun gadis itu sudah hilang dan telinganya berhenti berdengung.

Aneh...

Sungguh aneh.

Dia menghela napas dan berbalik hendak menghampiri Mr. Weasley namun dia berhenti. Membeku. Karena di depannya, tepat di depan, kau-tahu-siapa tengah berdiri, menatap dengan tatapan yang merupakan campuran antara kasihan dan kesadisan. Harry merasa bulu kuduknya meremang. Napas tercekat dan tiba-tiba saja bekas luka di dahi serasa terbakar.

"Kau baik-baik saja?"

Harry mengerjap. Dia mendongak dan mendapati gadis tadi tengah berlutut di sampingnya dan orang-orang mengerumuni mereka. Bisikan-bisikan mulai terdengar di sekitar dan itu membuat Harry muak. Mereka pasti berpikir kalau dia aneh dan mulai menggunjing soal pernyataan beberapa minggu lalu.

Pandangan mata Harry mengamati gadis di dekatnya yang kini berdiri dan mengulurkan tangan. Untuk sesaat dia seperti linglung dan tidak tahu harus apa, tapi kemudian dia menerima uluran tangan gadis itu dan berdiri.

"Uhm… Thanks? Kurasa…." Harry membuka suara, tak tahu harus berkata apa. Dia lagi-lagi mengamati gadis itu yang membersihkan rok dan mantel miliknya. "Uhm… Aku- "

"Harry Potter. Iya. Aku tahu." Suara gadis itu datar. Dingin dan tanpa emosi membuat Harry terkejut dan bergidik, "Ah… Ya, salam kenal kalau begitu, umm…."

"Ackerman."


Dindingnya

Di beri nama dari tiga putri Ymir

Sang penemu

Maria, Rose, Sina

Dinding ini, baik tombak dan perisainya,

Terbuat dari jutaan Colossus Titan


"Shit!"

Mata Harry terpejam karena kedua telinganya berdengung lagi. Kali ini makin keras.

"Mikasa!"

Seseorang memanggil. Keduanya menoleh kearah sumber suara. Pria dengan topi fedora berjalan mendekat. Orang itu memakai syal merah yang dibiarkan tergantung begitu saja di leher. Dia memakai sarung tangan hitam dan membawa tongkat, yang ketara sekali bahwa pria itu seorang bangsawan. Tangan kirinya membawa sebuah amplop coklat yang menurut Harry mirip seperti berkas yang diperlukan untuk mengurus kepindahan seperti yang diceritakan Hermione beberapa waktu lalu.

"Ja." Gadis itu menjawab. Agak berteriak. Harry terkejut dengan aksen unik yang berbeda dari orang Inggris pada umumnya. Gadis itu menoleh pada Harry dan membungkuk sebelum berbalik menuju pria yang tadi memanggil. Saat itu Harry baru menyadari perban putih yang melilit tangan kiri gadis itu.

"Uh... Pasti sakit." Gumamnya, masih menutupi telinga yang berdengung.

"Mr. Ackerman!"

Pria tadi berbalik, dan saat itu Harry mendapati sesuatu di bagian belakang mantel hitamnya. Sebuah bordiran berbentuk perisai dengan gambar Unicorn hijau yang ujung tanduknya berbentuk seperti pedang.

"Harry!"

Mr. Weasley memanggilnya lagi. Kali ini Harry langsung berlari menuju pria itu. Dia pasti telah menunggu lama, dan ketika mendekat Harry bisa melihat raut khawatir pada wajah pria itu.


Dindingnya

Di beri nama dari tiga putri Ymir

Sang penemu

Maria, Rose, Sina

Dinding ini, baik tombak dan perisainya,

Terbuat dari jutaan Colossus Titan


Braaak

"Ow! Ow!"

Harry mundur beberapa langkah. Badannya sakit seperti baru saja menabrak sesuatu yang sangat keras dan dengungan di telinganya makin menjadi. Dia mendongak. Ingin tahu apa yang baru saja ditabrak hanya untuk menemukan seorang pria muda menatap dengan tatapan mengintimidasi. Orang itu memakai mantel hitam yang dijahit dengan benang emas. Kancing mantelnya pun emas dan berkilau dan dia juga memakai sarung tangan hitam. Harry langsung tahu kalau pria ini adalah bangsawan.

Oh tunggu… Gadis tadi juga menggunakan sarung tangan hitam.

Hari ini Harry bertemu tiga bangsawan sekaligus.

Wow.

Entah beruntung atau tidak.

"Bocah," pria muda itu bicara dan Harry langsung bergidik. Suaranya dingin dan menusuk seperti ujung mata pedang. "lihat kemana kau berjalan."

Harry hanya membeku, memandang takjub pada pria itu. Matanya masih mengikuti, dan lagi-lagi, Harry melihat sebuah bordiran berbentuk perisai di bagian punggung mantel pria itu. Di dalam bordiran itu terdapat gambar sebuah sayap berwarna putih dan biru yang ujung bagian bawahnya saling silang.

"Harry… Nak… kau baik saja?" Mr. Weasley menepuk bahu dan merematnya pelan untuk memberi Harry rasa nyaman. "Aku melihatmu jatuh tadi di sana. Dan kenapa kau menutup telinga begitu?"

"Tidak apa, Mr. Weasley. Maaf sudah membuat khawatir, sir."

Mr. Weasley mengangguk, kemudian menepuk bahu Harry dua kali, "Ayo pergi, nak. Kita jalan-jalan sebentar."

Harry mengangguk dan keduanya berjalan mendekati salah satu perapian. Sedikit penasaran, Harry menoleh ke belakang dan mendapati Dumbledore bicara dengan orang yang tadi dia tabrak.

Dan dia juga baru menyadari keberadaan syal merah yang dililit asal di leher pria itu.


=o0o=

.

.

Bersambung

.

.

=o0o=


HALLO HALLO HALLO APA KABARRR XDD

WALAUPUN AGAK TELAT TAPI SELAMAT LEBARAN SEMUANYAAA XDD

Duh seneng deh bisa balik lagi ke ffn hahaha xDD Tapi mohon maaf karena balik malah buat multichap baru di ffn DOH KAH DASAR HSHSHSSHS

Soalnya ide ini muncul terus di kepala hwhwhw dan kudu di tulis biar gak ganjel huhu maafkan. Karena beberapa saat terakhir sebelum ilang kami nulis romance, maka kami mau buat peruntungan dengan nulis yang beginian hehe. Ini ada Romancenya kok tapi duikiiiiit banget. Mungkin munculnya cuma sekali per chapter dan gak banyak.

Oh dan kami mau minta maaf karena Pureblood and Emperor terpaksa kami hiatuskan karena outline nya ilang dan kami lupa itu mau diapain huhu. Kalau kalian berkenan kita mau tulis ulang dari chapter 1 tapi pasti lama haha….

Oh… Buat pecinta AoT yang nggak baca manga disarankan tidak baca ini ya soalnya mengandung spoiler. Tapi kalau gak masalah silahkan baca xDD

Jangan lupa Like, Follow, dan reviewnya xDD Terus ini un-beta jadi kami minta tolong kalau ada typo(s) beri tahu kami supaya bisa langsung di edit xDD

Oh Iya, kira-kira adakah yang bisa menebak siapa dua orang manusia yang bareng Mikasa di kementrian? Hayo? Hayo? xDDD

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA, KAMI CINTA KALIAAN

Salam,

Anna-tachi Team